Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Halal Bihalal Mengundang Orang Asing

21 April 2023   11:25 Diperbarui: 21 April 2023   11:27 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halal Bihalal / Twibbon-Keren.com - Pinterest

Halal Bihalal kok mengundang orang asing? Bagaimana ceritanya? 

Sebentar, yang saya maksud orang asing itu warga manca negara kenalan kami, bukan orang lain yang tidak dikenal sama sekali.. 

Keluarga besar kami setiap tahun dua kali kumpul bersama, saat Lebaran dan Natalan. Kami memang keluarga yang multi agama dan multi etnis.

Saat lebaran, keluarga besar akan kumpul kumpul sekaligus halal bihalal di rumah almarhum nenek saya yang muslim. Sedangkan bila Natal tiba, giliran keluarga muslim diundang ke rumah almarhum kakak nenek saya yang Kristen. 

Kumpul kumpul ini sudah berlangsung belasan tahun dan sampai saat ini masih kami adakan. Tujuan utamanya selain bersilaturahmi, juga memperkenalkan anggota keluarga baru karena ada kelahiran atau pernikahan. 

Seperti biasanya, tahun ini keluarga besar akan mengadakan halal bihalal. Agak berbeda dengan tahun tahun sebelumnya, kali ini acaranya bertempat di rumah adik. Yang sedikit berbeda lagi, saya bermaksud mengundang seorang kenalan baru keluarga saya yang berasal dari Tokyo Jepang. 

Bulan Pebruari kami mendapat kenalan baru seorang cewek Jepang, sebut saja namanya Shizuka. Cewek asli Jepang ini sedang belajar bahasa Indonesia di Salatiga. Kami dipertemukan oleh salah seorang sepupu yang menjadi guru bagi Shizuka. 

Saat itu saya sedang mencari orang asing untuk bersama sama belajar bahasa bersama anak perempuan kami. Sifatnya simbiosis mutualisme yaitu sama sama untung tetapi gratisan. Orang asing itu akan diajari bahasa Indonesia, sedangkan anak saya belajar bahasanya. 

Sebagai seorang driver ojol yang berpenghasilan tak menentu dan saat ini cenderung terus menurun, saya tetap ingin memberikan yang terbaik bagi anak kami. 

Si Sulung yang perempuan berbakat di bidang bahasa dan tulis menulis. Saya mengetahui dari wali kelasnya yang didukung oleh hasil tes psikologi. Oleh sebab itu saya ingin mendukungnya dengan belajar bahasa asing selain bahasa Inggris. 

Saya tidak punya banyak uang namun punya banyak koneksi. Saya termasuk orang yang bisa menjaga persaudaraan dan pertemanan. Hal itulah yang menjadi modal untuk mencapai keinginan memberi yang terbaik bagi keluarga saya. 

Kebetulan salah seorang sepupu berprofesi sebagai guru Bahasa Indonesia bagi orang asing. Murid muridnya berasal dari berbagai negara. Saya minta tolong ke beliau. 

Ada beberapa orang native speaker (penutur bahasa asli) yang dia tawarkan dengah bahasa berbeda. Mereka adalah orang Rusia, Portugis, Spanyol, Korea dan Jepang. 

Saya biarkan si sulung untuk memilih, tentu saja dengan memberikan beberapa pertimbangan. Akhirnya dia, yang masih duduk si kelas VIII SMP ini, memilih bahasa Jepang. 

Pertimbangannya, selain orang nya cewek lajang, bahasa Jepang termasuk sering digunakan di Indonesia. Selain itu, si sulung juga senang menggambar anime dan membaca manga, komik Jepang. 

Begitulah ceritanya kami sekeluarga bisa berkenalan dengan Shizuka. 

Cerita berlanjut dengan pertemuan kami dengan Shizuka. Ternyata cewek bermata sipit itu bahasa Indonesianya masih terbatas, begitu pula bahasa Inggrisnya. Kami sedikit kesulitan dan berkomunikasi. Untunglah ada Smartphone, internet dan Google Translate. Smartphone benar benar menjadi alat yang smart bukan hanya untuk hiburan dan rekreasi saja. 

Untuk mempermudah proses belajar mengajar mereka, saya mengusulkan pembelajaran dilakukan di dalam dan di luar ruangan. Selain metode kelas, pelajaran juga dilakukan dengan praktek langsung ke lapangan. 

Saya berencana mengajak Shizuka dan si Sulung berbelanja ke pasar, jalan jalan ke tempat wisata, belajar memasak dan lain lain. 

Akan ada banyak manfaat yang didapat dalam proses pembelajaran itu. 

Selain memperlancar bahasa yang dipelajari, ada unsur kekeluargaan, refreshing dan pengenalan budaya. Terkhusus bagi anak saya, dia bisa belajar berbelanja, menawar, memasak dan berkomunikasi dengan orang banyak. Maklumlah, jaman sekarang banyak anak yang jarang mau belajar beberapa pengetahuan dan ketrampilan diatas.

Sayangnya sebelum semua program diatas terlaksana, akhir Pebruari lalu Shizuka harus kembali ke Jepang untuk memperbaharui visa belajarnya. Dia baru kembali ke Indonesia awal April 2023 ini. 

Sebelum berangkat ke Jepang, kami undang Shizuka makan malam di sebuah food court bernama Garasi Estho. Letak tempat yang menjual berbagai macam makanan itu di jalan Moh. Yamin Salatiga. 

