Mohon tunggu...
Sri Mustari Handayani
Sri Mustari Handayani Mohon Tunggu... Guru - Guru selalu belajar sepanjang hayat

Guru, belajar menulis, berbagi ilmu dan pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karang Terjal Berliku

30 Oktober 2022   21:33 Diperbarui: 30 Oktober 2022   21:51 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu melihat di rumahnya banyak orang hati Via pun cemas dan teringat dengan ayahnya. Via pun turun dan keluar dari mobil lari ke dalam sambil berteriak "ayah, ayah... Kenapa ayah?"

Terlihat ayahnya sudah terbujur kaku di atas ranjang ruang tengah, Via pun menjerit histeris sambil memeluk ayahnya. 

Semua orangpun menangis menyaksikannya, ikut merasakan betapa sedihnya hati Via. Ibunya pun menangis sambil terduduk masih menahan sakit di kepala dan tangannya. 

Hari itupun menjadi kelabu, seakan pagi yang tadi cerah kini gelap tak ada cahaya bagi Via, sambil terus memandangi wajah terakhir ayahnya butiran air matanya selalu  jatuh dan terjatuh lagi, Via merasa hidupnya bagai tak bernyawa lagi, tanpa ayah yang dicintainya. Tak bisa membayangkan kehidupan berikutnya, yang dia rasa seakan karang terjal berliku hari itu harus dilewatinya. Kepada siapa lagi dia akan bersandar karena diyakini bahwa ibunya tak sekuat ayahnya. Menangis dan terus meratapi kesedihannya. 

Tak lama terdengar lantunan ayat suci Al- qur'an dibacakan oleh Om Ras, hati Via langsung merasa tenang seolah Om Ras mengajak Via melalui karang terjal berliku yang sempat dia bayangkan tadi, Alhamdulillah.... dalam hati Via berkata, Om Ras membantu mengingatkan kalau Via harus ikhlas dan sabar menerima kenyataan. Via pun mengambil air wudhu dan ikut mendoakan ayahnya di sebelah Om Ras. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun