Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menteri Perdagangan Bukan Pawang Minyak Goreng

24 Maret 2022   11:50 Diperbarui: 24 Maret 2022   12:38 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata pawang sedang trending. Ini gara gara aksi Mbak Rara si Pawang Hujan saat beraksi menjinakkan hujan pada gelaran MotoGP 2022 di sirkuit Mandalika beberapa hari lalu. 

Pawang memang berkaitan erat dengan jinak menjinakkan sesuatu yang liar, ganas atau susah diatur. 

Selain pawang hujan, yang keahliannya menjinakkan alam yaitu hujan, adapula orang orang yang pandai atau berprofesi menjinakkan binatang. Maka kita ketahui ada pawang ular, pawang buaya dan pawang binatang lainnya. 

Tentu tidak mudah menjadi seorang pawang. Ada bakat khusus atau kepandaian tertentu yang harus mereka miliki. Jika punya gen seorang pawang, yang biasanya diturunkan oleh keluarga, maka lebih mudah bagi mereka untuk menjadikannya sebagai profesi. 

Pihak keluarga akan tentu saja akan memberi bekal, selain bakat, dengan metode dan tata cara berupa doa, ritual tak ketinggalan benda benda yang dianggap bisa menjadi medium menjinakkan sesuatu. 

Bagi pawang non bakat, mereka harus mempelajari tingkah laku baik alam maupun binatang secara intensif. Ada pula yang berguru kepada orang pandai, melakukan puasa, tapa brata agar mereka paham seluk beluk alam atau binatang yang akan dipawanginya. Segala usaha itu tujuannya sama yaitu kepandaian untuk menjinakkan. 

Di antara semua usaha itu, ada satu hal yang harus dilakukan oleh semua pawang yaitu bergaul, bergelut dengan segala sesuatu yang menjadi profesi mereka. 

Pawang hujan akan selalu mendekatkan diri dengan alam. Pawang binatang sehari harinya  banyak menghabiskan waktu dengan binatang binatangnya. 

Walau sudah sehari hari bergelut dengan profesinya, kepandaian atau kesaktian seorang pawang tak selalu berhasil dalam menjalankan tugasnya. 

Ada banyak kejadian dimana sebuah acara tetap diguyur bukan walaupun sudah mendatangkan pawang. Pun banyak pula peristiwa seorang pawang yang luka luka bahkan tewas gara gara diserang oleh binatang peliharaannya. 

Kembali ke judul. 

Menteri Perdagangan Bukan Pawang Minyak Goreng. 

Jabatan Menteri bukan karena keturunan, bakat, berguru atau melakukan lelaku. Jabatan menteri adalah penunjukkan oleh presiden. 

Menteri Perdagangan jelas tidak bisa disebut pawang. Bahkan sebutan pawang bisa disebut menghina beliau sebagai pejabat negara. 

Namun sebenarnya keahlian seorang pawang sekarang ini diperlukan untuk 'menjinakkan' harga minyak goreng yang bergerak liar dan susah diatur.

Sudah banyak cara dilakukan pemerintah, dalam hal ini menteri Perdagangan, untuk mengusahakan harga minyak goreng stabil dan barangnya tersedia. Ada regulasi, pemberlalukan HET (harga eceran tertinggi) subsidi, operasi pasar, sidak bahkan ancaman pidana bagi mereka yang nakal. Namun usaha tersebut hingga kini belum berhasil. Harga minyak goreng bergerak liar. 

Oleh sebab itu keahlian seorang pawang benar benar diperlukan untuk menjinakkan minyak goreng. 

Sayangnya Pak Menteri bukan pawang minyak goreng. 

Padahal beliau paham seluk beluk minyak goreng dari mulai bahan baku berupa CPO, produksi, distribusi hingga minyak sampai ke konsumen. 

Beliau juga memahami bahwa bahwa harga CPO di pasar dunia sedang tinggi. Hampir 2 kali lipat dari harga yang berlaku di Indonesia. 

