Saya sangat gembira, suatu hari saya melihat Rombongan sekolah TK Atta'zhimiyah Cigondewah, Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung berbaris rapi memasuki Toserba tempat saya bekerja.Â
Anak-anak TK itu tampak riang gembira memasuki toserba yang memiliki tagline murah setiap hari dengan produk-produk yang berkualitas.Â
Para siswa tampak berjalan dengan seksama, memilih-milih barang atau produk yang ada di rak atau gondola toserba. Dengan antusias mereka memandangi produk-produk yang dia kenal lewat iklan di televisi dan media lainnya.
Anak-anak TK itu dibekali dengan batasan jumlah uang tertentu untuk dibelanjakan dengan didampingi beberapa guru. Tujuan rombongan TK mendatangi toserba adalah dalam rangka pendidikan konsumen sejak dini.Â
Mereka belajar teliti sebelum membeli. Mendidik mereka agar bisa membelanjakan uangnya secara baik dan bertanggung jawab. Mampu memilih produk-produk yang bermutu tanpa terburu nafsu.
Para guru dan orang tua harus mengajari anak menjadi konsumen yang bertanggung jawab, yaitu yang dapat membuat keputusan membeli yang penuh perhitungan, memahami hubungan antara kualitas dengan harga, melakukan penelitian sebelum melakukan pembelian, belajar mengalahkan dorongan atau nafsu untuk belanja tanpa perhitungan dan impulsif.
Fenomena saat ini banyak anak-anak menunjukkan perilaku pembelian berdasarkan kebutuhan untuk menjadi anggota suatu kelompok.Â
Mereka punya dorongan kuat untuk memiliki barang yang tepat, seperti contohnya mengenakan pakaian yang tepat, serta melakukan hal-hal yang sesuai dengan kebiasaan kelompoknya.
Hasil riset menunjukkan bahwa acap kali konsumen anak-anak hingga remaja membeli sesuatu bukan karena kebutuhan tapi karena pendapat orang lain, ia ingin tampil menarik seperti teman-temannya.Â
Keinginan untuk diterima oleh suatu kelompok telah mengubah kenyataan, nilai dan pilihan remaja, hal ini sangat merusak dilihat dari sudut pandang finansial dan berdampak pada pengalaman finansial saat mereka dewasa nantinya.