Mohon tunggu...
Sri Endah Mufidah
Sri Endah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - Guru PAI di Pemkab Blitar

Menyukai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Antara Stunting dan Obesitas, Satu Bentuk Ketimpangan Gizi di Negeri Ini

26 Januari 2022   18:02 Diperbarui: 26 Januari 2022   18:07 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stunting dan obesitas adalah dua kata yang syarat dengan perbedaan yang mendalam. Disatu sisi, menunjukkan satu gejala kekurangan, sedang disisi lain, menunjukkan satu gejala yang kelebihan. Bagaimana perbedaan pengertian antara keduanya? Yuk, kita simak bersama-sama!

Pengertian stunting

Bagi semua ibu dari seorang balita, tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah stunting. Intinya,  stunting adalah satu kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek dan lebih kecil dibanding teman-teman seusianya dan penyebab utamanya adalah karena kekurangan nutrisi. 

Stunting ditandai dengan ketika tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan usianya. Banyak orang yang tidak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah gizi kronis pada pertumbuhan tubuh si kecil. Hanya saja, perlu diketahui bahwa anak yang pendek belum tentu stunting, sedangkan anak stunting pasti terlihat pendek.

Penyebab stunting

Bayi atau anak kecil yang mengalami stunting biasanya disebabkan beberapa faktor, antara lain bayi lahir prematur (belum waktunya), asupan gizi yang buruk, menderita suatu penyakit serta memiliki berat badan lahir yang rendah. 

Kondisi kurangnya asupan gizi ini tidak hanya setelah bayi lahir saja, akan tetapi dimulai sejak bayi masih dalam kandungan. Artinya, asupan gizi ibu tersebut kurang ketika masih mengandung jabang bayi.

Secara garis besar penyebab terjadinya stunting pada anak adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya asupan gizi bagi ibu selama hamil. WHO menyatakan bahwa, 20% penyebab stunting adalah karena kurangnya asupan gizi saat bayi masih dalam kandungan. Hal itu terjadi karena asupan gizi ibu hamil kurang sehingga nutrisi yang diterima janin cenderung sedikit.

2. Kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi. Hal ini terjadi karena makanan balita sebelum usia 2 tahun tidak terpenuhi atau kurang terpenuhi, seperti tidak diberi ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif serta Makanan Pendamping ASI (MP ASI) yang kurang berkualitas.

3. Kurangnya pengetahuan ibu saat sebelum hamil, saat hamil dan setelah melahirkan. Hal ini termasuk pengetahuan si ibu tentang kebutuhan gizi juga nutrisi,  baik bagi ibu maupun anak.

4. Terbatasnya akses pelayanan kesehatan. Contohnya adalah, rumah yang dalam kondisi terisolir atau jauh dari pelayanan kesehatan serta sarana transportasi yang terbatas menuju tempat layanan kesehatan.

5. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi. Hal ini mungkin terjadi didaerah yang sering mengalami kekeringan serta didaerah pegunungan yang belum terjangkau saluran air bersih.

6. Mahalnya makanan yang bergizi. Hal ini mungkin terjadi didaerah pedalaman, dimana jauh dari pusat kota sehingga harga makanan dengan nilai gizi tinggi sulit didapat ataupun belum begitu bisa dijangkau masyarakat.

Ciri-ciri anak yang stunting.

Anak yang mengalami stunting memiliki beberapa ciri-ciri yang bisa dikenali antara lain:

1. Pertumbuhan tubuhnya cenderung melambat. Hal ini terlihat dari grafik pada buku kesehatannya yang cenderung tetap atau bahkan menurun. Terlebih jika si anak berada dibawah garis merah.

2. Wajah tampak lebih muda dari usia yang sebenarnya. Wajah anak yang mengalami stunting cenderung wajahnya lebih muda dibanding usianya, meskipun usianya sudah semakin dewasa.

3. Pertumbuhan gigi lambat.

4. Berat badan balita cenderung tidak naik

5. Anak mudah terjangkit infeksi. Hal ini terjadi karena kekurangan  nutrisi yang diperlukan tubuh, sehingga tubuhnya rentan dengan penyakit.

Pengertian obesitas

Obesitas adalah satu kondisi dimana lemak yang menumpuk di dalam tubuh sangat banyak  dan hal itu terjadi karena kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak dibandingkan dengan yang dibakar. 

Obesitas bukan hanya sekedar memiliki berat badan yang berlebih  atau overweight, tetapi obesitas seringkali ditandai dengan Nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) 30 atau lebih, tubuh mudah berkeringat, mengalami sesak nafas saat melakukan aktifitas, mudah lelah, nyeri sendi dan terdapat penumpukan lemak diarea tubuh tertentu seperti paha, pinggul, lengan atas juga pada perut.

Penyebab obesitas

Obesitas sebagian besar disebabkan karena terlalu sering mengkonsumsi makanan cepat saji serta minuman yang mengandung banyak gula tambahan. Selain itu, mengkonsumsi makanan yang berlebihan serta tidak diimbangi dengan olah raga yang cukup juga menyebabkan obesitas.

Akibat yang timbul apabila seseorang mengalami berat badan berlebih antara lain adalah:

1. Sesak nafas. Orang yang gemuk memiliki kecenderungan sesak nafas karena adanya lemak ekstra sehingga udara sulit mengalir keluar masuk paru-paru.

2. Mulas. Kelebihan berat badan bisa mendorong tumbuhnya berbagai penyakit seperti mulas, perut terasa panas atau nyeri pada tulang. Hal itu terjadi karena timbul tekanan pada sistem pencercaan dan menyebabkan isi perut terdorong ke kerongkongan

3. Masalah kulit. Kelembapan dalam lipatan kulit tubuh mendorong tumbuhnya bakteri serta jamur. Selain itu peregangan pada kulut bisa menyebabkan  stretch mark

4. Menstruasi tidak teratur. Terdapatnya lemak ekstra dalam tubuh bisa mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh, dan itu menyebabkan peningkatan resiko jarang atau tidak datang bulan sama sekali sehingga tidak ada masa ovulasi.

5. Sakit lutut. Karena memiliki berat badan yang berlebih, menyebabkan adanya tekanan ekstra dan membuat lutut serta pergelangan kaki bekerja lebih keras.

6. Depresi. Pada sebagian orang, mereka tidak bisa menerima keadaan dirinya karena merasa gemuk. Kondisi ini menyebabkan para penderita obesitas merasa malu serta takut menjadi bahan ejekan sehingga mereka memilih mengisolasi diri dari kehidupan sosial.

Intinya, terhadap masyarakat luas, perlu adanya sosialisasi lebih lanjut dari pihak yang berkompeten, sehingga ketimpangan masalah gizi ini tidak perlu ada.

Sumber: https://hellosehat.com/

Sumber: https://www.alodokter.com/

Sumber: https://health.detik.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun