Mohon tunggu...
Sri Hastuti Ramadhani
Sri Hastuti Ramadhani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi saya adalah membaca karena dengan membaca dapat menambah wawasan kita karena membaca adalah jendela dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 1.4. Budaya Positif

23 Desember 2022   14:30 Diperbarui: 23 Desember 2022   14:41 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

1. Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity)

Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya dalam posisi gagal, untuk itulah maka kita perlu menstabilkan identitasnya

2. Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbehavior)

Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan menanyakan alasan mereka melakukan hal tersebut .

3. Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief)

Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan.

Sebelum mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif  saya sudah melakukan hal hal untuk meciptakan disiplin positif di sekolah misalnya melalui kesepakatan kelas hanya saja kesepakatan yang saya buat murni berasal dari diri saya sebagai guru dan murid harus mengikuti apa yang sudah saya tetapkan lengkap dengan konsekuensinya, dan jika murid saya melanggar maka mereka harus siap menerima hukuman , dan jika mereka melaksanakan dengan baik saya selalu memberikan penghargaan dan pujian hal ini menjadikan murid saya sebagai robot yang hanya menuruti dan mematuhi apa yang diperintah oleh guru.

Setelah mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif ini saya menemukan bahwa banyak kekeliruan yang sudah saya lakukan dalam menangani murid murid yang berbuat kesalahan serta dalam menciptakan budaya positif disekolah, selama ini saya berpikir bahwa memberikan penghargaan dalam bentuk pujian dan hukuman dapat membuat murid saya berubah menjadi pribadi yang lebih baik dalam jangka panjang ternyata sebaliknya hal ini akan merubah perilakunya sementara saja bahkan dapat berakibat hal yang kurang baik misalnya sakit hati dan dendam. Sekarang saya menyadari kekeliruan saya dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada murid murid saya maka hal  baik yang dapat merubah perilakunya harus  berdasarkan atas kesadaran diri maka mulai sekarang saya akan membuat keyakinan atau kesepakatan kelas bersama murid murid saya dengan mengklasifikasikannya kedalam nilai nilai kebajikan universal yang tertuang dalam Profil Pelajar Pancasila serta mendorong motivasi internal dari murid murid saya jika pun mereka melakukan kesalahan maka kita sebagai guru harus dapat mendorong untuk menemukan solusi dalam pemecahan masalahnya.

Salah satu pengalaman saya terkait penerapan konsep konsep inti dari modul 1.4 tentang budaya positif ini adalah saya pernah dimintai tolong oleh salah seorang wali kelas yang tidak mampu menangani siswanya  karena siswa ini sering bolos, keluar pada jam istirahat dan tidak kembali lagi kesekolah, tidak mengerjakan tugas untuk mata pelajaran tertentu serta sering terlambat masuk kekelas, sudah dipanggil berkali kali bahkan orang tua juga sudah dipanggil tapi tetap selalu mengulangi perbuatannya akhirnya saya siap membantu menangani siswa ini yang saya lakukan adalah saya memanggil siswa tsb dan berbicara 4 mata dengannya dari hasil dialog dengan anak ini saya memposisikan diri sebagai posisi control teman sekaligus sebagai manager dan alhamdulillah tanpa harus marah marah dan dengan nada santai dan lembut dalam saya menangani akhirnya  anak ini menyadari kesalahannya dan secara bersama sama kami mencari solusi  dari masalahnya ini dan anak ini juga berjanji tidak akan mengulangi perbuatan yang akan merugikan dirinya sendiri, sempat juga saya bertanya kalau seandainya dia mengulangi perbuatannya konsekuensi apa yang akan dia lakukan dengan lantang dan percaya diri dia berkata akan lari keliling lapangan 100 kali, saya tersenyum mendengar jawabannya alasan dia mengatakan ini adalah biar kuat dan persiapan dia untuk menjadi tentara setelah tamat sekolah, Alhamdulillah cita cita yang mulia sambil saya menguatkan dan memberi motivasi.

Setelah berhasil menangani siswa ini perasaan saya sangat senang dan merasa tertantang  untuk bisa menerapkan sepenuhnya konsep konsep budaya positif ini dan berbagi praktik baik  kepada  rekan rekan sesama guru agar kami semua dapat menerapkan disiplin positif disekolah dan menangani siswa bermasalah dengan baik dengan menerapkan segitiga restitusi  serta memposisikan diri sebagai posisi control manager.

Dari pengalaman tersebut hal yang sudah baik menurut saya adalah saya sudah bisa mempraktekkan segitiga restitusi dalam menangani murid yang bermasalah, tidak lagi menjadi guru yang superior yang semua murid harus mematuhi semua peraturan yang kita buat dan tetapkan tanpa mau mendengar pendapat dan keinginan anak tetapi saya juga harus banyak belajar lagi dalam meningkatkan pemahaman  disiplin positif ini terutama penerapan segitiga restitusi dalam kehidupan sehari hari secara continue agar dapat menggali dan memotivasi anak melalui pertanyaan pertanyaan pemantik yang kita kemukakan sehingga anak dapat berpikir positif dalam menemukan solusi permasalahannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun