Murid bingung, guru juga bingung. Kondisi itu saya dapati ketika mengobrol dengan mereka.Â
Obrolan sambil lalu tapi menarik itu kami lakukan ketika naik motor. Murid dan guru tersebut adalah penumpang saya ketika narik ojol
Sekar, murid kelas VII sebuah SMP di Salatiga bercerita tentang kesulitannya membuat proyek sekolah.Â
Guru memberi tugas Sekar dan teman temanya sebuah proyek tentang tanaman. Mereka diminta guru untuk menanam dan mengamati pertumbuhannya. Tugas akhirnya adalah membuat masakan berbahan tanaman yang sama.Â
Saya berkomentar, proyeknya menarik karena berkesinambungan serta menggabungkan soft skill dan hard skill.Â
Masalahnya, Sekar dan beberapa temannya tidak tertarik dengan tanaman dan masak memasak. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan.Â
Proyek berbeda ditugaskan kepada Claudia. Siswi kelas XI sebuah SMA Negeri di Salatiga itu bercerita tentang tugas membuat mural. Gadis yang tidak bisa menggambar ini mengalami kesulitan mencari ide, apalagi menuangkannya di atas kertas.
Sekar dan Claudia ditugaskan secara berkelompok dengan teman kelas masing masing. Menurut kedua anak itu, beberapa temannya antusias dan tekun melaksanakan tugasnya karena sesuai dengan minat dan bakat mereka. Namun bagi yang tidak tertarik, mereka tampak ogah ogahan dan lebih banyak menganggur atau bermain. Akibatnya situasi tersebut malahan menganggu teman temannya bahkan murid kelas lain.Â
Seorang guru, sebut saja Bu Arumi, sempat curhat mengalami situasi dan kondisi yang mirip dengan cerita anak anak di atas. Beliau yang mengajar di kelas X dan XI juga merasa terganggu dengan banyaknya murid kelas satu (SMA) yang justru berkeliaran pada saat melakukan proyek.Â
Bu Arumi, sempat bertanya kepada anak anak yang berkeliaran tersebut. Jawaban mereka hampir sama; bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.Â