Nah, Kompasianer suhu yang lain menganggap kreword cukup adil. Krewod  diberikan tanpa unsur SARA, juga tidak berdasarkan jumlah angka di samping tanda mata. Angka tersebut tidak diperhitungkan walaupun nominalnya jutaan. Kalau UVnya dikit ya gak ngaruh ke krewod.Â
Ibaratnya tulisan bermutu berlian yang ditulis hingga tengah malam sampai jempol kesemutan, tidak menjamin krewodmu kertas merah bergambar Soekarno -Hatta memenuhi dompet. Boro boro kertas merah, bisa dapat yang berwarna hijau untuk beli soto plus es teh pun sudah untung.Â
Suhu yang satu ini memang adil. Walaupun pernah curhat hatinya remuk redam dikecewakan kreword, namun beliau dengan bijak menunjukkan obyektivitasnya.Â
Di mata saya pribadi krewod adil ga adil.Â
Saya sebut adil karena ini 'kompetisi' terbuka lewat tulisan. Artinya siapa saja bisa mendapat banyak jika berusaha. Tips dan triknya juga banyak dijabarkan. Admin K sendiri sudah menjelaskan bagaimana tulisan kita bisa mendapat UV banyak.Â
Kalau mau manut saran admin K, Kners tidak perlu begadang hingga pijat jempol hanya untuk membuat tulisan hingga rentengan dan bagus. Cukup perbanyak membaca lalu ditulis ulang dengan dibumbui sana sini agar tidak kena jaring unsur plagiat.Â
Tema tulisan diusahakan masalah yang lagi rame. Jika sudah masuk Google Trend, niscaya tulisan kita berpotensi mendulang UV.Â
Jika diamati, Kners yang mendapat kreword orangnya banyak yang sama setiap bulannya. Apakah mereka orang beruntung atau gigih berusaha, silakan dinilai sendiri.Â
Saya jadi ingat soal 'perseteruan' kreword.
Beberapa tahun yang lalu upaya 'balas jasa' admin K ini sempat menimbulkan perseteruan seru.Â
'Jual beli' argumentasi disertai emosi, lewat tulisan dan percakapan pribadi mewarnai Kompasiana. Beberapa Kompasianer suhu harus urun jempol untuk meredam situasi.Â