Mohon tunggu...
Sri Endah Mufidah
Sri Endah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - Guru PAI di Pemkab Blitar

Menyukai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menjadi Peserta BPJS Kesehatan karena Kesadaran Diri Bukan Keterpaksaan

1 Maret 2022   21:48 Diperbarui: 1 Maret 2022   21:55 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jaminan sosial merupakan salah satu program yang selalu diperhatikan serta diutamakan oleh setiap negara untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya, baik di bidang pendidikan, ekonomi, hingga kesehatan. Tujuan negara membuat program Jaminan sosial adalah agar negara dapat memberikan dan menjamin kesejahteraan sosial masyarakatnya dengan baik sehingga akan meningkatkan kualitas hidup bagi masyarakat dan tercapainya pembangunan negara sesuai tujuan secara nasional.

Begitu juga dengan Indonesia yang  juga menerapkan program ini. Indonesia memiliki lembaga khusus untuk mengurus program jaminan sosial bagi masyarakat Indonesia, yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Jenis BPJS yang ada di Indonesia ada 2, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

BPJS Kesehatan.

BPJS Kesehatan menyelenggarakan jaminan sosial dibidang kesehatan. Peserta BPJS Kesehatan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. PBI (Penerima Bantuan Iuran) Jaminan Kesehatan

Yaitu peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN (Undang-undang Sistem Jaminan Sosial nasional) yang iurannya dibayari Pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh Pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah.

2. Bukan PBI Jaminan Kesehatan

Peserta bukan PBI jaminan kesehatan terdiri dari:
1) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.
2) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya.
3) Bukan pekerja dan anggota keluarganya

BPJS Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan melindungi seluruh hak pekerja di seluruh negara Indonesia. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan 4 Program yakni Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Pensiun (JP), dan Jaminan Kematian (JK)

Instruksi Presiden No. 01 Tahun 2022 mengamanatkan kepada 30 Kementerian/Lembaga termasuk Gubernur, Bupati, Walikota untuk mengambil langkah-langkah strategis yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk melakukan optimalisasi pelaksanaan Program JKN-KIS.

Saat ini 86% penduduk Indonesia telah memperoleh perlindungan jaminan kesehatan dengan menjadi peserta Program JKN-KIS (Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat). Cakupan kepesertaan ini termasuk penduduk miskin dan tidak mampu, yang dibiayai oleh pemerintah sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI). Para pensiunan ASN/TNI/POLRI pun otomatis sudah menjadi peserta JKN-KIS karena masuk kelompok Non PBI penerima upah. Tahun 2024, diharapkan 98% rakyat Indonesia bisa terlindungi JKN-KIS sesuai dengan Target Rencana Pembangunan Menengah Jangka Panjang (RPJMN).

Berbagai terobosan untuk memudahkan layanan JKN antara lain dengan cara menghadirkan kanal-kanal digital yang akan memberikan kemudahan layanan pendaftaran, perubahan data, pembayaran iuran, pelayanan informasi maupun pengaduan. Datang ke kantor layanan bukan menjadi satu keharusan, karena segala sesuatu bisa diselesaikan secara online.

Beberapa kemudahan yang ditawarkanpun sebenarnya belum bisa menjangkau semua lapisan masyarakat di negeri ini, karena belum semua warga sudah melek tehnologi juga belum semua daerah biasa terjangkau jaringan internet.

Disamping itu, sebenarnya usaha pemerintah untuk mengoptimalkan kepesertaan BPJS kesehatan adalah kurang fair. Hal itu bisa dicermati dari beberapa hal. Untuk masyarakat dengan ekonomi menengah keatas, tentunya kurang berminat untuk menjadi peserta BPJS karena mereka tentu lebih memilih menjadi peserta asuransi kesehatan milik swasta yang akan memberikan layanan kesehatan lebih maksimal. Selain itu, banyak masyarakat yang enggan untuk menjadi peserta BPJS karena tidak semua masalah kesehatan bisa dicover oleh BPJS disamping pelayanannya yang dinilai kurang begitu memuaskan dibandingkan dengan layanan non BPJS (mandiri). Berbelit-belitnya sistem juga menjadikan masyarakat enggan untuk menjadi peserta BPJS kesehatan.

Sementara itu, BPJS PBI belum merata diterima masyarakat karena masih banyak masyarakat dengan ekonomi lemah tetapi tidak tercover layanan BPJS PBI, dimana mereka  akan merasa keberatan apabila harus membayar iuran bulanan untuk seluruh anggota keluarganya.

Oleh karena itu, semestinya pemerintah meninjau ulang kebijakan yang menjadikan syarat kepesertaan BPJS untuk keperluan jual beli tanah, layanan SIM atau SKCK maupun syarat untuk melaksanakan ibadah haji maupun umrah. Persyaratan tersebut bisa dialihkan dengan persyaratan lain yang bisa dilaksanakan serta diterima seluruh lapisan masyarakat.

Blitar, 1 Maret 2022

Sumber: merdeka.com

Sumber: http://jkn.kemkes.go.id/

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/BPJS_Ketenagakerjaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun