Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Paylater yang Memalukan

16 Mei 2022   11:55 Diperbarui: 17 Mei 2022   09:47 1861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Utamakan Bayar Hutang / brilio.net - Pinterest

Paylater memang menggoda. Ibaratnya seperti keju diikatkan pada sebuah jebakan untuk menangkap tikus. Jebakan itu siap menjepit si tikus jika binatang pengerat itu tak cerdik memakannya. 

Beberapa bulan lalu saya hampir saja menjadi tikusnya. Paylater di aplikasi saya menawarkan paket gratis jika membeli makanan di restoran tertentu hingga pembelian 80 ribu rupiah. 

Bagi saya yang sehari hari kerja dengan jam makan tak menentu, tawaran makanan gratis tentu saja menggoda iman. Apalagi makanan yang ditawarkan berasal dari resto yang terkenal enak. Gambar makanan yang diperlihatkan sangat menggugah selera. 

Untung, saya lupa saat diminta password gmail sehingga proses masuk ke program Paylater menjadi terhambat. Jika tidak, sampai sekarang mungkin saya masih mengandalkan paylater jika tak ada uang. 

Mengapa saya bilang untung? 

Hal itu karena saya lupa bahwa saya orangnya pelupa. 

Paylater itu sebenarnya program yang menguntungkan, tetapi dengan s/k berlaku. 

Syarat dan ketentuan apa? 

Gampang saja, Anda harus punya uang. 

Jika Anda menggunakan paylater kemudian tagihannya dibayar tanpa terlambat, keuntungan diskonnya jauh lebih tinggi dari biaya admin atau bunganya. 

Sebagai contoh diskon 80 ribu pada cerita saya diatas. Jika punya uang dan tagihannya langsung saya bayar, paling paling saya kena admin tak lebih dari 5 ribu rupiah saja. Masih ada keuntungan 75 ribu yang saya dapat. 

Iming iming paylater tidak hanya makanan saja, tapi banyak barang lain yang bisa dibeli dengan harga murah karena ada tawaran cashback, voucher atau diskon. Paylater bisa menjadi surga belanja bagi mereka yang berduit. 

Namun karena saya pelupa, enaknya makan enak dan murah bisa membuat saya order dan order lagi. Saya tidak ingat melakukan pembayaran sehingga tagihan bertumpuk lalu tak terbayar. Ini sifat alami manusia yang rakus, menggampangkan dan lupa kewajiban. 

Jika tak terbayar, biaya admin dan bunga tagihan paylater akan terus membengkak. Semakin tak terbayar, hutangnya semakin mencekik leher. Seperti ilustrasi diatas, tikus yang memakan keju terjepit jebakannya. 

Jika sudah demikian, Anda akan didatangi, lebih tepatnya dihantui, oleh penagih hutang. Awalnya mungkin hanya ditagih lewat notifikasi, sms, WA atau aplikasi dunia maya yang lain. Tetapi jika tak kunjung dilunasi, Anda mungkin akan didatangi secara fisik. 

Karena ini Paylater bukan pinjol ilegal, berharap saja penagih hutang yang datang berbaju batik memakai sepatu pantofel hitam berbalur semir mengkilat ala marketing koperasi atau bank perkreditan rakyat. Mereka berwajah kelimis dan berperilaku sopan, jadi tidak bikin malu diri dan keluarga. 

Paylater bisa menjadi surga bagi orang berduit tetapi akan menjadi neraka bagi mereka yang hanya bermodal Handphone saja. 

Terkait dengan judul di atas, saya punya beberapa pengalaman memalukan sehubungan dengan paylater. 

Utamakan Bayar Hutang / brilio.net - Pinterest
Utamakan Bayar Hutang / brilio.net - Pinterest

Sebenarnya paylater itu hanya kata lain dari ngebon alias bayar belakangan. 

Hal ini lumrah dilakukan oleh golongan masyarakat kecil dalam komunitas lokal. 

Namun untuk kelas nasional, diubahlah ngebon menjadi paylater agar keminggris dan lebih terlihat elite karena prosesnya sedikit berbelit. 

Dari dulu saya tidak suka paylater di warung. Saya pernah menjadi pendamping pelaku UMKM sehingga tahu betapa menderitanya mereka jika terkena paylater oleh pelanggannya. 

Penderitaanya bukan hanya kesulitan membeli bahan atau barang untuk dijual, tetapi bisa lebih parah lagi yaitu bangkrut. Hal ini jarang dipahami oleh 'penggemar' paylater. 

Mari kita buat hitung hitungan kecil soal uang terkait paylater/ngebon.

Kita minun teh dan makan bakwan seharga Rp 5 ribu lalu ngebon kepada pemilik warung.

Anggap setiap bakwan pemilik warung ambil untung Rp 200. Maka untuk menutupi hutang kita, pemilik warung harus bisa menjual 25 bakwan! 

Mungkin pemilik warung bisa menutup 5 ribu tadi dengan laba dari dagangan lain seperti teh atau rokok.

Namun harus diingat bahwa yang paylater itu bukan hanya 1 atau 2 orang, tapi bisa belasan orang.

Jika dikalikan dengan jumlah hutang mereka, hasilnya bisa puluhan ribu, ratusan ribu hingga jutaan rupiah! 

Dan perlu diingat juga, belum tentu hutang bisa dibayar hari itu atau besok. Banyak pengutang yang harus nunggu gajian atau punya uang dulu untuk bisa membayar hutangnya. Waktunya bisa seminggu, sebulan atau lebih atau malahan tak terbayar. 

Nah, sekarang bisa mengerti kan betapa bingungnya pemilik warung untuk mendapatkan modalnya kembali? 

Makanya mas/pak/ibu/mak/mbok/mbah pemilik warung sering mengatakan, "Untung sedikit tidak apa-apa yang penting lancar. "

Ternyata salah satu maksud 'yang penting lancar' adalah modal uang terus berputar, tidak macet karena paylater. 

Kembali ke judul. Awal saya berkenalan dengan paylater, yang berarti ngebon di warung itu, ketika saya bekerja sebagai tukang ojol. Secara tak disengaja saya melakukan paylater karena situasi.

Hal itu biasanya terjadi saat sedang enak enaknya menikmati minum dan makanan di warung langganan, HP tiba-tiba berbunyi tanda order didapat.

Karena termasuk driver respons cepat, setelah melihat akun, saya langsung berangkat menjemput order. Kadang saya ingat untuk langsung bayar, kadang pula hanya bilang "Nanti bayar sekalian ya", kepada pemilik warung. 

Seperti disebutkan di atas, saya orangnya pelupa.

Suatu hari, ketika baru mengunyah bakwan pertama, tiba tiba saya ditanya pemilik warung, "Pak, teh dan makanan Minggu lalu belum dibayar ya?"

Wajah saya langsung memerah saking malunya. Banyak teman ojol lain yang mendengar kata kata itu. Bisa bisa dikira saya tukang kemplang hutang. 

Saya memang tidak mampir ke warung itu selama seminggu karena sakit. Celakanya saya lupa jika minggu lalu minum teh dan makan bakwannya belum dibayar. 

Peristiwa lupa bayar yang memalukan itu tak hanya terjadi sekali, tetapi beberapa kali. 

Untungnya pemilik warung paham jika saya bukan tipe pengemplang hutang. 

Saya sering nitip uang untuk membayar jajan selanjutnya atau istilahnya prepaid. Sengaja melakukan hal itu agar saya tidak meninggalkan hutang saat tidak mampir lagi ke warung itu. Saya tidak mau dikatai, "Harimau mati meninggalkan belang, Sri Hartono pergi meninggalkan hutang"

Makanya jika tak ingin malu, hati-hatilah melakukan paylater. Hidup kita tak akan tenang jika masih mempunyai utang. 

Tepatlah jika ada kata-kata bijaksana untuk mereka yang berkantong cekak. "Surga belanja ditawarkan di dalam program Paylater, namun surga yang sesungguhnya terdapat di telapak kaki ibu".

Pak Ogah si Jaka Sembung, semoga sih nyambung. 

Salatiga 150522.107

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun