S berkesempatan belajar sebuah program yang sangat dia syukuri yaitu Peace Building.Â
Peace Building adalah sebuah program untuk membangun kedamaian. Dalam program tersebut mereka mencari hal hal apa saja yang beresiko menimbulkan konflik di masyarakat dan kegiatan yang meningkatkan perdamaian.
Luwuk dipakai sebagai pilot project program Peace Building oleh yayasan tempat S bekerja. Kabupaten sebelah, yaitu Poso, dilanda konflik agama. Namun karena kebijaksanaan  tokoh agama, tokoh adat juga usaha pemerintah daerah, Luwuk tetap tak tersentuh konflik tersebut.Â
S beserta tim mendatangi para tokoh adat dan agama semua suku yang ada dan melakukan wawancara dan diskusi tenganh kehidupan suku suku tersebut.Â
Hasil dari kegiatan tersebut kemudian disusun dalam sebuah laporan yang dipergunakan sebagai dasar dalam membuat kegiatan dimasyarakat.Â
Dari program itu pula S juga akhirnya memahami mengapa dan bagaimana sebuah suku menjalankan kehidupan dengan berbagai kebiasaan. Terkadang ada kebiasaan yang bisa mengundang konflik karena perbedaan keyakinan. Namun setiap suku akhirnya melakukan kesepakatan dan  kebijakan agar konflik tidak terjadi.Â
Di wilayah tersebut, S menemukan Indonesia yang bersatu. Bhineka tunggal ika bukanlah slogan semata.Â
Semakin bertambah toleransi S terhadap sesama masyarakat Indonesia. Dia tidak menganggap apa yang menjadi budaya dan keyakinannya lebih baik dari orang lain.Â
Hanya 4 tahun S bekerja di wilayah tersebut, karena ingin mendekatkan diri ke keluarga, S mengundurkan diri lalu pulang ke Salatiga.Â
Banyak bekal pengetahuan yang didapat selama bekerja di Luwuk, tetapi yang terpenting S banyak mendapat saudara baru. Saudara yang berasal dari berbagai suku bangsa.Â
Tak lama di Salatiga, S ditawari oleh yayasan yang sama untuk bekerja mendampingi masyarakat miskin lagi, kali ini lokasinya di Surabaya.Â