Hasil:
Labu 1(1:9) volume yang dihasilkan 4ml
Labu 2(2:8) volume yang dihasilkan 3,8ml
Labu 3(3:7) volume yang dihasilkan 2,9ml
Labu 4(4:6) volume yang dihasilkan 2,8ml
Labu 5(5:5) volume yang dihasilkan 4ml
Labu 6(6:4) volume yang dihasilkan 5ml
Labu 7(7:3) volume yang dihasilkan 6,2ml
Labu 8(8:3) volume yang dihasilkan 7ml
Labu 9(9:1) Volume yang dihasilkan 7,5ml
Pembahasan teori kimia dari praktikum ini berkaitan dengan pembentukan diagram Terner, yang digunakan untuk mengilustrasikan fase-fase dalam sistem tiga komponen. Berikut adalah pembahasan teori kimia yang relevan dengan praktikum ini:
  - Dalam sistem ini, terdapat tiga komponen utama, yaitu zat A, zat B, dan zat C. Dalam praktikum ini, zat A dan zat B dicampur dalam berbagai rasio untuk membentuk larutan campuran.
  - Setiap labu mewakili satu titik komposisi dalam diagram Terner. Komposisi larutan diukur dengan perbandingan volume zat A dan zat B dalam campuran. Contohnya, labu 1 memiliki komposisi 1:9, artinya untuk setiap bagian zat A, terdapat sembilan bagian zat B.
  - Titik-titik di mana terjadi perubahan fase dalam sistem tiga komponen disebut titik kritis. Dalam konteks diagram Terner, titik-titik ini biasanya dinyatakan dalam bentuk koordinat komposisi yang menunjukkan perubahan fase.
  - Dalam praktikum ini, titik kekeruhan dicapai saat terjadi reaksi antara larutan campuran dengan zat C, yang mengakibatkan terbentuknya kekeruhan atau endapan. Titik ini menandai titik-titik komposisi di mana terjadi reaksi kimia antara zat A dan B dengan zat C.
  - Kehadiran gelembung pada larutan dapat mengindikasikan adanya gas yang terlarut atau terbentuk selama reaksi kimia berlangsung. Hal ini bisa terjadi dalam kondisi tertentu, terutama jika reaksi kimia menghasilkan gas sebagai produk sampingan.
Kesimpulan
Lampiran berdasarkan praktikum yang telah dilakukan