Demikian pula kebijakan pemerintah yang sedang mengusahakan bahan bakar alami lewat pemakaian bio solar hingga B100 atau 100% dari kelap sawit. Bahan baku non fosil ini memakai CPO yang tentu saja mengurangi suplai CPO dalam negeri, yang berakibat bahan baku minyak goreng juga berkurang. 

Namun sekali lagi, karena Pak Menteri bukan pawang maka beliau sehari harinya tidak bergulat, bergelut dengan minyak goreng. Pak Menteri bergulat dengan semua barang yang diperdagangkan. 

Padahal jika Pak Menteri bergelut dengan para pihak yang berkaitan dengan minyak goreng, beliau bisa melalukan pendekatan pribadi. Bisa berdiskusi untuk membuat kebijakan yang tepat menyikapi harga CPO dan minyak goreng yang melambung tinggi. 

Orang Indonesia itu tipikal orang yang sungkan dan dermawan, termasuk pengusahanya. Jika mereka diajak ngobrol sambil makan nasi goreng, maka patriotisme dan nasionalisme bisa dibangkitkan. 

Untuk sementara waktu mereka bisa diajak kompromi agar harga minyak goreng tidak naik secara drastis dan barangnya tersedia di pasaran. Tindakan itu dilakukan sambil menunggu pemerintah membuat langkah langkah yang menguntungkan produsen namun tidak merugikan konsumen. 

Karena Pak Menteri bukan seorang pawang, hal diatas tidak dilakukan. Pak Menteri tidak bertemu dengan para pihak yang berkaitan dengan minyak goreng. 

Maka jangan heran ketika beliau curhat di hadapan para anggota DPR dan mengatakan bahwa ada mafia minyak goreng. Jangan heran pula mengetahui Pak Menteri yang heran ketika HET ditetapkan, migor menghilang tetapi ketika HET dihilangkan, migor secara ajaib memenuhi rak rak toko. 

Yang dihadapi Pak Menteri Perdagangan adalah manusia, bukan alam bukan pula binatang. 

Manusia yang berdagang selalu memperhitungkan untung rugi. Jika harga turun mereka bisa menanggung rugi, jika harga naik, itu kesempatan mendapatkan keuntungan sebanyak banyaknya. 

Karena Pak Menteri tidak bisa selalu bergaul dengan para pedagang untuk berdiskusi, maka beliau kesusahan mengatur para pedagang. Setiap tahun selalu ada momen mereka mengambil untung sebanyak banyaknya. 

Masa lebaran, Natal, Tahun Baru, Imlek adalah masa dimana harga barang naik. Tidak peduli masyarakat menjerit jerit, pokoknya di momen itu harga harga pasti naik. 

Dari jaman presiden yang diaku "Piye, jamanku luwih penak tho? hingga presiden yang dianggap plonga plongo, semua Menteri Perdagangannya secara instan tak mampu mengatasi kenaikan harga yang melambung tiba tiba.

Setiap hari raya  harga selalu naik. Setiap tahun ada saja barang yang berkurang atau hilang dari pasaran. 

Makanya yang perlu disiapkan masyarakat adalah ketegaran hati, uang tabungan dan perilaku prihatin. 

Kita harus tegar tak perlu stress bila harga barang barang naik tiba tiba. Uang tabungan segera diambil dan dibelanjakan agar kebutuhan barang tetap tersedia di dapur dan di lemari. 

Sementara bagi yang tak punya tabungan, siap siap saja untuk prihatin lagi. Toh tahun lalu, tahun lalunya dan bertahun tahun lalu kita sudah biasa prihatin karena harga barang naik. 

Maka jika sekarang harga minyak goreng naik 2 kali lipat karena tidak bisa 'dijinakkan' Menteri Perdagangan, kita harus maklum. 

Menteri Perdagangan bukan pawang minyak goreng. 

Salatiga, 240322.97

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun