Lalu saya seperti mendapat durian runtuh ketika membaca kalimat tulisan Engkong Felix, seperti yang saya screenshot diatas. Engkong Felix butuh kawan ribut!Â
Siapa sih yang tak ingin berkawan, meskipun dalam keributan. Saya jelas mau dan antusias diajak dan mengajak ribut Kompasianer yang pernah menjadi nominator Kompasianival ituÂ
Dengan di dan me ajak ribut beliau, saya akan dianggap manusia yang tidak baperan. Saya menjadi salah satu manusia bermutu tinggi yang langka ditengah banyaknya orang penuh kemarahan dan tanpa logika saling beradu kata via smartphone.Â
Saya juga akan masuk jajaran orang tua sabar yang sadar bahwa saling nyinyir tidak akan membuat kami menjadi lebih muda, berwajah ganteng dan lebih kaya.
Oleh sebab itu, dengan sadar tanpa tekanan apapun dari siapapun dan tanpa persiapan materai sepuluh ribu untuk membuat pernyataan permintaan maaf, saya berterik, "Mari kita ribut. Engkong jual gua beli dah! "
"Salah sendiri Engkong mengaku kalau butuh orang diajak ribut"
"Engkong tidak usah sungkan dan kuatir karena saya berasal dari Salatiga yang terkenal dengan soto Estho-nya"
" Saya tahu Engkong penggemar soto. Meskipun kenal baik, saya tidak akan meminta Budhe Mi penjual soto itu untuk memboikot Engkong Felix jika ingin jajan di tempatnya"
"Sebagai wujud dari keseriusan, saya sudah mencatut nama Engkong untuk artikel ini tanpa ijin"
" Bagaimana, berani nggak?"
"Apa dikira saya berani sama Engkong...."Â