Mohon tunggu...
Sri Maryani
Sri Maryani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori empati dari Martin Hoffman

22 Januari 2025   01:03 Diperbarui: 22 Januari 2025   01:03 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Empati Martin Hoffman
Martin Hoffman adalah salah satu tokoh utama dalam psikologi perkembangan yang berfokus pada empati sebagai fondasi moralitas manusia. Empati, menurut Hoffman, adalah kemampuan seseorang untuk merasakan atau memahami pengalaman emosional orang lain. Hoffman menyebutkan bahwa empati memiliki dasar biologis dan sosial, berkembang secara bertahap melalui pengalaman dan interaksi sosial.

Berikut adalah penjelasan tentang teori empati Hoffman, termasuk tahapan perkembangan, mekanisme, dan kontribusinya terhadap moralitas.

Tahapan Perkembangan Empati
Hoffman mengidentifikasi empat tahapan utama dalam perkembangan empati, yang berlangsung seiring dengan perkembangan kognitif dan emosional individu:

1. Empati Global (0-1 tahun)

Pada tahap ini, bayi merasakan emosi orang lain sebagai bagian dari dirinya sendiri. Respons empatik masih bersifat refleksif dan tidak terarah. Contoh: bayi menangis ketika mendengar bayi lain menangis, tanpa memahami bahwa emosi tersebut berasal dari orang lain.

2. Empati Egosenstris (1-2 tahun)

Anak mulai menyadari bahwa orang lain adalah individu yang terpisah dari dirinya. Namun, mereka cenderung merespons emosi orang lain dari sudut pandang mereka sendiri. Contoh: seorang anak memberikan mainan kesukaannya kepada temannya yang sedih, meskipun mainan itu mungkin tidak relevan bagi temannya.

3. Empati untuk Perasaan Orang Lain (2-3 tahun)

Anak mulai memahami bahwa orang lain memiliki perasaan, kebutuhan, dan perspektif yang berbeda. Mereka dapat memberikan respons yang lebih relevan terhadap emosi orang lain. Contoh: anak memeluk temannya yang menangis untuk menghiburnya.

4. Empati Berbasis Perspektif (4 tahun ke atas)

Pada tahap ini, anak mampu mengambil perspektif orang lain secara lebih kompleks dan memahami perasaan orang lain dalam berbagai konteks. Mereka bahkan dapat merasakan empati terhadap orang yang tidak hadir secara langsung, seperti mendengar tentang bencana alam. Contoh: seorang anak merasa sedih ketika melihat berita tentang korban bencana.

Mekanisme Empati Menurut Hoffman
Hoffman menjelaskan beberapa mekanisme utama yang mendukung perkembangan empati:

a. Resonansi Emosional

Respons otomatis terhadap emosi orang lain, seperti tertular perasaan sedih ketika melihat orang lain menangis.

b. Imitasi

Anak-anak sering meniru ekspresi wajah dan perilaku emosional orang lain, yang membantu mereka memahami emosi orang lain.

c. Pengambilan Perspektif

Kemampuan untuk membayangkan perasaan orang lain dan melihat situasi dari sudut pandang mereka.

d. Pengondisian Sosial

Interaksi dengan orang tua, teman, dan lingkungan sosial membantu membentuk respons empatik melalui pembelajaran dan penguatan perilaku.

e. Regulasi Emosi
Kemampuan untuk mengendalikan emosi sendiri agar dapat memberikan respons yang sesuai terhadap kebutuhan orang lain.

Empati dan Moralitas
Hoffman menekankan bahwa empati adalah fondasi moralitas. Empati mendorong tindakan altruistik, yaitu membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Hoffman mengaitkan empati dengan perkembangan rasa keadilan, tanggung jawab, dan kemampuan untuk menghindari perilaku yang merugikan orang lain.

Empati juga membantu individu memahami dampak tindakan mereka terhadap orang lain, sehingga menjadi komponen penting dalam pengambilan keputusan moral.

Kontribusi Teori Hoffman
Pendidikan Karakter
Teori ini relevan dalam pendidikan moral, di mana pengembangan empati menjadi fokus utama dalam mengajarkan anak untuk peduli dan bertanggung jawab secara sosial.

1.  Intervensi Sosial 

  Pemahaman tentang empati dapat               digunakan untuk mengatasi masalah        sosial, seperti bullying atau konflik interpersonal.


2. Psikologi Klinis
Teori Hoffman membantu terapis dalam memahami gangguan emosional atau perilaku yang melibatkan kurangnya empati, seperti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun