Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Humor

Kena Omicron Itu Ngilu-Ngilu Sedap

17 Maret 2022   13:43 Diperbarui: 17 Maret 2022   13:46 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MASKER / WIDJANA BLOGSPOT. COM - Pinterest. 

Artikel ini bukan berarti meremehkan omicron, tapi karena sudah melewati masa sengsara terkena penyakit milenial global ini, saya bisa bercerita dengan gembira sambil sesekali terbatuk batuk. 

Pertengahan Pebruari lalu saya merasakan tenggorokan yang agak sakit, biasanya itu pertanda saya akan kena flu atau batuk. Saya tetap bandel dan terus kerja walaupun setiap hari berkendara puluhan kilometer di terpa hujan hingga beberapa jam. Saya pikir dengan minum vitamin, madu dan makan yang banyak, gejala sakit itu bisa teratasi. 

Namun saya lupa bahwa usia sudah lebih dari setengah abad. Walaupun saya tidak merokok, minum miras dan beristirahat dengan cukup, faktor U atau umur tetap sangat berpengaruh. Stamina sudah tidak sekuat waktu masih muda dulu. 

Siang itu saya sudah agak pusing, tetapi berhubung poin akun ojol sudah banyak, saya memaksakan diri tetap bekerja walau hujan deras. Saya harus mendapatkan poin 27,5 agar pendapatan bisa digenapkan menjadi 205 ribu.

Sekitar pukul 18.30-an, poin itu tercapai lalu saya pulang sembari menahan pusing yang semakin hebat. 

Sesampai dirumah saya langsung berusaha  tidur. Tetapi hal itu sulit sekali karena kepala pusing, tubuh menggigil walau panas tubuh tetap normal. 

Malam itu benar benar malam yang menyiksa. Kepala pusing, badan terasa kedinginan dan yang paling berat adalah tulang dan sendi yang berasa ngilu. Sepanjang malam saya tidak bisa tidur karena badan berasa sakit semua.

Saya tidak tahu apakah ini yang dinamakan kena omicron.  Beberapa gejalanya seperti yang digambarkan jika seseorang kena salah satu varian covid itu. 

Yang jelas kali ini saya lebih memilih sakit gigi daripada penyakit ini. Jika sakit gigi hanya cenat cenut di gigi dan kepala, kali ini seluruh badan terasa cenat cenutnya. 

Keesokan paginya rasa sakit tidak mereda tapi bertambah parah. Saya memutuskan tidak bekerja dan beristirahat dirumah. Saat itu saya berpikir bahwa ini efek kecapekan saja karena saya tidak pernah libur, padahal setiap hari bekerja lebih dari 10 jam dan sering diguyur hujan. 

Lagipula dari beberapa gejala omicron yang banyak diberitakan, beberapa gejaka tidak saya rasakan yaitu diare, panas, batuk, pilek dan kehilangan penciuman. Oleh sebab itu saya tidak memeriksakan diri ke puskesmas karena gak ingin merepotkan negara. Cukup istri saya saja yang repot karena saya pingin dimanja dan dilayani. 

Hari ketiga dan keempat, badan masih terasa ngilu dan lemas. Celakanya kedua anak saya ketularan. Mereka demam dan batuk batuk. Untungnya Si sulung yang cewek hanya 2 hari saja sudah sembuh, sementara si bungsu yang cowok, baru 3 hari bisa mereda. Mereka bisa cepat sembuh karena mungkin baru saja divaksin untuk kedua kalinya. 

Sementara saya sendiri mulai mendingan di hari ke 5. Ngilu sudah berkurang dan badan sudah tidak lemas lagi. Saya memutuskan untuk bekerja lagi keesokan harinya. Biarlah badan ini sedikit menjerit lagi daripada mendengar teriakan dompet yang mulai tak terisi. 

Tujuh hari saya bisa bekerja dengan lancar. Walaupun setiap hari tetap bekerja selama 10 jam dan berhadapan dengan cuaca yang tak menentu, fisik saya masih bisa mendukung. 

Namun di hari ke-8, pusing itu muncul lagi sejak pagi. Saya memutuskan berhenti bekerja di tengah hari. Poin ojol yang sudah lumayan tak lagi dipedulikan, saya harus pulang dan beristirahat agar penyakit tak tambah berat. 

