Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Jujur yang Manjur

17 Juni 2022   05:55 Diperbarui: 17 Juni 2022   05:59 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi ini saya tulis untuk nembak calon pacar. 

Diantara teman temanku, kamu bukan cewek yang paling cantik. 

Diantara mereka, kamu bukan pula yang paling pintar. 

Apalagi paling dewasa, kamu tidak termasuk diantaranya. 

Namun diantara mereka, hanya kamulah yang membuat hatiku berbunga bunga. 

Diantara mereka, hanya kamulah yang membuat diriku ingin hidup bersama. 

Karena... 

Seiring waktu berlalu, kecantikan akan meredup. Setiap orang akan bertambah tua. 

Kepintaran akan datang menghampiri kalau kita terus belajar. 

Dan kedewasaan tumbuh dengan sendirinya saat kita mengarungi pahit manis kehidupan bersama sama. 

Maukah kamu menjadi pacarku? 

Apakah Anda merasa aneh dengan puisi saya? 

Nembak cewek kok pakai kata kata kayak gitu. Apa ceweknya gak merasa direndahkan? 

Silakan baca dulu ceritanya. 

Saya orangnya apa adanya, termasuk ketika menjalin hubungan dengan seorang cewek.

Buat saya sebuah hubungan harus jujur biar tidak ajur (hancur). Jangan sampai sudah sekian lama pacaran atau nikahan baru ketahuan bohongnya. 

Hal itu bisa menyebabkan sakit hati sampai bunuh diri. Sudah keluar banyak waktu, tenaga, biaya, dan berjuta perasaan, eh endingnya bubar karena ketahuan gak benar. Masih untung kalau belum nikahan, jika sudah, khan kasihan pihak perempuan. 

Harta bisa dicari, sakit hati bisa disembuhkan, tetapi dia akan menanggung kerugian yang tidak bisa diganti dan diobati; perubahan status dari perawan menjadi janda! 

Di negara kita, apapun sebabnya, status janda masih dinilai negatif. 

Nah, karena menghormati para perempuan, saya berusaha agar perpisahan tidak terjadi. Kalaupun terjadi, hal itu bukan disebabkan oleh kebohongan. 

Makanya cara pedekate saya berbeda. Jika orang lain jadian dulu baru dikenalin keluarga, saya kenalin dulu dia dengan keluarga, baru nanti diputuskan lanjut apa tidak. 

Perlu juga diingat, di negara +62 ini, nikahan itu bukan sama pasangannya saja tetapi dengan keluarganya termasuk keluarga besarnya. 

Dia saya kenalkan dengan keluarga besar. Saya pingin calon pacar saya tahu bagaimana keluarga kami menjalani kehidupan. Jika dia merasa nyaman, hubungan kami bisa dibina lebih serius. 

Keterbukaan juga saya lakukan berkaitan dengan pergaulan. Kebetulan kami teman satu kantor. Si Dia saya kenalkan dengan sebanyak mungkin teman teman dan kolega. Makanya calon cewek saya tahu dan kenal dengan teman saya yang lebih cantik, lebih pintar dan lebih dewasa daripada dia. 

Mungkin ini yang tak biasa. Saya mengenalkan dia dengan mantan idaman! 

Saya jadi tahu cewek saya tak cemburuan, dia asyik asyik saja tuh berteman dengan mereka. 

Akhirnya kami malah saling bercerita soal mantan. Ternyata dia pernah punya hubungan dengan dokter dan pengusaha, orang orang yang lebih pintar dan lebih tajir dibanding saya. Lha wong dia itu termasuk cantik dan anak orang kaya. 

Apa ending tembakan puisinya? 

Ha ha ha.. Sudah belasan tahun kami jadi pasangan suami istri. Kejujuran adalah jurus sakti yang manjur. Si Dia menerima saya apa adanya. 

Berkat tambahan kepintaran anak anak kami tumbuh maksimal dan berkarakter baik. 

Berkat kedewasaan yang terus bertumbuh, keluarga kami dikenal rukun dan tak macam macam. 

Hal itu sesuai dengan apa yang saya tulis dalam puisi.

Perselisihan keluarga tetap ada, tetapi kami sadar bahwa hal itu karena perbedaan latar belakang keluarga. Kami berdua ingin memberi yang terbaik dengan cara masing masing. 

Bagaimana dengan kecantikannya? 

Saya tetap harus ngomong apa adanya. Keriput halus mulai menghiasi kening istri saya. Berat badannya juga sudah naik 16 kilogram. Dia sekarang lebih sering dipanggil bu atau tante daripada mbak. 

Namun, kecantikan hatinya semakin terpancar. Mantan pacar saya menjadi sosok yang menyayangi kami sepenuh hati. Bukankah itu lebih dibutuhkan daripada limpahan harta? 

Ngomong ngomong, dia kok akhirnya mau dengan saya? 

Itu rahasia Tuhan. Mungkin ini yang dinamakan rejeki anak soleh. 

Catatan :

Saya tak boleh takabur membuat klaim bahwa kami adalah keluarga yang bahagia dan sejahtera, Tuhanlah yang membuat keputusan akan menjadi seperti apa keluarga saya. 

Namun yang penting, kami ada dijalan yang benar. Kejujuran adalah hal utama yang harus dikedepankan dalam membina sebuah hubungan. 

Salatiga 170622.121.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun