Waktu itu sedang ada pertemuan dengan beberapa abangan dan kakak serta teman-teman dari suatu komunitas, hari dimana aku mendengar salah satu abang yang berbagi tentang hidup, tentang dunia, dan tentang komunitas ini.Â
Di sela-sela sharing beliau yang tidak terlalu panjang sebenarnya tapi sangat menggugah hati, ketika terbersit sebuah kata " hendaknya kita jangan jadi orang-orang yang ambigu".Â
Hah? Orang yang ambigu?? Apa maksudnya?? Dan ketika aku mendengar kata-kata itu aku rasa cukup menarik, aku bertanya-tanya dalam hati apa maksudnya ya manusia ambigu??? Dan ternyata itulah kita, ya, kita manusia adalah orang-orang yang ambigu.Â
Kenapa saya katakan demikian? Bukan sedang membuat kesimpulan pribadi, karena memang pada hakekatnya manusia adalah makhluk Tuhan yang mengandung kemungkinan baik dan buruk.
Saya rasa kita pasti sudah mengerti dengan kata "ambigu" berarti memiliki makna ganda. Satu kata bisa dengan 2 arti atau lebih. Bukan hanya dalam hal kata ataupun kalimat ternyata memiliki makna ganda, tetapi seperti yang kita bahas diatas kita manusia juga diibaratkan seperti halnya demikian.Â
Ambigu. Misalnya ekspresi, seseorang menunjukkan ekspresi di wajahnya sumringah atau senyum belum tentu memang dalam hatinya sedang bahagia, mungkin juga sebaliknya tetapi berusaha menutupi kesedihannya. Â
Dan banyak hal lain lagi yang menunjukkan ambiguitas manusia. Tapi yang mau saya bahas di sini bukanlah hal yang demikian, tetapi adalah perilaku manusia.
Perilaku ini menyangkut bagaimana manusia bertingkah laku, yaitu keadaan manusia yang dipengaruhi oleh sikap, nilai, etika, emosi dan lain-lain. Yang pada akhirnya sering menimbulkan ketidakkonsistenan manusia dalam bertindak.Â
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita sebut dengan kepura-puraan. Dan kita harus mengakui bahwa kita sering terjebak dalam kepura-puraan.Â
Berpura-pura bertanya padahal sebenarnya tidak peduli, berpura-pura tidak marah padahal sebenarnya marah, berpura-pura mendengar padahal tidak mendengarkan, berpura-pura tersenyum, tertawa padahal dalam hati siapa tahu.hahahaÂ
Hidup seperti sebuah drama, memerankan tokoh-tokoh dan dengan ekspresi yang atur supaya sesuai dengan skenario. Sementara hidup kita bukanlah skenario yang diatur, hidup kita seperti air mengalir.Â
Tapi tidak jarang kita membuat hidup kita seperti dalam sebuah skenario kepura-puran supaya orang lain senang dengan kita.Â
Kenapa kita tidak menegor saja orang yang memang berlaku salah? supaya dia tahu kesalahannya, kenapa kita tidak marah saja kepada orang yang membuat kita kecewa?, kita bisa saja berbuat seperti itu, karena seperti pepatah berkata rambut sama hitam, hati siapa yang tahu.hehhe
Ketika pun kita berusaha menutupi, sebenarnya ada pribadi yang mengerti bahkan mengenal sampai ke kedalaman hati kita.Â
Dia adalah pribadi yang membentuk kita bahkan sejak dalam kandungan, yang tahu ketika kita duduk ataupun ketika kita berdiri, yang tahu ketika kita senang dan ketika kita kecewa, bahkan ketika kita belum mengucapkan kata pun dan akan mengucapkannya sesungguhnya hanya  Dia yang tahu.Â
Dia adalah pemilik hati kita. Aku juga pernah mendengar kalimat seperti ini ini "before God you do not need your mask". Yang artinya dihadapan Tuhan kamu atau kita tidak perlu make up, tidak ada yang perlu ditutup-tutupi, semua terpampang nyata. Â Â Â Â Â
Dalam kehidupan di dunia ini mungkin kita sering demikian, namun mari berjuang untuk  tidak terjerumus didalam kepura-puraan hidup, karena itu datanglah kepada Dia yang adalah Pribadi yang mengerti siapa kita, supaya hidup kita semakin di ubahkan dari hari ke sehari.
Have a blessed day ^-^
-Des-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H