Kepekaan terhadap lingkungan dan tantangan masa depan generasi muda mesti menjadi perhatian utama dari guru penggerak.Â
Masalah etika konsumen dan kecerdasan untuk memilih atau membeli barang kebutuhan perlu diajarkan sejak dini. Kondisi Masyarakat yang tenggelam oleh konsumerisme mesti diatasi oleh Lembaga pendidikan.Â
Dibutuhkan guru penggerak yang memahami pendidikan konsumen dan memiliki kemampuan untuk blusukan ke pasar atau mall untuk melihat realitas bujuk rayu konsumerisme yang setiap saat siap menerkam masyarakat, termasuk di kalangan pelajar.
Sebagai orang yang bekerja di pusat perbelanjaan ( Mall ) saya gembira melihat guru taman kanak-kanak di Kota Bandung yang sering mengajak muridnya berkunjung ke pasar tradisional atau ke mall sebagai proses pembelajaran konsumen sejak usia dini.Â
Tidak mudah menanamkan sikap konsumen yang cerdas sejak usia dini. Perlu peran guru penggerak yang mampu menanamkan sikap kepada muridnya agar menjadi konsumen yang bijak dan cerdas serta mampu menahan gempuran dan godaan bujuk rayu iklan yang kadang tidak sesuai dengan kondisi sosial Masyarakat.
Peran guru penggerak sangat penting terkait dengan masalah gizi pada usia dini. Dengan mengajak "blusukan" murid-muridnya ke pasar-pasar tradisional atau ke bagian penjualan bahan makanan segar di mall.
Para guru penggerak bisa mendidik muridnya agar memiliki kemauan dan kecerdasan dalam mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi. Khususnya untuk menumbuhkan minat generasi muda untuk makan sayur dan buah-buahan hasil produksi lokal atau dalam negeri.
Apalagi sekarang ini banyak anak usia dini yang kekurangan zat gizi mikro yang berpotensi menimbulkan penyakit serius.Â
Betapa sulitnya sekarang ini mendidikan anak untuk gemar makan sayur dan buah-buahan, karena pikiran anak sudah terjajah oleh produk makanan kemasan yang tidak memiliki gizi yang cukup.
Saya sangat gembira, suatu hari saya melihat Rombongan sekolah TK Atta'zhimiyah Cigondewah, Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung berbaris rapi memasuki Toserba tempat saya bekerja.Â
Anak-anak TK itu tampak riang gembira memasuki toserba yang memiliki tagline murah setiap hari dengan produk-produk yang berkualitas.Â
Para siswa tampak berjalan dengan seksama, memilih-milih barang atau produk yang ada di rak atau gondola toserba. Dengan antusias mereka memandangi produk-produk yang dia kenal lewat iklan di televisi dan media lainnya.
Anak-anak TK itu dibekali dengan batasan jumlah uang tertentu untuk dibelanjakan dengan didampingi beberapa guru. Tujuan rombongan TK mendatangi toserba adalah dalam rangka pendidikan konsumen sejak dini.Â
Mereka belajar teliti sebelum membeli. Mendidik mereka agar bisa membelanjakan uangnya secara baik dan bertanggung jawab. Mampu memilih produk-produk yang bermutu tanpa terburu nafsu.
Para guru dan orang tua harus mengajari anak menjadi konsumen yang bertanggung jawab, yaitu yang dapat membuat keputusan membeli yang penuh perhitungan, memahami hubungan antara kualitas dengan harga, melakukan penelitian sebelum melakukan pembelian, belajar mengalahkan dorongan atau nafsu untuk belanja tanpa perhitungan dan impulsif.
Fenomena saat ini banyak anak-anak menunjukkan perilaku pembelian berdasarkan kebutuhan untuk menjadi anggota suatu kelompok.Â
Mereka punya dorongan kuat untuk memiliki barang yang tepat, seperti contohnya mengenakan pakaian yang tepat, serta melakukan hal-hal yang sesuai dengan kebiasaan kelompoknya.
Hasil riset menunjukkan bahwa acap kali konsumen anak-anak hingga remaja membeli sesuatu bukan karena kebutuhan tapi karena pendapat orang lain, ia ingin tampil menarik seperti teman-temannya.Â
Keinginan untuk diterima oleh suatu kelompok telah mengubah kenyataan, nilai dan pilihan remaja, hal ini sangat merusak dilihat dari sudut pandang finansial dan berdampak pada pengalaman finansial saat mereka dewasa nantinya.
Dari segi ilmu komunikasi produk, kegiatan anak-anak mendatangi mall atau toserba bisa dianalisis dari sisi persepsi stimulus-responses, yang bisa menunjukkan bahwa dalam proses pembentukan persepsi, anak-anak mengawali dengan perhatian yang positif.Â
Mereka dapat menginterpretasikan secara baik informasi dan juga mendapatkan pengetahuan tentang pesan merek produk yang disampaikan dalam iklan.
Pendidikan konsumen bertujuan memberikan pengetahuan tentang perlindungan konsumen, tahu akan kewajiban dan hak-haknya dalam berkonsumsi barang dan jasa, agar konsumen menjadi pembelanja yang smart, berperilaku yang bertanggung jawab, memiliki gaya berkonsumsi yang sehat,dan cinta produk dalam negeri, serta tidak mudah tertipu atau terpedaya pada waktu mengambil keputusan dalam berkonsumsi barang maupun jasa, tidak konsumtif.Â
Pengertian Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lainnya. Seperti Kucing dan Anjing yang menjadi binatang kesayangan yang dipelihara di rumahnya.
Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU Perlindungan Konsumen, "Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan."Â
Mengintegrasikan pendidikan konsumen dalam pembelajaran di dunia pendidikan, dapat dilakukan dengan pengajaran nilai-nilai karakter konsumen yang smart, sehat, bertanggung jawab, teliti, hati-hati dan waspada melalui tiga pilar pendidikan tersebut, terutama pilar pendidikan dalam keluarga.
Didalam keluargalah anak lebih banyak waktu dalam kesehariannya. Untuk itu orang tua terutama Ibu harus memberikan Pendidikan Konsumen sekaligus pendidikan karakter agar anak memiliki kemampuan menjadi pembelanja yang berkualitas, selektif, dan sesuai dengan skala prioritas kebutuhan yang positif.
Anak perlu diajarkan menjadi smart shopper mulai dari menyusun perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasinya.Â
Pelaksanaan pendidikan konsumen yang berkarakter di dalam keluarga perlu didukung oleh keteladanan orang tua terutama Ibu, serta budaya lingkungan yang berkarakter, oleh karena itu Ibu dituntut dapat berperilaku berkonsumsi dalam sehari-hari yang dapat dicontoh oleh putra putrinya. [SRIM}
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H