Mohon tunggu...
Sri Handoko Sakti
Sri Handoko Sakti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN STEI RAWAMANGUN JAKARTA

HOBY MUSIC, MEMBACA , HIKING

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sertifikasi dosen dan guru, sebuah persamaan yang berbeda

3 Januari 2025   14:43 Diperbarui: 3 Januari 2025   14:43 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : https://www.umada.ac.id/42-dosen-umada-mengikuti-seleksi-serdos-tahun-2020-tahap-i/

Sebuah Awal yang Menarik

Dua dunia, satu tujuan. Begitulah kira-kira gambaran awal tentang profesi dosen dan guru SMU. Kalau dipikir-pikir, keduanya sebenarnya memiliki misi yang sangat mulia: mendidik generasi penerus bangsa. Namun, ada satu hal yang membuat mereka mirip dengan dua saudara kembar yang meskipun identik, selalu berdebat soal siapa yang lebih hebat, yaitu sertifikasi.

Sering kali kita mendengar bahwa untuk menjadi dosen yang sah (serta dapat dihormati dengan gelar "S3-segala" di depan namanya), ada beragam langkah yang harus ditempuh. Penelitian, publikasi jurnal, pengabdian masyarakat, dan tentu saja poin-poin lainnya yang kadang terasa seperti kamu sedang menjalani ujian kelulusan yang ditantang oleh para profesor berwajah serius.

"Jadi begini ceritanya... Dulu, kalau kamu mau jadi guru SMU, yang penting kamu bisa menjelaskan rumus Fisika tanpa meleleh di papan tulis. Cukup deh, yang lain? Bisa mengajar dan memiliki sedikit trik untuk menghindari drama siswa yang lebih sering berpikir tentang makanan ketimbang tentang hukum Newton. Selesai! Namun, entah kenapa, zaman sekarang berubah drastis. Kalau ingin jadi dosen, siap-siap deh untuk mengikuti serangkaian ujian yang sepertinya lebih rumit daripada ujian seleksi calon Presiden! Ya, kamu baca itu dengan benar lebih rumit dari ujian Presiden. Coba bayangkan, ujian serdos itu seperti ujian kelulusan S3, sementara kamu baru ingin menjadi dosen. Kalian harus ngumpulin banyak dokumen, mengirimkan berkas, menulis jurnal, lalu menunggu berbulan-bulan, dan terkadang berharap dokumen tersebut sampai ke meja yang benar---sebelum komputer rusak atau internet mati! Begitu serunyakah perjalanan menuju serdos?"

Mahluk apakah itu Serdos?

Serdos, atau Sertifikasi Dosen, adalah proses yang memungkinkan dosen di perguruan tinggi mendapatkan pengakuan resmi atas kelayakan akademis dan profesi mereka. Kalau kamu kira menjadi dosen itu cuma soal mengajar di depan kelas dan ngasih tugas, coba pikir lagi. Dosen yang ingin memperoleh gelar sertifikasi harus melalui serangkaian ujian, pengumpulan dokumen, dan yang lebih menarik, harus mempublikasikan artikel ilmiah atau melakukan penelitian.

Gampang? Oh, tentu tidak! Proses serdos ini bisa dibilang lebih mirip dengan film "Indiana Jones", penuh dengan tantangan dan teka-teki. Bayangkan kamu seperti Indiana Jones yang harus mengumpulkan jurnal ilmiah, bukti pengabdian kepada masyarakat, dan mengisi berbagai formulir online yang, jika salah satu aja hilang, bisa membuat kamu tenggelam dalam lautan administrasi yang tak berujung.

Lantas bagaimana dengan Sertifikasi Guru SMU?

Nah, ini juga serupa, karena tujuannya untuk mengakui kompetensi para guru yang mengajar di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMU). Namun, kalau kita bandingkan dengan Serdos, proses sertifikasi guru ini bisa dibilang lebih santai, meskipun masih ada beberapa tantangan.

Guru SMU, mereka nggak perlu menulis jurnal atau mempublikasikan penelitian. Cukup dengan mengikuti ujian kompetensi dasar dan pedagogik, serta beberapa pelatihan, mereka sudah bisa mendapatkan sertifikasi ini. Sederhana kan? Nah, prosesnya memang lebih seperti naik sepeda di jalan raya, masih ada rintangan di sana-sini, tapi tetap bisa dilalui tanpa harus terjun ke dalam sungai administratif yang dalam.

Ke dua perbedaan yang sederhana ini Seperti Perjalanan Indiana Jones vs. Naik Sepeda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun