Mohon tunggu...
Sri Indriyani
Sri Indriyani Mohon Tunggu... Jurnalis - Hai nama saya sri indri yani biasa disapa indri.Aku seorang Mahasiswa dari Bandung.Saat ini Aku sudah memasuki semester 4.Dengan program studi Ilmu Jurnalistik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama aku indri.hobby saya menulis.cita-cita menjadi seorang jurnalis yang hebat.Saat aku sedang menempuh pendidikan di salah satu kampus swasta di Bandung.Menulis adalah bagian dari hidup ku.Karena dengan menulos aku bisa meluapkan segala jenis bentuk emosional didalam jiwa.Aku punya tips nih jika kalian memilki masalah jangan dilampiaskan kepada orang lain,tapi coba lampiaskan lewat tulisan itu rasanya di jamin plong banget.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengapa Indonesia Tidak Bisa Mengembangkan K-Pop seperti Korea?

7 Juli 2021   10:33 Diperbarui: 7 Juli 2021   10:42 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Baru-baru ini Indonesia sukses dalam penyelenggaraan upacara pembukaan Asian Games 2018. Pertunjukan musik dan tari-tarian spektakuler dengan skala internasional disajikan dalam kesempataan tersebut. Ini menunjukkan kemampuan Indonesia yang sangat besar di bidang seni. Hal ini juga menunjukkan bagaimana Indonesia cukup punya sumber daya manusia, sumber daya penunjang dan juga teknologi yang bisa digali lebih lanjut untuk mengembangkan industri musik dalam negeri.

Langkah ke depan
Namun pada kenyataannya, potensi besar musik Indonesia tidak cukup mendapat dukungan.

Presiden Joko "Jokowi" Widodo memulai pemerintahannya di tahun 2014 dengan memasukkan industri kreatif sebagai prioritas.

Pemerintah membentuk divisi ekonomi kreatif, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), untuk mendukung perkembangan berbagai industri kreatif, dari kuliner, fashion, seni rupa, musik, dan yang lain.

Sektor kuliner memberikan kontribusi terbesar untuk ekonomi kreatif, sekitar 42%. Sedangkan kontribusi musik sangat kecil di kisaran 0.47%. Hal ini menunjukkan banyak hal yang pemerintah masih bisa lakukan untuk lebih menggali potensi sektor musik.

Bulan Maret tahun ini, untuk pertama kalinya Indonesia menyelenggarakan Konferensi Musik Nasional. Pejabat pemerintah hadir di dalamnya untuk berdiskusi secara mendalam tentang berbagai kesempatan dan tantangan ke depan bagi industri musik Indonesia. Konferensi tersebut merumuskan 12 rencana aksi. Satu diantaranya menekankan pengembangan kesejahteraan insan musik tanah air.

Dengan potensi yang begitu besar, Indonesia selayaknya belajar dari Korsel dalam penerapan langkah-langkah strategis dalam mengembangkan industri musiknya dan membawanya untuk menjadi sensasi dunia.

Indonesia bisa diuntungkan dengan pendanaan lebih dari pemerintah untuk mengembangkan sumber daya manusia, sumber daya penunjang dan juga teknologi yang berhubungan dengan industri musik. Ekspansi strategis berupa perluasan pasar musik Indonesia ke negara tetangga di Asia Tenggara adalah satu hal yang harus di lakukan.

K-pop sudah mulai mendominasi pasar musik dunia. Hal serupa juga harus dilakukan I-pop.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun