Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Formula E Prix, Lomba Balap Mobil E-deg Deg-an

4 Juni 2022   05:37 Diperbarui: 4 Juni 2022   05:44 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lomba balap mobil formula E sudah di depan mata, sementara persiapannya masih belum selesai 100%.  Panitia pelaksana pasti hatinya deg degan berharap semuanya siap dan sukses saat perlombaanya nanti. 

Berita terakhir yang cukup membuat jantung berdegup kencang; atap tribun roboh karena hujan badai. 

Kejadian itu tentu saja menambah jumlah orang yang deg degan. Tidak hanya panitia, para calon penontonpun pasti merasa kuatir akan keselamatan dirinya jika terjadi hujan saat mereka menonton. 

Sejak diumumkan oleh Anies Baswedan bakal ada balap mobil formula E di Jakarta, kegiatan ini membuat banyak pihak deg degan.

Pihak pertama adalah Anies beserta timnya. 

Mereka paham bahwa biaya penyelenggaraan balap mobil itu sangat besar. Mereka juga paham balap formula E tidak banyak di kenal di Indonesia. Nama para pembalapnya masih asing, pun tidak ada pembalap Indonesia yang akan ikut. Hal itu jelas membuat mereka deg degan. Apakah Balap Mobil listrik ini bisa diterima rakyat Indonesia? 

Lalu setelah diumumkan oleh Anies, pihak yang deg degan berikutnya adalah para pendukung Anies dan penolak sang Gubernur. 

Tiga pihak itu membuat balapan yang semula hanya ramai suara mobilnya menjadi ramai beritanya di media massa terlebih medsos. 

Hal ini dikarenakan balap mobil ini ditarik kearah politik. Polarisasi dampak pilkada DKI 2017 terus terjadi. Akibatnya setiap berita, kegiatan atau apapun yang berhubungan dengan balap formula E selalu membuat deg deg-an tiga pihak diatas. Berhasil atau gagal akan berpengaruh pada persaingan Pilpres 2024.

Lalu kejadian apa yang membuat deg degan mereka semakin menguat? 

Dibawah ini rangkuman beberapa peristiwanya. 

Juli 2019, Gubernur Anies Baswedan mengumumkan akan diselenggarakan lomba balap mobil listrik, lebih dikenal Formula E Prix di Jakarta tahun 2020. Deg degannya dimulai disini. 

Pengumuman ini disambut gegap gempita para pendukung Anies tetapi disikapi sinis oleh kubu penolaknya. Mereka mencurigai event ini sebagai salah satu usaha menaikkan citra Anies ke masyarakat nasional maupun internasional untuk pilpres 2024 nanti. Sejak saat itu terjadilah 'perang' dukung-menolak. Semua hal yang berhubungan dengan formula E dikuliti habis habisan. 

Karena 'perang ' itu, deg degan para pihak bertambah termasuk FIM dan pemegang lisensi balapan formula E. Mereka yang dulunya tersenyum gembira karena mendapat fee trilyunan dan promosi gratis, saat itu mulai gelisah karena 'permainannya' semakin terbuka ke publik. Salah satu petingginya malahan sempat ingin bertatap muka dengan Jokowi karena balapannya terancam gagal. 

Biaya commitment fee menjadi salah satu perdebatan sengit. Dana untuk ijin penyelenggaraan yang mencapai trilyunan rupiah ini dipertanyakan karena negara lain hanya diminta puluhan milyar, bahkan ada yang gratis. Pun berapa banyak uang yang sudah dibayarkan pemda DKI juga dicari bukti buktinya. 

Hal ini menyebabkan beberapa fraksi DPRD DKI menginginkan adanya interpelasi meminta keterangan perihal dana balapan kepada Gubernur. Usaha interpelasi kepada Sang Gubernur belum berhasil akibat lobi lobi politik. 

Namun karena desakan publik dan DPRD, akhirnya dana fee itu turun sangat drastis, dari 2 trilyunan ke ratusan milyar. Penurunan ini bukan dianggap prestasi malah menuai pertanyaan dan kecaman lagi. Berapa sesungguhnya commitment Fee balap formula E? Pertanyaan yang sampai sekarang masih sulit dicari jawabannya. 

Lokasi penyelenggaran balap mobil itu juga membuat pihak yang deg degan bertambah banyak. 

Mula mula para pecinta lingkungan dan budaya berteriak saat balapan akan diselenggarakan di seputar Monas. 

Pecinta lingkungan bersuara ketika ratusan pohon tua yang berharga ditebang karena akan digunakan sebagai arena sirkuit. Setelah diprotes, Anies beralasan bahwa pohon itu tidak ditebang hanya dipindahkan, dirawat untuk disehatkan. 

