Mohon tunggu...
Sri Devi
Sri Devi Mohon Tunggu... Jurnalis - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Islamic communication and broadcasting

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penggunaan Sensor dalam Film Kartun di Indonesia

3 Juli 2023   09:23 Diperbarui: 3 Juli 2023   09:24 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi penggunaan sensor dalam film kartun, beberapa langkah evaluasi dapat dilakukan. Pertama, perlu dilakukan penilaian terhadap konsistensi dan kualitas keputusan sensor yang diambil oleh lembaga sensor film (LSF) dengan mempertimbangkan apakah keputusan tersebut konsisten dengan prinsip-prinsip moral dan regulasi yang ada. Selain itu, dapat dilakukan survei terhadap penonton untuk mendapatkan umpan balik tentang apakah keputusan sensor dianggap memadai dan sesuai dengan harapan mereka.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, beberapa upaya perbaikan dan peningkatan regulasi sensor film kartun dapat direkomendasikan. Pertama, penting bagi LSF untuk memperbarui dan mengklarifikasi pedoman dan kriteria sensor yang digunakan, dengan memperhatikan perubahan dalam nilai-nilai sosial dan budaya serta perkembangan industri film kartun. Selanjutnya, LSF dapat memperkuat pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi personel sensor untuk memastikan keputusan yang konsisten dan berkualitas.

Kolaborasi antara LSF, industri film kartun, dan masyarakat juga penting untuk meningkatkan regulasi sensor film kartun. LSF dapat mengadakan dialog terbuka dengan industri film kartun untuk memahami tantangan yang dihadapi dan mencari solusi bersama. Industri film kartun juga dapat berperan aktif dalam menyampaikan masukan kepada LSF mengenai prinsip-prinsip moral dan regulasi yang perlu diperhatikan. Selain itu, melibatkan masyarakat dalam proses regulasi sensor film kartun dapat dilakukan melalui survei, konsultasi publik, atau melibatkan ahli dan kelompok kepentingan untuk memberikan pandangan yang lebih luas.

Dalam rangka meningkatkan regulasi sensor film kartun, perlu diingat bahwa tujuan utama adalah menjaga kualitas konten, melindungi penonton terutama anak-anak, dan mempromosikan nilai-nilai yang positif. Kolaborasi dan komunikasi yang baik antara LSF, industri film kartun, dan masyarakat dapat memastikan regulasi sensor yang lebih efektif, akurat, dan responsif terhadap perubahan dalam tuntutan dan harapan penonton.

STUDI KASUS

KPI Beri Sanksi SpongeBob SquarePants, Ini Penyebabnya

Input sumhttps://kincir.com/
Input sumhttps://kincir.com/

Spongebob bukan pertama kalinya mendapat teguran KPI. Terakhir, sanksi dilayangkan karena ada adegan memukul wajah dengan papan, menjatuhkan bola bowling dari atas dan mengenai kepala, melayangkan palu ke wajah dan memukul pot kaktus menggunakan raket ke wajah. Keputusan KPI tersebut mengacu pada Standar Program Siaran (SPS) Pasal 15 Ayat 1 tentang perlindungan anak-anak dan remaja.

https://entertainment.kompas.com/read/2019/09/15/073100910/kpi-beri-sanksi-spongebob-squarepants-ini-penyebabnya

Implikasi penggunaan sensor terhadap film SpongeBob di Indonesia adalah penyesuaian konten agar sesuai dengan standar nilai-nilai moral dan budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia. Meskipun demikian, perubahan tersebut tidak mengurangi daya tarik utama serial ini atau esensi komedi dan pesan positif yang terkandung dalam ceritanya.

Tantangan dalam penggunaan sensor pada film SpongeBob di Indonesia meliputi menemukan keseimbangan antara mempertahankan keaslian karakter dan humor SpongeBob, sambil memastikan bahwa konten yang disajikan tetap sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai yang diharapkan oleh masyarakat Indonesia. LSF harus melakukan penilaian yang cermat dan mempertimbangkan konteks lokal dalam menentukan adegan mana yang perlu disensor atau disesuaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun