Bu Arumi, yang mengajar Bahasa Inggris, juga bercerita. Beliau dan rekan rekan gurunya pernah memberi masukan kepada guru yang bertanggung jawab atas proyek murid murid kelas X.Â
Jawaban guru penanggung jawabnya masih bingung dengan apa yang harus dilakukan. Walaupun guru tersebut sudah diberi pelatihan dan tutorial via aplikasi smartphone, namun karena Kurikulum Merdeka masih baru, guru tersebut belum terbiasa dalam penerapannya.
Saya  memaklumi situasi dan kondisi yang terjadi pada awal penerapan Kurikulum Merdeka. Banyak guru bingung karena daya tangkap yang berbeda terhadap materi kurikulum. Mereka juga tidak siap dengan kreasi dalam pengeja wantahannya.Â
Jika gurunya bingung, apalagi anak didiknya.Â
Sebagai mantan pekerja event organizer dan pendamping anak, saya berimajinasi menjadi seorang guru dengan Kurikulum Merdeka.Â
Jika harus memberi tugas membuat mural secara berkelompok kepada anak didik, saya akan terlebih dahulu mencari anak-anak yang bisa/hobi menggambar. Jumlah kelompok akan disesuaikan dengan jumlah anak yang bisa menggambar. Intinya dalam satu kelompok harus ada satu anak yang bisa menggambar.Â
Tiap kelompok akan saya bebaskan memilih tema untuk membuat gambar muralnya.Â
Tema dan gambar mural didiskusikan anggota kelompok. Saya meminta mereka menyebut apa minat dan kesukaan masing masing anggota.Â
Contoh kelompok A ada yang suka makan bakso dan olah raga sepakbola.Â
Kesukaan anak anak tersebut diwujudkan dalam gambar muralnya. Anak yang bisa menggambar ditantang kreatifitasnya untuk menggambar sesuai permintaan anggotanya.Â