Lalu giliran para pemerhati cagar budaya bereaksi. 

Di seputar Monas terdapat banyak cagar budaya; istana presiden, monas sendiri dll, getaran laju mobil dikuatirkan akan merusak cagar budaya tersebut sehingga mereka menyarankan agar balapan tidak diselenggarakan di daerah Monas.

Peristiwa itu sempat menjadi perdebatan yang panjang karena, sekali lagi, persoalannya digiring ke arah politik yaitu pemerintah pusat vs Pemda DKI (Jokowi vs Anies). 

Yang terjadi baru baru ini, Anies curhat ke partai PKS bahwa balap formula E digusur oleh pemerintah pusat dari Monas ke Ancol. Dilain pihak, Faldo Maldini, stafsus presiden menolak istilah digusur namun digeser. Katanya pihak istana sudah menawarkan lokasi lain di sekitar Monas namun saran tersebut tidak diikuti Anies. 

Mana yang betul antara digusur apa digeser, hanya Tuhan dan para ahli Bahasa Indonesia yang tahu.

Selain dua persoalan diatas yang juga dibarengi drama pandemi covid 19, banyak hal lain menjadi sorotan. 

Pihak panitia penyelenggara yang diduga berkaitan dengan kubu Jusuf Kalla, sebagai pihak pendukung Anies saat pilkada DKI. Lokasi sirkuit di Ancol karena salah satu pendukung Anies adalah Komisaris Taman Impian Jaya Ancol. Pinjaman uang trilyunan dari Bank DKI kepada pihak penyelenggara yaitu Jakpro. Terlibatnya pengurus partai dan pejabat negara sebagai petinggi panitia penyelenggara. Dan yang terakhir masalah sponsor. 

Dari sekian banyak sponsor, yang paling membuat pusing panitia adalah Heineken yang merupakan produsen minuman keras. 

Sebagaimana diketahui, pihak yang paling keras pendukung Anies adalah Alumni 212 yang notabene ummat muslim. Mereka jelas tidak setuju jika ada produsen miras yang menjadi mitra kerjasana. Miras itu haram. Padahal Heineken adalah sponsor global yang harus selalu dicantumkan dalam setiap balapan formula E dimana saja. 

Walaupun akhirnya ada kompromi nama Heineken dihilangkan, hanya tagline atau slogan saja yang dicantumkan, tetapi persoalan ini tentu saja sempat membuat deg degan panitia dan sponsor. 

Ada yang kuat menahan deg degan, tetapi adapula yang memilih untuk tidak jantungan. Beberapa orang yang terlibat dalam 'drama' ini memilih mengundurkan diri. Celakanya, orang orang tersebut adalah para petinggi Jakpro, panitia penyelenggaranya. 

Ada Project Direktor dan Direktur Keuangan Jakpro, ada pula Presiden Komisaris JKON, pemenang tender sirkuitnya. Mereka tidak memberikan alasan mengapa mengundurkan diri, tetapi diduga bahwa itu ada kaitannya dengan carut marut penyelenggaraan balap Formula E. 

Peristiwa itu tentu saja semakin menimbulkan pertanyaan. Penolak Anies punya bahan tambahan untuk memojokkan Sang Gubernur, sementara pendukungnya sibuk mengkonter serangan tersebut. 

Semakin kesini semakin keras pula deg degan para pihak. Pelaksanaan yang tinggal mengibarkan bendera start membuat penasaran semua pihak. 

Lancarkah? berhasilkah? Bagaimana jika ada angin dan hujan lebat? Dan masih banyak pertanyaan yang berputaran di pikiran. 

Namun sebagai sesama bangsa Indonesia, sebaiknya kita kesampingkan semua persoalan dahulu. Mari kita berdoa agar gelaran internasional itu berjalan dengan baik dan lancar. Demi nama baik Indonesia. 

Lantas setelah gelaran ini selesai apakah masih ada pihak yang deg degan?

Tentu saja ada. Dia adalah Anies Baswedan sang Gubernur. Beliau pasti deg degan dengan masa depannya; akankah semakin banyak dikenal dan dikenang? 

Tentu saja Anies Baswedan tetap akan dikenal dan dikenang sebagai sosok yang pernah mengharu biru perpolitikan Indonesia. 

Namun apakah namanya sering disebut sebagai calon presiden, presiden terpilih, atau sosok yang pernah memakai rompi kuning di gedung merah putih, jawabannya hanya waktu yang tahu. . 

Mari kita tunggu. 

Salatiga 040622.115

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun