Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Naturalisasi

19 Januari 2022   12:05 Diperbarui: 19 Januari 2022   12:13 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ronaldo / Sumber Gambar DeviantArt - Pinterest

Shin Tae-yong mempunyai program pesepakbola berdarah Indonesia yang bermain di luar negeri diajak menjadi pemain timnas Indonesia kala berlaga melawan tim lain. Orang menyebutnya Naturalisasi.

Kalau disebut berdarah Indonesia saya kurang setuju karena golongan darah manusi seluruh dunia itu ya banyak yang sama  yaitu A, B, AB, O dll. 

Kita juga berasal dari nenek moyang yang sama, hanya karena ada yang suka rebahan di goa dan yang lain senang merantau, maka jadilah berbagai suku bangsa seperti sekarang ini. 

Inti dari program itu adalah pesepakbola dari negara lain diminta bermain untuk timnya. Harapannya agar tim sendiri menang dan menjadi juara. 

Sebenarnya meminta pesepakbola lain berlaga untuk tim sendiri sudah ada sejak puluhan tahun lalu semasa saya masih SD. 

Hanya saja kadarnya tidak sebesar sebuah negara, tetapi hanya lain kampung, lain kota dan lain lainnya. Pokoknya bukan berasal daerah sendiri. Dulu namanya Ngebon Pemain atau Pemain Bon Bonan. 

Mengapa kok disebut Ngebon? Istilah ngebon khan biasanya berhubungan dengan ngutang? 

Jawabannya saya tidak tahu. Tapi kalau mau sok tau, bisa dihubungkan dengan hutang juga.

Tim yang ngebon pemain akan merasa berhutang budi jika timnya menang dan juara. Sementara pemain bon bonan juga merasa berhutang jasa jika timnya kalah dan tidak jadi juara. 

Bon bonan kadarnya tidak sebesar negara, maka program itu tidak dinamakan naturalisasi. Kalau kelas kampung ya dinamakan kampungisasi. Kelas kota bisa disebut kotanisasi dan seterusnya. Lha kalau kelas lokal mau disebut apa? Silahkan dijawab sendiri. 

Jaman dulu soal pemain bon bonan sering tidak ada aturannya. Pokoknya dia didatangkan dan dianggap pemain tim sendiri. Soal nanti ketahuan tim lain urusannya belakangan. Maka biasanya pemain bon bonan diambil dari daerah lain supaya tidak dikenali tim lawan. 

Pemain bon bonan biasanya mendapat perhatian lebih banyak. Selain kualitasnya lebih baik dari pemain sendiri, dia juga dicermati oleh suporter dari tim sebelah. 

"Lho pemain itu memang dari tim sebelah tho? Kok gak pernah lihat" Begitu biasanya bisik bisik sesama suporter satu tim. 

Namun bisik bisik itu belum menjadi protes, baru sekedar tanya sana sini saja. Permainan sepak bola terus lanjut dengan seru. 

Nah, setelah pertandingan berakhir dan tim yang ngebon pemain menang, barulah protes dilayangkan oleh tim lawan. 

Yang namanya protes suporter itu pasti seru. Teriakan bersahutan disana sini. Ranting pohon, plastik berisi air, tanah lumpur tak jarang dilempar lemparkan. Jaman dulu belum ada air mineral dan flare, jadi tidak ada perang botol air mineral atau tembak tembakan flare. Namun suasananya tetap kacau. 

Apabila protes tidak ditanggapi, maka kekacauan bisa berujung tawuran. Mungkin ini yang menjadi awal mula mengapa sering terjadi tawuran antar kampung. Jangan jangan dulu penyebabnya adalah protes pertandingan sepakbola karena ada pemain bon bonan. 

Untungnya kalau kelas antar negara tidak ada pemain yang disebut pemain bon bonan. FIFA sebagai organisasi yang membawahi sepakbola dunia sudah mempunyai aturan tersendiri. 

Bayangkan kalau FIFA menyetujui pemain bon bonan. Jika negara yang kalah protes, tidak hanya suporter saja yang tawuran, mungkin negaranya jadi ikut tawuran dan jadi perang antar negara betulan. 

Sebenarnya kalau ada pemain bon bonan antar negara Indonesia bisa menjadi negara yang paling diminati pemain asing. 

Misalkan kita mau ngebon Ronaldo, Messi atau Mo Salah. 

Karena akan sangat mahal jika kita membayar mereka dengan uang, solusinya adalah dengan menawari mereka liburan dengan fasilitas premium. 

Kita tawarkan menginap di Bali dengan privilage kelas tinggi. Hotel termewah, pantai terindah, pagelaran budaya yang menarik, pijat aroma therapi yang nyaman. Pokoknya kelas paling mewah lah. 

Bisa juga wisata di Jogja dengan pelayanan kelas Sultan, mengunjungi bahkan menginap di candi Borobudur dan Prambanan, dihibur tarian penari Keraton. 

Kita punya banyak pesona lain lagi misal di Sumatera Utara dengan Danau Toba, Sumatera Barat lewat rumah Gadang, Keindahan alam dan keramahan warga ala Papua dan masih banyak daerah lain yang bisa ditawarkan. 

Para pemain asing jelas akan tertarik lah... Soal uang mereka jelas cukup karena sudah kaya raya. Namun untuk menikmati alam, budaya dan keramahan masyarakat, barangkali mereka masih kurang. 

Indonesia punya semua kenikmatan itu. 

Ada baiknya juga  kalau PSSI melobi FIFA agar pemain bon bonan antar negara di setujui. 

Kembali ke Naturalisasi. 

Kita tidak perlu meributkan program Naturalisasi. Sejak dulu sampai sekarang memainkan pemain asing itu sudah biasa. 

Jika saat itu timnas Indonesia belum juara, mungkin nasib timnas memang belum mujur. Mungkin juga pemilihan pemainnya tidak tepat. Mungkin juga pemain asingnya kurang banyak atau terlalu banyak. 

Atau mungkin juga di PSSI ada pengurus hasil Naturalisasi dari pihak lain yaitu mafia bola. 

Semoga tidak ya.. Kita yakin semua pihak akan terus mendukung Indonesia juara.. 

Salatiga, 190122.83

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun