Kompasiana Award memang bukan memilih kucing dalam karung. Akan tetapi bagi saya seperti memilih kucing dalam window display atau display toko. Kucingnya terlihat namun hanya sebagian dari puluhan yang ditawarkan. Dengan demikian saya hanya akan memilih yang terlihat saja (baca : kompasianer yang dikenal) sementara sebagian yang tersembunyi tidak saya ketahui fisik dan kualitasnya.Â
2. Saya tidak punya kualifikasi sebagai juri.Â
Penulis di Kompasiana banyak sekali. Katanya hingga 4 jutaan lebih. Saking banyaknya, pasti sulit menentukan siapa yang layak jadi pemenang, bahkan untuk nominee yang berjumlah 25 kners itu.Â
Pasti diperlukan skill khusus untuk tahu siapa yang memuhi standar menjadi nominee lalu pemenang. Ini bagaikan memilih 1 jerami diantara tumpukan jutaan jerami lain. Saya tidak punya kemampuan untuk menilai mana yang terbaik, bahkan mengajukannya untuk menjadi nominee.Â
3. Tidak ingin mengecewakan.Â
Dalam sebuah kompetisi ada yang kalah dan menang, kemudian disusul rasa senang, sedih, kecewa dan barangkali amarah.Â
Saya tahu beberapa nominee yang diajukan. Mbak Ari Budiyanti, Mbak Martha Weda, Mbak Henny Triana adalah beberapa nama nominee yang saya kenal lewat tulisan (Sengaja saya pilih Mbak Mbak saja biar orang tahu bahwa kenalan Mbak Mbak saya lebih banyak daripada yang laki).Â
Sebagai seorang laki laki ksatria tentu saya tidak ingin mengecewakan para mbak diatas. Kalau hanya memilih satu nominee, yang lain mungkin akan merasa iri, sedih, marah karena di nomor duakan. Saya tidak ingin hal itu terjadi.Â
4. Tidak mau dighosting
Saya sayang kners. Saya takut di ghosting.Â
Sudah banyak yang tahulah bahwa setelah juara maupun hanya jadi nominee Kompasiana Award ada kners malah hilang tak ada kabar. Sebut saja kners Ozy dan David.Â
Dua pemuda (dulu) jomblo itu sekarang hilang entah kemana. Padahal tulisannya sangat bermutu hingga layak menjadi pilihan.Â
Saya tidak ingin ada lagi kners teman saya menghilang karena Kompasiana Award.Â
Saya berharap mereka sudah sudah menemukan jodohnya dan alasan ghosting karena sibuk membina keluarga.Â
5. Saya takut dinominasikan.Â