Sistem ini banyak dilakukan oleh bus reguler antar kota dalam propinsi (AKDP) dan bus antar kota antar propinsi (AKAP)Â
3. Sistem Setoran
Pada sistem ini sopir dan kru bus harus menyetorkan sejumlah rupiah kepada pemilik PO. Besar kecilnya pendapatan mereka tergantung sisa uang setelah dikurangi setoran.Â
Apabila penumpang sepi, sopir dan kru bisa mengalami kerugian jika jumlah yang disetorkan kurang dari ketentuan. Mereka kemudian berhutang kepada PO. Bayarnya jika ada kelebihan uang saat penumpang ramai.Â
Sistem ini bisa dikenali saat Anda dioper ke bus lain dengan alasan rusak atau penumpang sedikit. Sopir dan kru tak mau rugi terlalu banyak karena mereka tetap harus setoran.Â
Ciri lainnya adalah penumpang yang terlalu berjejal. Walau bus sudah penuh, kru bus akan tetap mencari penumpang dengan terikan,Â
"Kosong kosong, masih ada tempat.... "
Para sopir bus pada sistem ini akan memainkan kecepataanya sesuai situasi. Bila penumpang banyak atau penuh, kecepatannya cenderung tinggi agar cepat sampai dan bisa narik lagi.Â
Namun apabila penumpang sepi, mereka cenderung lelet bahkan sengaja ngetem lama agar mendapat penumpang. Banyak penumpang yang geregetan saat situasi ini terjadi.Â
Selain ketiga sistem pendapatan di atas, ada situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan para sopir bus ngebut di jalanan. Inilah di antaranya:
1. Karakter sopir