Dulu food court ini adalah bengkel bus Estho. Setelah PO otobus legenda  Salatiga itu tidak beroperasi lagi, bangunannya yang cukup besar dialih fungsikan menjadi sebuah food court. 

Saya memilih food court Estho karena di situ menyediakan aneka masakan dari tradisional, Chinese, Korean, Korean dan Western. Shizuka tinggal memilih masakan mana yang dia inginkan. 

Benar memang yang sering disebut di media soal makanan Indonesia yang menjadi favorit orang asing, nasi goreng lah yang dipilih Shizuka. Saya memilih urap empal sapi untuk ditawarkankan sebagai makanan tradisional Indonesia. Istri dan anak anak memilih Korean dan Chinese Food

Shizuka tampak sangat gembira dengan momen makan malam itu. Dia melahap nasi gorengnya dan mencicipi beberapa masakan yang kami tawarkan. Sembari makan, kenalan kami itu bercerita tentang makanan Indonesia yang dia sukai seperti soto, pecel dll. 

Hal lain yang tidak dia ceritakan tapi tampak dari wajahnya adalah kegembiraan. 

Masyarakat Jepang dan Indonesia punya perbedaan budaya. Kita terbiasa mengenalkan teman kepada keluarga. Jika dianggap sudah akrab, kita dengan mudahnya mengajak mereka makan bersama. Bahkan dengan teman tidak akrab pun bila sedang makan, mereka juga kita tawari dan diajak kalau perlu agak memaksa. 

Tampaknya kebiasaan itu berbeda dengan orang Jepang terutama bagi Shizuka yang berasal dari kota besar, Tokyo. Saat saya undang makan malam, dia tampak surprise karena kami baru kenal. Dia lebih bertambah gembira lagi ketika bertemu istri dan anak laki laki kami. 

Ketika makan malam selesai dan harus berpamitan Shizuka memberikan tanda mata. Matanya juga sedikit berkaca kaca ketika mengucapkan salam perpisahan. Sepertinya berat baginya untuk pulang ke Jepang meskipun hanya satu bulan saja. Cewek Jepang itu sudah terpesona dengan keramah tamahan ala kita, warga +62.

Shizuka sudah kembali ke Indonesia. Mumpung ada momen lebaran, saya mengundangnya ke acara halal bihalal keluarga besar kami. Dia pasti akan terkejut melihat hiruk pikuk keluarga kami yang saling mengorol dan bercanda. Jumlahnya bila semua anggota keluarga berkumpul bisa mencapai cita-cita seratus lebih.

Kami memang keluarga besar. Setiap keluarga minimal punya anak 2 orang, beberapa punya 4 anak. Almarhum Nenek saya punya 9 anak, putera almarhum kakak nenek saya anaknya ada 7.

Bandingkan dengan keluarga orang Jepang. Saat ini mereka sedang mengalami resesi seks. Banyak anak muda Jepang yang enggan menikah atau punya anak. Alasannya karena biaya hidup di Jepang yang sangat tinggi. Sampai sampai untuk merangsang terjadinya pernikahan dan bertambahnya kelahiran, pemerintah Jepang punya program memberikan hadiah uang dan subsidi untuk anak. 

Bila program itu dilakukan oleh pemerintah Indonesia saya yakin para jomblo bersorak riang, program KB 2 anak cukup gagal total, jumlah pernikahan meningkat sedangkan perceraian menurun. Efek negatifnya, mungkin poligami juga naik pesat. 

Berbahagialah masyarakat Indonesia. Prinsip banyak anak banyak rejeki dan makan tidak makan yang penting kumpul adalah kenikmatan tersendiri ditengah sulitnya ekonomi yang melanda. 

Saya belum bisa memastikan reaksi Shizuka saat menghadiri halal bihalal keluarga kami. Namun kegembiraan ditengah kesulitan berkomunikasi pasti akan terjadi. 

Beberapa kali sudah terjadi salah seorang saudara yang membawa teman orang asing, kebanyakan orang Amerika. Mereka tampak heran dan gembira melihat suasana pertemuan yang penuh keakraban itu, apalagi dengan menghadapi banyaknya sapaan dan ajakan berkenalan. 

Para tamu istimewa itu diajak berbaur. Kemudian mereka bertanya tanya lalu mencoba makanan yang dihidangkan. Opor ayam, sambel goreng ati dan krecek biasanya disajikan. Tak lupa ketupat yang hanya dimasak sekali setahun itu. 

Dengan bahasa Tarzan, orang yang didekatnya akan berusaha menjelaskan. Seringnya setelah mencicipi sambel goreng ati, teman berambut pirang itu akan kepedasan. Mereka tidak biasa dengan makanan pedas khas Indonesia. 

Saya juga membayangkan hal itu yang akan dialami Shizuka, teman Jepang kami. Mudah mudahan dia bisa turut bergembira tetapi tidak sakit perut karena salah makan. 

Orang Indonesia punya banyak makanan pedas, punya julukan netizen yang julid dan pedas komentarnya. Namun kita juga dikenal sebagai bangsa yang ramah dan toleran. 

Mari kita jaga keramahan dan toleransi terhadap sesama. 

Selamat Idhul Fitri, mohon maaf lahir dan batin. 

Salatiga, 21042023.161

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun