Selain itu, ketika tidak sedang musim cengkeh, beliau selalu pergi ke sawah sepulang dari dinas untuk menanam beraneka macam sayuran. Hasil dari berkebun digunakan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari kami.
Keluarga kami juga pernah memelihara sapi, kambing, ayam, bebek yang semuanya bertujuan untuk menambah penghasilan demi bisa membiayai kami, anak-anaknya, bersekolah di jenjang yang lebih tinggi.
Setelah memasuki purna tugas tahun 1996, kesehatan beliau menurun, sehingga sudah tidak bisa lagi bekerja keras seperti sebelumnya. Tetapi meskipun begitu, beliau adalah type orang yang tidak mau duduk diam tanpa aktifitas. Beliau selalu membantu ibu yang saat itu bekerja memelihara ulat hongkong.
Pada tahun 2000, beliau pernah jatuh yang menyebabkan tulang ekornya cedera, sehingga berpengaruh terhadap kedua kakinya  selalu kesemutan dan menyebabkan susah untuk berjalan. Meskipun kesehatan beliau sudah tidak seperti dulu lagi, tetapi beliau tidak pernah absen untuk datang ke masjid lima waktu sehari.
Alhamdulillah, pada tahun 2012, beliau berkesempatan menunaikan ibadah haji ke Baitullah berdua bersama ibu. Dan atas izin Allah Swt. meskipun kondisi fisiknya sudah tidak terlalu sehat, tetapi beliau berdua bisa menjalankan ibadah haji dengan lancar dan sehat wal afiat mulai berangkat sampai kembali ke tanah air.
Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, dua minggu sebelumnya, memang terlihat sekali kalau fisiknya semakin melemah. Beliau agak kesulitan berjalan menggunakan tongkat, sehingga harus ditopang dengan tongkat yang memiliki kaki empat, dan alhamdulillah, dengan alat tersebut, beliau bisa ke kamar mandi sendiri, meskipun kami, anak-anaknya selalu mendampingi ketika beliau berjalan ke kamar mandi.
Pada hari minggu, tanggal 19 Mei 2024 pagi hari, beliau masih minta diantar ke kamar mandi untuk berwudlu dan hendak melaksanakan shalat subuh. Itulah terakhir kali beliau ke kamar mandi, karena pada waktu dhuhur, kaki beliau sudah nampak lemas sekali, sehingga semua aktifitas dilakukan di tempat tidur. Dan pada malam harinya, setelah shalat isyak, kami bersepakat membawa beliau ke UGD RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
Setelah dilakukan medical check up, diketahui bahwa HB beliau hanya 5 dari yang seharusnya 12. Pihak medis memutuskan untuk melakukan transfusi darah. Dan setelah mendapatkan transfusi sebanyak 5 kantong darah, HB beliau sudah meningkat dari yang sebelumnya diangka 5 naik ke angka 13.
Terlihat sekali kalau fisiknya juga sudah mulai membaik. Mungkin, karena kondisi tubuhnya terasa lebih enak, beliau meminta untuk pulang ke rumah. Beliau berkata kalau ingin shalat di rumah, menonton TV di rumah, karena TV di RS kecil dan sebagainya. Kami sama sekali tidak menyangka kalau itu adalah permintaan terakhir beliau.
Pada tanggal 24 Mei 2024, ba'da dhuhur, tekanan darah menurun drastis, yaitu 57/35 dan itu membuat beliau tidak sadarkan diri. Tepat pukul 15.00 WIB, pihak RS memutuskan kalau beliau harus dipindahkan ke ruang Intensive Care Unit (ICU). Setelah dimaksimalkan pengobatan, beliau menghembuskan nafas yang terakhir pada tanggal 24 Mei 2024 tepat pukul 23.45 didalam dekapan kami, ketiga putra putri beliau. Sementara, ibu sedang berada di rumah karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk menunggu di RS karena masih dalam tahap pemulihan setelah dirawat di RS.