Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak Baik Akan Dibela Teman-temannnya

19 November 2023   06:00 Diperbarui: 19 November 2023   06:17 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak dibantu temannya / pngtree

Kisah nyata anak saya ini untuk menanggapi tulisan Mbak Yana Haudy tentang orang tua yang merundung anak orang lain. 

Suatu hari anak bungsu saya yang masih duduk di SD bercerita, 

" Pi, aku pernah dipukuli temanku dan anak anak lain" 

"Lho, kenapa kamu dipukul? Sama siapa? Kamu berbuat salah? " Saya kaget  mendengar cerita itu. Setahu saya, si bungsu ini bukan anak nakal dan bukan pembuat masalah. 

"Ga tahu Pi. Waktu itu aku sedang di toilet sekolah, tiba tiba temenku (sebut saja) Lanang dan teman teman kampungnya memukuli aku.." Jawabnya memelas. 

Lanang adalah teman sekelas anak saya. Anaknya memang dikenal bandel dan senang mengusili teman temannya. 

Lanang dan si bungsu berteman baik. Dia sering main kerumah bersama teman temannya yang lain. Makanya saya heran kenapa Lanang memukuli anak saya. 

" Terus kamu gimana? " Tanya saya lagi.

"Aku lari ke lapangan sekolah Pi. Disana banyak teman teman lain yang lagi bermain"

" Lalu Lanang  dan teman temannya gimana? "

"Mereka dikejar sama teman teman lalu gantian dipukuli. Esok harinya kejadian itu dilaporkan ke guru. Lanang dimarahi karena membuat masalah dan mengajak teman teman kampung ke sekolah.. " Panjang lebar anak saya menerangkan. 

" Setelah kejadian itu aku tidak pernah dipukul lagi sama Lanang. Ya dia masih nakal sih, namun sudah tidak mukul mukul lagi.. ".

Hingga sekarang Lanang masih sering main ke rumah. Kadang sendirian kadang bersama teman yang lain. Mereka akur akur saja dan seperti tidak pernah ada masalah. Anak anak memang sering bertikai tetapi mudah berdamai. 

Selama tidak menimbulkan luka fisik dan batin, saya tidak pernah mencampuri urusan anak jika dia ada pertikaian dengan teman temannya. Saya yakin bahwa mereka bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

Ini bukan melebih lebihkan; anak bungsu saya memang dikenal berperilaku baik di sekolah. Dia sopan dan tidak pernah membuat masalah termasuk merundung teman temannya.

Selama bergaul di sekolah, dia juga tidak pilih pilih. Siapa saja diajaknya berteman. Maka tidak heran jika saya mendapati dia sering ditolong teman temannya jika terkena masalah. 

Dalam mendidik anak, kami memang lebih menekankan pendidikan karakter. Kepandaian bisa kapan saja didapat dengan bersekolah, ikut kursus atau pelatihan, namun karakter baik tidak mudah membangunnya jika tidak dimulai dari kecil. 

Salah satu cara saya membangun karakter anak adalah dengan mengajaknya jalan jalan sembari mengobrol. Saya sering memberi pesan begini;

" Jika kamu marah, sedih, merasa tidak nyaman karena dirundung temanmu maka janganlah merundung orang lain. Mereka akan marah dan sedih juga"

" Jika kamu sakit ketika dipukul maka janganlah memukul"

" Kamu merasa senang khan jika dihargai, ditolong dan diperhatikan? Nah, lakukan hal yang sama agar orang lain senang juga".

Namun anak anak sering lupa dengan nasehat orang tua, karenanya saya sering mengulang ulang pesan itu. 

Saat kami ngobrol tentang perundungan dan kekerasan, pesan itu saya sampaikan. Ketika dia merasa senang karena diberi sesuatu oleh temannya, saya mengingatkannya untuk berterimakasih dan saling memberi. 

Setiap kali ada kesempatan, saya terus mengulang pesan tersebut agat masuk ke alam bawah sadarnya. 

Agar anak tidak bosan, saya memakai berbagai cara agar pesan itu tersampaikan. Lewat candaan adalah trik yang sering saya lakukan. 

Jika kami mempunyai barang atau makanan berlebih, saya menyarankan si bungsu untuk berbagi kepada temannya. Ini cara lain mengirim pesan lewat tindakan. 

Saya ingin pesan selalu terngiang-ngiang dipikiran anak saya dan menjadi sebuah prinsip yang bagus. Prinsip itu menuntun dia untuk berbuat baik. 

Dan tampaknya pesan saya diturut. Dia tidak mau ikut-ikutan merundung, apalagi berkelahi. 

Orang tua sendiri mempunyai peran penting bagi pergaulan anak. 

Lanang sebenarnya adalah anak yang baik. Dia termasuk anak aktif dan mudah berteman. Walaupun anak saya sering bercerita diganggu Lanang, namun saat main kerumah, dia saya perlakukan sama seperti anak lain. Hal itu untuk menunjukkan bahwa masalah yang terjadi adalah di antara mereka sendiri, bukan anak dengan orang tua. 

Saya dan istri juga memberikan contoh ketika menjemput anak di sekolah. Kami biasakan untuk menyapa teman teman anak saya dan orang tua mereka. 

Sering saya mendapati anak anak memanggil teman mereka dengan nama lain (julukan) misalnya; Ndut, Ndes, Cuk. Mereka tidak bermaksud mengejek, hanya bercanda saking akrabnya. 

Kadang ada ortu lain yang memanggil mereka dengan nama julukan tersebut. Mereka juga ingin mengakrabkan diri. 

Menurut kami hal itu bukan tindakan yang bagus. Bisa saja orang tua anak yang bersangkutan marah karena anaknya diberi nama untuk maksud dan harapan baik. Lalu terjadilah pertikaian antar orang tua. 

Oleh sebab itu saya dan istri tetap memanggil mereka sesuai nama masing-masing. Kami juga mengingatkan anak kami berlaku sama. Orang tua harus memberi contoh baik kepada anak anaknya. 

Kami bersyukur anak kami sekarang mempunyai karakter bagus. Dia termasuk anak yang disukai teman-temannya . 

Beberapa bulan setelah kejadian itu, ketika kami sedang ngobrol soal seorang anak SD yang dibully kakak kelasnya hingga terluka, tiba tiba anak saya nyeletuk, "Papi, aku juga pernah dibully sama kakak kelas.. "

"Hah..! Kamu dibully seperti apa? "

"Aku diejek ejek sama dia.. "

" Terus kamu gimana?"

"Aku ya diam saja. Badannya khan lebih besar dari pada aku"

"Sekarang kamu masih dia bully? "

"Nggak Pi, ngga pernah lagi.. "

"Kok gitu..?"

" Ya Pi. Soalnya pernah waktu aku diejek ejek, ada temanku yang tahu. Lalu temanku itu membela aku. Kakak kelas yang membully aku diajaknya berkelahi.. "

"Ha ha ha.. Siapa temanmu yang berani sama kakak kelas itu? "

" Itu Pi.. Si Lanang.. "

"Haaa.. " Saya terkejut. 

Catatan :

Saya bukan seorang ayah yang baik dan sabar. Hampir setiap hari ada saja tingkah laku anak anak yang membuat saya memarahi mereka. 

Malas bangun, main HP tak kenal waktu, menunda nunda tugas rumah dan sekolah adalah beberapa hal yang membuat saya sering emosi. 

Tetapi, namanya juga anak anak. Saya dulu juga bertingkah laku sama seperti mereka. 😊

Salatiga, 18112023.193

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun