Kamu dapat K-Reward?Â
Itu pertanyaan yang belum pernah saya dapatkan. Lha saya masih belum bisa berkomunikasi dengan K'ners lain, kecuali lewat komen. Akun saya masih dipalang pintu, belum centang hijau apalagi biru. Jauuuhhh.Â
Tapi, kalau tiba tiba dapat K-Reward bagaimana?Â
Wah, ya jelas akan menimbulkan pertanyaan, menimbulkan konflik.Â
Bayangkan, artikel saya masih tujuh, views saya dibawah limaratus, followers saya duapuluh saja tidak sampai, komennya antara ada dan tiada, kalau tiba tiba saya dapat K-Reward apa tidak bikin geger dunia Kompasiana.Â
Pasti akan timbul pertanyaan; Siapa sih Sri Hartono? Berapa sih artikelnya? Viewernya? Siapa saja followernya?Â
Kalau pertanyaan yang diatas sudah terjawab, akan muncul gerutuan;Â
Lha wong artikelnya saja baru segitu. Tulisannya tidak bermutu. Viewernya kurang dari aku. Followernya saja cuma kamu, bisa bisanya dia sudah dapat K-Reward. kurang Asem!!Â
Lalu muncullah kecurigaan;
Jangan jangan dia diistimewakan karena jomblo kelamaan. Jangan jangan karena tidak pernah kritik admin K. Jangan jangan dia pakai dukun. Jangan jangan dia pakai konsultan penulisan. Jangan jangan dia punya koneksi orang dalam.Â
Semua pertanyaan, gerutuan dan kecurigaan kemudian ditulis dan dianggit di Kompasiana. Timbullah pro dan kontra. Kompasianer terpecah belah. Terjadi lah perang artikel dan komen. Muncullah kubu kubu, mirip pilpres yang lalu.Â
Kubu yang  mendukung saya dijuluki KompasiaBong, sedangkan kubu yang kontra dinamai KompasiaPret.Â
Maka perang artikel pun tidak terelakkan. Ramai dan berjilid jilid. Pagi siang dan malam hanya K-Reward yang menjadi topiknya. Admin K senang tak terkira. Lapaknya laku dan menjaring laba.Â
Perang artikel dan komen terus berlanjut, tidak tahu kapan akan berhenti.Â
Karena tidak puas, kubu KompasiaPret melakukannya demo. Alasannya; adanya ketidak adilan, adanya oligarki artikel, admin K tidak mampu mengatasi konflik.Â
Tuntutannya cuma satu, "Turunkan Admin K ganti dengan Prof Pebrianov!!! "
Maka muncullah banyak artikel demo. Tulisan humor diselingi demo, anggitan sosbud mencantumkan demo. Pun puisi, juga manaburkan kata kata demo. Bahkan bahasan resep juga mencantumkan demo; "Cara membuat demo yang enak, gurih dan maknyos"Â
Diakhir tulisan selalu dicantumkan tuntutan, "TURUNKAN ADMIN K, GANTI DENGAN PROF. PEBRIANOV!!!"
Tidak hanya demo, para KompasiaPret mulai menyelidiki saya. Dicari carilah semua hal yang menyangkut saya; siapa orang tuanya, dimana pendidikannya, siapa keluarganya, berapa kekayaanya, siapa saja teman akrabnya, siapa selingkuhannya, punya file porno apa tidak.Â
Hoaks diluncurkan, disambut dan disebar luaskan.Â
Kubu pendukung saya, KompasiaBong, tak mau kalah. Kontra narasi pun diunggah. Semua hoaks juga disanggah.
Karena kewalahan, Kubu KompasiaPret terus menyerang. Merekapun memberi julukan KompasiaBong sebagai BuzzerReward.Â
Suasana menjadi tegang dan mencekam. Hanya karena saya mendapat K-Reward.Â
Nah, Saudara saudara.. Maukah hal mengerikan itu terjadi pada kita?Â
Tentu saja tidak kan?Â
Maka, saya menyarankan kepada Admin K,
" Jangan memberi saya K-Reward sebelum saya layak mendapatkannya. Supaya tidak terjadi bencana di dunia Kompasiana".
Ada Kompasianer nyeletuk, "Kalau artikel ini dinilai bagus, bermutu, mengandung banyak ilmu, kemudian Admin K berkenan memberi K-Reward, bagaimana? "
Sambil berbisik saya berkata,Â
" Kalau itu, tanyakan saja kepada istri saya. Dia sedang kekurangan uang belanja".
Salatiga 110821.8
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H