Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rock Pengusir Setan

9 September 2021   12:54 Diperbarui: 9 September 2021   12:58 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika musik rock diidentikkan sebagai musik setan barangkali memang sedikit benar. 

Lihatlah grup rock KISS, dandanannya berbedak tebal dengan riasan wajah yang sering diidentikkan sebagai pemuja setan. 

Ada Grup Rock lokal juga berdandan hampir sama, memakai nama yang sering dikaitkan dengan setan pula KUBURAN. 

Demikian lirik maupun musiknya. Ada nuansa setan yang dilukiskan disana macam lagunya Judas Priest ' Touch of Evil'

Jadi bagaimana para pencinta musik metal bisa mengelak jika kenyataanya memang demikian? 

Namun biarlah orang mengatakan rock musik setan karena kenyataanya musik rock buat saya adalah musik pengusir setan. 

Saat saya kerja di daerah terpencil di Indonesia Timur, saya mendampingi beberapa desa yang letaknya berjauhan dengan tempat tinggal. 

(Silahkan baca tulisan saya 'Rock Yang Menyatukan?') 

Setiap hari saya harus mendatangi beberapa desa untuk melakukan pendampingan kegiatan.

Tak jarang saya harus pulang sampai tengah malam, terutama pada saat rapat bulanan dan penyusunan program.

Mengantarkan penduduk yang pulang kemalaman juga harus dilakukan, apalagi jika rapatnya bukan didesa tempat dia tinggal. Ternyata saya memang berbakat jadi tukang ojek sejak dulu. 

Kalau sudah pulang malam seorang diri, musik rock lah yang menemani. Menempuh jarak sampai puluhan kilometer, melewati jalan jalan sunyi yang membuat bulu kuduk berdiri. 

Kalau sudah demikian, saya pun  bernyanyi sebisanya. Tidak semua lagu saya hapal liriknya. Barangkali kalau ada bule yang menemani, dia pasti tertawa dalam hati. "Orang ini nyanyi lagu apaan, liriknya ngawur tidak karuan"

Saya tidak peduli apa yang bisa terjadi. Pokoknya menyanyi keras keras sambil angguk anggukan kepala. Berharap bisa mengusir bayangan setan nakal yang mulai hinggap di kepala. 

Kaset sampai bolak balik dari side A ke side B balik lagi ke side A dan seterusnya. 

Celakanya kalau saya lupa membawa baterai cadangan. Baterai Walkman habis saya bingung tidak karuan. Mau ke warung tapi hanya hutan atau tepian pantai yang ada di pandangan. 

Terpaksa tetap bernyanyi tanpa musik. Agar si setan tak jadi berbisik. Menghantui pikiran yang mulai terusik. 

Lebih celaka lagi kalau ada panggilan tiba tiba. Malam malam saya harus ke kota yang jaraknya 150 km . Jarak sejauh itu saya biasanya saya tempuh dalam waktu 5 jam. Karena jalurnya penuh tikungan dan lubang yang menganga disepanjang jalan. 

Daerah terpencil, jalannya sunyi dan sepi. Bisa berpapasan dengan 5 mobil saja menjadi sebuah keberuntungan. Apalagi kalau ketemu rombongan, itu sebuah kebahagiaan tak terkatakan. Ada teman seperjalanan selama 5 jam mengarungi wilayah sepi nan jauh dari kampung halaman. 

Nah, Anda bayangkan berapa lagu rock harus dinyanyikan selama perjalanan 5 jam kalau tanpa teman. Jika sebuah konser, penyanyinya pasti bibirnya sudah dower dan terengah engah kehabisan napas. 

Lama kemudian saya pulang ke Salatiga, apakah kejadian itu tak bakal terulang lagi? 

Oo tidak kawan.. 

Saya harus kembali mengulangi kebiasaan menyanyi lagu rock ditengah malam sepi sambil berkendara motor seorang diri. 

Sebagai seorang tukang ojek online, saya bersiap mengirim penumpang, barang atau makanan kemana saja. 

Salatiga adalah sebuah kota kecil yang dikelilingi pegunungan. Masih banyak hutan dan perkebunan yang ditemui. Hutan jati dan perkebunan karet. 

Trip malam melewati sawah kebun dan hutan sering saya temui. Berkendara seorang diri ditengah malam sepi. Hanya musik metal yang tetap setia menemani. 

Kalau titik antarnya tepat, saya dengan cepat bisa menemui customernya. Namun tak jarang titik antar meleset. Bisa puluhan meter,bisa berkilo meter. Daerah pegunungan sering susah sinyal. Titik antar meleset, salah salah menyasar ke hutan atau tengah kuburan. Kuburan desa yang kerandanya sering berada di depan pintu makam. 

Benar benar horor.... 

Dulu di luar Jawa saya sering menyanyikan 'Home sweet home' dari Motley Crue. Karena sering dibuai rindu kampung halaman. Kini saya banyak mendengarkan 'Slave To The Grind' milik SKID ROW. Beatnya cepat sesuai yang saya perlukan. 

Sebagai tukang ojek online, saya punya moto Cepat dan Tepat. Supaya tidak mengecewakan pelanggan yang sudah memberi order. Kalau cepat, makanan dan minuman masih tetap hangat. Pelanggan puas, bintang lima didapat. 

'Slave To The Grind' beat nya memang cepat. Ditambah melengkingnya suara Sang vokalis Sebastian Bach, sangat tepat untuk memberi semangat.

Saya sekarang harus cepat. Namun bukan karena takut dikejar setan. Justru  saya yang mengejar setan. Namanya setan orderan. Orderan yang tidak tahu darimana, kapan, jenis order dan siapa pengordernya. 

Saya semangat, saya cepat, setan order tertangkap. 

Salatiga 100921.34.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun