Mohon tunggu...
Sri Mustari Handayani
Sri Mustari Handayani Mohon Tunggu... Guru - Guru selalu belajar sepanjang hayat

Guru, belajar menulis, berbagi ilmu dan pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Inikah Takdirku?

21 Oktober 2022   20:16 Diperbarui: 21 Oktober 2022   20:20 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rinjani masih tetap berdiri sambil terus tertunduk pilu, seakan enggan meninggalkan Dio yang sama - sama tertunduk sedih. 

Tak lama kemudian Dio pun berpamitan untuk pulang sambil menjulurkan kedua tangannya ke Hartanto, namun tidak di sambut baik. Hartanto dengan tegasnya berkata " Pergilah! Tak ada gunanya kau kemari, sampai kapanpun jangan harap aku akan merestui. 

Terdengar sadis kata- kata Hartanto, seolah tak ada perasaan iba sedikitpun. 

Dio pun pergi tanpa basa basi sambil terus tertunduk, rasa sedih dan malu terlihat di wajahnya, ketika sampai di ujung gerbang halaman rumah itu,Dio pun menoleh melihat kalau Rinjani masih menatap dan memperhatikan dirinya. Namun Dio terus berlalu dan keluar dari pintu gerbang tanpa menutupnya kembali. 

Tanpa berkata-kata, Rinjani kemudian berlari sambil menangis menuju kamarnya. Ingin menjerit, marah dan melawan atas semua sikap ayahnya yang tak pernah mau mengerti, selama ini Rinjani menjalin kasih atau pertemanan tak pernah ayahnya bersikap baik. 

Terdengar suara getar handphone Rinjani, Dio memanggil, dengan suara lirih Rinjani mengangkat telponnya. Kemudian berbaring dan menarik selimutnya untuk menutupi handphone, agar tidak terlihat kalau sedang menerima telpon dari Dio. Tanpa disadari kalau ayahnya sudah berdiri di pintu kamar dan membentaknya " Rinjani! Dengan nada keras. 

Spontan Rinjani pun menutup dan mematikan teleponnya. Dengan tetap berbaring membelakangi ayahnya Rinjani terisak - isak menangis, mengingat Dio, dan ibunya yang belum juga kembali dari rumah neneknya. Dalam benaknya jika saja ada ibu, tentu  bisa berlindung di pelukan ibunya yang penuh kasih sayang. Disaat-saat sedih seperti ini hanyalah ibu yang bisa menenangkan hati dan membuat suasana rumah jadi adem tanpa ada ibu di rumah ayah selalu merasa kuat dengan egonya. 

Hari makin gelap dan malam pun tiba, ibu pulang bersama adik Rinjani. Terdengar suara mobil masuk ruang garasi, Rinjani segera berlari menghampiri ibunya. namun, Lagi-lagi  ibu dan adik laki-lakinya terlihat murung dan sedih, entah apa yang terjadi. Rinjani pun merasakan pasti ada sesuatu dan bukan saat yang tepat dirinya untuk mencurahkan isi hatinya itu. 

Akhirnya setelah ibu masuk dan bertemu ayahnya, terjadilah pertengkaran yang sengit antara ayah dan ibunya. Rinjani dan adiknya terdiam diruang tengah mendengarkan percekcokan ayah dan ibunya, ternyata selama ini ayah akan menjodohkan Rinjani dengan seorang pengusaha ternama, teman ayahnya. 

Sehingga terjadilah pertengkaran antara ayah dan ibu. Ibu tidak setuju karena Rinjani dijadikan istri Keduanya. Begitu mendengar percekcokan itu Rinjani menangis sambil memeluk adiknya seraya berkata " Ayah jahat. Ayah tidak sayang sama kita, yang ada di benak dan fikirannya hanya dunia belaka. 

Demi harta, tahta atau kehormatan, ayah  mengorbankan anaknya sendiri. Di dunia ini tiada kegembiraan yang abadi, tiada kemakmuran yang lestari, takdir itu ada, semua itu Tuhan yang menentukan. Selama kita masih bisa berdo'a dan berusaha , Tuhan takkan mengingkari janjiNya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun