Lha kalau Kompasiana yang pembacanya hingga jutaan lantas artikel bermutu tak mendapat ganjaran, apa kata dunia?
Akhir akhir ini saya jarang menemukan tulisan kners kawakan yang dulu ikut bersuka rela membangun dan menggaung bayi Kompasiana. Sepertinya mereka ghosting. Perlahan menghilang tanpa disuruh, tak mau datang ketika dipanggil.Â
Bagi mereka karya yang bagus adalah sebuah keharusan. Ada kepakaran dan susah payah dalam membuatnya. Jadi, wajar jika mereka berharap ada sedikit penghargaan yang didapat. Mungkin bukan uang. Entah apa, silakan admin K yang memikirkan.Â
Saya tidak tahu alasan mereka enggan atau berhenti menulis lagi. Apakah kreword menjadi salah satu penyebabnya? Mudah mudahan bukan demikian.Â
Sejak dari pertama diadakan, kreword sering menjadi masalah atau dipermasalahkan. Pernah karena sistemnya, sering karena jumlah rupiah. Dan sekarang yang dipertanyakan masalah keadilannya.Â
Adil tak adil itu bisa jadi subyektif. Adil bagimu belum tentu adil bagiku.Â
Adil atau tidaknya sistem kreword yang sekarang tidak berpengaruh bagi Kompasianer pemalas seperti saya.Â
Namun yang pasti, krewod untukmu jelas bukan kreword untukku. Kecuali dikau mau traktir daku.Â
Mengutip kalimat legen Pebrianov, Kompasianer legen yang ikutan ghosting.Â
"Aku sih rapopo"
Salatiga, 07102023.180.