Betul saja, sampai dirumah pusing semakin memghebat, badan menjadi pegal linu dan lemas. Saya berusaha mengatasinya dengan mengkonsumsi vitamin, madu bahkan jamu pegal linu ramuan sebuah toko yang belum selama ini belum pernah saya minum. Namun sakit itu tak hilang juga, bahkan rasanya semakin parah. 

Jika ada saran bila sakit sebaiknya istirahat dan rebahan saja, tetapi kali ini saya tidak bisa melakukannya. Bila dibuat rebahan, badan ini malah terasa sakit semua. Tulang dan sendi ngilu cenat cenut dengan kepala yang terasa pusing dan berat. Namun saat dipaksakan bangun, kaki ini terasa gemetar sehingga jalannya terhuyung huyung. 

Saya tak bisa bayangkan kaum rebahan yang terkena penyakit ini. Saya rasa mereka akan memilih diputuskan pacar saat sakit gigi daripada terkena penyakit yang saya derita itu. Obat dan rebahan tak bisa mengatasi penyakit yang satu ini.

Saya yang biasanya rajin membaca tak bisa dilakukan lagi. Setiap melihat jejeran huruf dan angka, mata ini berkunang kunang diiringi airmata yang berlinang linang. Maka bersenang senanglah anak anak saya. HP saya yang selalu penuh kuota, dipinjam oleh keduanya untuk berseluncur di dunia maya.

Semuanya serba salah. Jika saya beraktifitas, kepala terasa pusing dan badan menjadi lemas. Namun jika saya berusaha rebahan, badan, tulang dan sendi terasa ngilu tak berkesudahan. 

Satu satunya yang bisa mengibur adalah nafsu makan saya hanya sedikit terganggu. Oleh sebab itu saya harus bisa mempertahankan nafsu makan itu. 

Celakanya nafsu makan saya hanya bisa terpancing dengan makanan yang enak enak. Makanan yang dibakar atau dipanggang seperti sate, daging dan ikan adalah makanan favorit saya, dan itu harganya akan mahal. Apalagi saya juga suka makan buah. Harga buah sekarang juga semakin mahal. Makanya untuk sakit yang sekarang ini jadinya 2 kali penderitaan. Penderitaan di tubuh dan di dompet saya. 

Delapan hari saya mengalami situasi dan kondisi diatas. Saya tidak pergi ke tenaga medis sehingga tidak tahu apakah saya kena omicron atau tidak. Saya melakukan isoman sendiri. Kali ini saya melakukannya sampai tuntas sampai 14 hari, sampai betul betul sehat kembali.

Saya sudah mencari tahu mengapa penyakit saya (dengan gejala seperti terkena omicron) bisa terjadi dalam waktu yang berdekatan padahal saya sudah vaksin 2 kali. Sepertinya saya terkena apa yang disebut Long Covid. 

Apa itu Long covid bisa dibaca disini :

https://www.kompas.com/sains/read/2022/03/01/173000023/begini-gejala-long-covid-omicron-dan-cara-mencegahnya-menurut-ahli

Yang jelas, satu gejala yang membuat saya paling tersiksa adalah ngilu di tulang sendi dan tubuh. Jika batuk, flu dan pusing bisa diatasi dengan obat yang dibeli di apotek, ngilu ngilu itu tidak ada obatnya. Ngilu itu akan hilang sendiri jika kita bisa menambah daya tahan tubuh. Istirahat, makan bergizi minum vitamin dan tak lupa berjemur di pagi hari adalah caranya. 

Nah kembali ke judul. 

Mengapa saya beri judul 'Ngilu Ngilu Sedap'? 

Karena setelah menderita berhari hari lamanya, saya menemukan rasa sedap pada penderitaan itu. Apa saja?  Berikut rasa sedapnya. 

1. Berkumpul penuh dengan keluarga karena hari hari sebelumnya jarang dilakukan. 

2. Jiwa dan raga bisa beristirahat total. 

3. Bisa makan makanan yang enak enak walaupun boros. 

4. Senangnya tahu seluruh anggota keluarga tidak pumya komorbid. 

5. Baru kali ini bisa nonton drakor sampai tamat (walaupun tetap tidak hapal nama pemerannya). 

6. Masih bisa menulis artikel humor ini. 

Sekian artikel ini, mudah mudahan bermanfaat. 

Bagi Anda yang sedang terkena Omicron, saya doakan semoga cepat pulih. Jika Anda tidak punya komorbid, dengan perawatan yang tepat Omicron ini akan sembuh dengan sendirinya. 

Mari tetap menjaga prokes dan daya tahan tubuh. 

Salatiga, 170322.95

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun