Mohon tunggu...
Sri Endah Mufidah
Sri Endah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - Guru PAI di Pemkab Blitar

Menyukai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Diary

In Memoriam, Bapak H. Saifudin

28 Mei 2024   13:22 Diperbarui: 28 Mei 2024   13:40 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dokpri
dokpri

dokpri
dokpri

dokpri
dokpri

Selamat Jalan Bapak sekaligus guruku.

Namanya Pak Saifudin, tetapi para orang tua yang usianya sebaya dengan beliau memanggilnya dengan pak Suparkun. Entah sejak kapan beliau berganti nama, saya tidak tahu.

Bapak Saifudin, adalah ayah kandung saya. Beliau terlahir dari sebuah keluarga sederhana. Nama ayah beliau adalah Mbah Soerontono dan nama ibu beliau adalah Mbah Sarimah.

Bapak Saifudin lahir pada tanggal 31 Desember 1936. Meskipun termasuk generasi lama, tetapi beliau sudah mengenyam pendidikan yang cukup tinggi pada masanya yaitu PGA (Pendidikan Guru Agama) 6 tahun atau setara SMA pada saat ini.

Beliau adalah seorang guru PNS Kementerian Agama atau Depag dengan tugas terakhir sebelum purna mengajar di MI setelah sebelumnya menjadi DPK di SD.

Bukan hal yang mudah tentunya menjadi seorang PNS pada masa itu dengan memiliki tanggungan 3 anak, dan ketiganya semua mengenyam pendidikan sampai sarjana. Hal itu tentu dibarengi dengan mencari penghasilan tambahan lain yang halal serta tidak mengikat. Karena kami tinggal di desa, maka bertani menjadi side job (pekerjaan sampingan selain menjadi guru) yang diambil beliau.

Masih teringat dengan jelas saat itu, saat kami, putra putri beliau masih usia anak-anak dan remaja. Setiap pagi, sebelum beliau pergi berdinas dan sebelum kami berangkat sekolah, beliau sudah memasang beberapa ondo (tangga yang terbuat dari bambu) di beberapa pohon cengkeh, dengan tujuan, nanti setelah pulang sekolah, kami bisa langsung bekerja memanen cengkeh yang ada disekitar rumah. Dan pada malam harinya, kami juga bersama-sama pithil (memisahkan cengkeh dengan tangkainya) untuk bisa dijemur esuk harinya.

Selain itu, ketika tidak sedang musim cengkeh, beliau selalu pergi ke sawah sepulang dari dinas untuk menanam beraneka macam sayuran. Hasil dari berkebun digunakan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari kami.

Keluarga kami juga pernah memelihara sapi, kambing, ayam, bebek yang semuanya bertujuan untuk menambah penghasilan demi bisa membiayai kami, anak-anaknya, bersekolah di jenjang yang lebih tinggi.

Setelah memasuki purna tugas tahun 1996, kesehatan beliau menurun, sehingga sudah tidak bisa lagi bekerja keras seperti sebelumnya. Tetapi meskipun begitu, beliau adalah type orang yang tidak mau duduk diam tanpa aktifitas. Beliau selalu membantu ibu yang saat itu bekerja memelihara ulat hongkong.

Pada tahun 2000, beliau pernah jatuh yang menyebabkan tulang ekornya cedera, sehingga berpengaruh terhadap kedua kakinya  selalu kesemutan dan menyebabkan susah untuk berjalan. Meskipun kesehatan beliau sudah tidak seperti dulu lagi, tetapi beliau tidak pernah absen untuk datang ke masjid lima waktu sehari.

Alhamdulillah, pada tahun 2012, beliau berkesempatan menunaikan ibadah haji ke Baitullah berdua bersama ibu. Dan atas izin Allah Swt. meskipun kondisi fisiknya sudah tidak terlalu sehat, tetapi beliau berdua bisa menjalankan ibadah haji dengan lancar dan sehat wal afiat mulai berangkat sampai kembali ke tanah air.

Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, dua minggu sebelumnya, memang terlihat sekali kalau fisiknya semakin melemah. Beliau agak kesulitan berjalan menggunakan tongkat, sehingga harus ditopang dengan tongkat yang memiliki kaki empat, dan alhamdulillah, dengan alat tersebut, beliau bisa ke kamar mandi sendiri, meskipun kami, anak-anaknya selalu mendampingi ketika beliau berjalan ke kamar mandi.

Pada hari minggu, tanggal 19 Mei 2024 pagi hari, beliau masih minta diantar ke kamar mandi untuk berwudlu dan hendak melaksanakan shalat subuh. Itulah terakhir kali beliau ke kamar mandi, karena pada waktu dhuhur, kaki beliau sudah nampak lemas sekali, sehingga semua aktifitas dilakukan di tempat tidur. Dan pada malam harinya, setelah shalat isyak, kami bersepakat membawa beliau ke UGD RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.

dokpri
dokpri

Setelah dilakukan medical check up, diketahui bahwa HB beliau hanya 5 dari yang seharusnya 12. Pihak medis memutuskan untuk melakukan transfusi darah. Dan setelah mendapatkan transfusi sebanyak 5 kantong darah, HB beliau sudah meningkat dari yang sebelumnya diangka 5 naik ke angka 13.

Terlihat sekali kalau fisiknya juga sudah mulai membaik. Mungkin, karena kondisi tubuhnya terasa lebih enak, beliau meminta untuk pulang ke rumah. Beliau berkata kalau ingin shalat di rumah, menonton TV di rumah, karena TV di RS kecil dan sebagainya. Kami sama sekali tidak menyangka kalau itu adalah permintaan terakhir beliau.

Pada tanggal 24 Mei 2024, ba'da dhuhur, tekanan darah menurun drastis, yaitu 57/35 dan itu membuat beliau tidak sadarkan diri. Tepat pukul 15.00 WIB, pihak RS memutuskan kalau beliau harus dipindahkan ke ruang Intensive Care Unit (ICU). Setelah dimaksimalkan pengobatan, beliau menghembuskan nafas yang terakhir pada tanggal 24 Mei 2024 tepat pukul 23.45 didalam dekapan kami, ketiga putra putri beliau. Sementara, ibu sedang berada di rumah karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk menunggu di RS karena masih dalam tahap pemulihan setelah dirawat di RS.

Bapak, engkau adalah panutan kami.

Engkau adalah bukan sekedar bapak, tapi sekaligus guru kami yang telah mengajari kami berbagai macam ilmu yang tidak bisa kami dapat di sekolah dan kampus manapun.

Kerja kerasmu, didikan kerasmu, mengajarkan kami, kalau hidup harus selalu berjuang tanpa boleh menyerah.

Bapak, anak-anakmu hanya bisa bedo'a semoga engkau ditempatkan disurgaNya. Aamiin.

Blitar, 28 Mei 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun