Mohon tunggu...
Sridesni
Sridesni Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Ambigu

5 Juli 2018   07:22 Diperbarui: 24 September 2020   15:49 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: https://www.babelsdawn.com/

Waktu itu sedang ada pertemuan dengan beberapa abangan dan kakak serta teman-teman dari suatu komunitas, hari dimana aku mendengar salah satu abang yang berbagi tentang hidup, tentang dunia, dan tentang komunitas ini. 

Di sela-sela sharing beliau yang tidak terlalu panjang sebenarnya tapi sangat menggugah hati, ketika terbersit sebuah kata " hendaknya kita jangan jadi orang-orang yang ambigu". 

Hah? Orang yang ambigu?? Apa maksudnya?? Dan ketika aku mendengar kata-kata itu aku rasa cukup menarik, aku bertanya-tanya dalam hati apa maksudnya ya manusia ambigu??? Dan ternyata itulah kita, ya, kita manusia adalah orang-orang yang ambigu. 

Kenapa saya katakan demikian? Bukan sedang membuat kesimpulan pribadi, karena memang pada hakekatnya manusia adalah makhluk Tuhan yang mengandung kemungkinan baik dan buruk.

Saya rasa kita pasti sudah mengerti dengan kata "ambigu" berarti memiliki makna ganda. Satu kata bisa dengan 2 arti atau lebih. Bukan hanya dalam hal kata ataupun kalimat ternyata memiliki makna ganda, tetapi seperti yang kita bahas diatas kita manusia juga diibaratkan seperti halnya demikian. 

Ambigu. Misalnya ekspresi, seseorang menunjukkan ekspresi di wajahnya sumringah atau senyum belum tentu memang dalam hatinya sedang bahagia, mungkin juga sebaliknya tetapi berusaha menutupi kesedihannya.  

Dan banyak hal lain lagi yang menunjukkan ambiguitas manusia. Tapi yang mau saya bahas di sini bukanlah hal yang demikian, tetapi adalah perilaku manusia.

Perilaku ini menyangkut bagaimana manusia bertingkah laku, yaitu keadaan manusia yang dipengaruhi oleh sikap, nilai, etika, emosi dan lain-lain. Yang pada akhirnya sering menimbulkan ketidakkonsistenan manusia dalam bertindak. 

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita sebut dengan kepura-puraan. Dan kita harus mengakui bahwa kita sering terjebak dalam kepura-puraan. 

Berpura-pura bertanya padahal sebenarnya tidak peduli, berpura-pura tidak marah padahal sebenarnya marah, berpura-pura mendengar padahal tidak mendengarkan, berpura-pura tersenyum, tertawa padahal dalam hati siapa tahu.hahaha 

Hidup seperti sebuah drama, memerankan tokoh-tokoh dan dengan ekspresi yang atur supaya sesuai dengan skenario. Sementara hidup kita bukanlah skenario yang diatur, hidup kita seperti air mengalir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun