Lagipula dari beberapa gejala omicron yang banyak diberitakan, beberapa gejaka tidak saya rasakan yaitu diare, panas, batuk, pilek dan kehilangan penciuman. Oleh sebab itu saya tidak memeriksakan diri ke puskesmas karena gak ingin merepotkan negara. Cukup istri saya saja yang repot karena saya pingin dimanja dan dilayani.Â
Hari ketiga dan keempat, badan masih terasa ngilu dan lemas. Celakanya kedua anak saya ketularan. Mereka demam dan batuk batuk. Untungnya Si sulung yang cewek hanya 2 hari saja sudah sembuh, sementara si bungsu yang cowok, baru 3 hari bisa mereda. Mereka bisa cepat sembuh karena mungkin baru saja divaksin untuk kedua kalinya.Â
Sementara saya sendiri mulai mendingan di hari ke 5. Ngilu sudah berkurang dan badan sudah tidak lemas lagi. Saya memutuskan untuk bekerja lagi keesokan harinya. Biarlah badan ini sedikit menjerit lagi daripada mendengar teriakan dompet yang mulai tak terisi.Â
Tujuh hari saya bisa bekerja dengan lancar. Walaupun setiap hari tetap bekerja selama 10 jam dan berhadapan dengan cuaca yang tak menentu, fisik saya masih bisa mendukung.Â
Namun di hari ke-8, pusing itu muncul lagi sejak pagi. Saya memutuskan berhenti bekerja di tengah hari. Poin ojol yang sudah lumayan tak lagi dipedulikan, saya harus pulang dan beristirahat agar penyakit tak tambah berat.Â
Betul saja, sampai dirumah pusing semakin memghebat, badan menjadi pegal linu dan lemas. Saya berusaha mengatasinya dengan mengkonsumsi vitamin, madu bahkan jamu pegal linu ramuan sebuah toko yang belum selama ini belum pernah saya minum. Namun sakit itu tak hilang juga, bahkan rasanya semakin parah.Â
Jika ada saran bila sakit sebaiknya istirahat dan rebahan saja, tetapi kali ini saya tidak bisa melakukannya. Bila dibuat rebahan, badan ini malah terasa sakit semua. Tulang dan sendi ngilu cenat cenut dengan kepala yang terasa pusing dan berat. Namun saat dipaksakan bangun, kaki ini terasa gemetar sehingga jalannya terhuyung huyung.Â
Saya tak bisa bayangkan kaum rebahan yang terkena penyakit ini. Saya rasa mereka akan memilih diputuskan pacar saat sakit gigi daripada terkena penyakit yang saya derita itu. Obat dan rebahan tak bisa mengatasi penyakit yang satu ini.
Saya yang biasanya rajin membaca tak bisa dilakukan lagi. Setiap melihat jejeran huruf dan angka, mata ini berkunang kunang diiringi airmata yang berlinang linang. Maka bersenang senanglah anak anak saya. HP saya yang selalu penuh kuota, dipinjam oleh keduanya untuk berseluncur di dunia maya.
Semuanya serba salah. Jika saya beraktifitas, kepala terasa pusing dan badan menjadi lemas. Namun jika saya berusaha rebahan, badan, tulang dan sendi terasa ngilu tak berkesudahan.Â
Satu satunya yang bisa mengibur adalah nafsu makan saya hanya sedikit terganggu. Oleh sebab itu saya harus bisa mempertahankan nafsu makan itu.Â