Mohon tunggu...
Sri Astuty Mashuri
Sri Astuty Mashuri Mohon Tunggu... Perawat -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"Sadari", Stop Kanker Payudara

3 Februari 2019   14:36 Diperbarui: 4 Februari 2019   00:41 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Di Indonesia, salah satu jenis kanker yang paling ditakuti oleh para perempuan yaitu kanker payudara dengan melihat prevalensi kasus baru yang sangat tinggi sebanyak 43,3% dan jumlah kematian sebanyak 26,8% pada tahun 2017, dimana diprediksi akan terjadi peningkatan setiap tahunnya.

Tentunya ini menjadi warning agar bagaimana segera ditemukan upaya strategis dan sistematis yang mampu menekan angka yang semakin signifikan.

Data dari Global Burden Cancer (GLOBOCAN), International Agency For Research on Cancer (IARC) menunjukkan bahwa kanker payudara merupakan jenis kanker dengan persentase kasus baru tertinggi yaitu sebesar 43,3%, disusul dengan kanker prostat sebanyak 30,7%, dan kanker paru sebesar 23,1%.

Data dari Dinas Kesehatan Pemprov Sulawesi Selatan tercatat 170 kasus kanker payudara dan merupakan urutan pertama penyakit yang mengancam kaum perempuan di Sulawesi Selatan.Kanker payudara adalah tumor ganas yang terbentuk dari sel-sel payudara yang tumbuh dan berkembang secara tidak terkendali sehingga menyebar ke organ tubuh yang lain. Masalah kanker payudara masih menjadi beban berat bagi Indonesia.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pemerintah telah mencanangkan berbagai program sebagai upaya penanganan masalah kanker payudara seperti program pengendalian dengan menitikberatkan pada upaya Promotif dan Preventif, salah satunya mendeteksi dini dengan metode SADARI.

SADARI (Periksa Payudara Sendiri) merupakan salah satu upaya untuk mendeteksi secara dini adanya tanda-tanda kanker payudara seperti teraba benjolan, rasa sakit pada payudara, dan gejala lainnya. SADARI ini sangat dianjurkan kepada para wanita karena 85% benjolan di payudara ditemukan sendiri oleh penderita.

Penyebab pasti kanker payudara hingga saat ini belum diketahui sehingga kita harus tetap waspada. Pengetahuan dan kesadaran menjadi bekal utama, masyarakat harus mengetahui minimal faktor-faktor resiko dari kanker payudara dan menyadari pentingnya menghindari faktor resiko tersebut. Semakin dini sesorang mengetahui adanya gejala kanker payudara yang dirasakan, semakin besar pula peluang untuk disembuhkan.

Menurut saya, tantangan terbesar saat ini dalam pengendalian kejadian kanker payudara adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat sehingga dalam hal ini, masyarakat harus berperan aktif dalam program-program yang diberlakukan terkait dengan pengendalian kanker payudara, salah satunya adalah dengan menerapkan program SADARI dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan survey dan wawancara yang telah saya lakukan terhadap 48 orang siswi di salah satu SMA di Kabupaten Jeneponto, 79,1% (38 orang) diantaranya mengaku tidak tahu dan tidak pernah melakukan SADARI, selebihnya mengetahui namun tidak melaksanakannya. Ini merupakan fakta yang miris menurut saya dan pembiaran akan fakta tersebut harusnya tidak boleh berlarut karena urangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya deteksi dini akan menjadi cikal bakal peningkatan prevalensi kejadian kanker payudara.

Himbauan kepada para wanita untuk membudayakan SADARI sebagai upaya untuk mendeteksi dini kanker payudara terus dilakukan. Namun faktanya, banyak kasus kanker payudara yang terdeteksi saat meraba tanpa sengaja dan menemukan adanya benjolan, bukan melalui SADARI. Bahkan banyak kasus yang ditemukan sudah dalam stadium lanjut sehingga kemungkinan untuk sembuh semakin kecil, sehingga saya menyimpulkan bahwa para wanita belum memiliki kesadaran untuk membudayakan SADARI tersebut secara rutin.

Bahayanya, kanker payudara stadium awal sulit untuk terdeteksi, bahkan tidak ada gejala buruk yang dirasakan, ukuran sel kanker yang kecil menyebabkan tidak nampaknya benjolan dari luar, dalam kondisi inilah dengan SADARI benjolan akan teraba yang biasanya disertai dengan nyeri. Jika gejala tersebut ditemukan, segaralah melakukan pemeriksaan lebih lanjut di pelayanan kesehatan.

Kejadian kanker payudara tidak memandang usia dan sangat beresiko akibat Life Style yang tidak sehat. Oleh karena itu, saya sangat menghimbau kepada para wanita, khususnya remaja putri usia 17 tahun ke atas untuk rutin melakukan SADARI setiap bulan yaitu pada hari ke-7 atau ke-10 setelah menstruasi. Kemampuan mendeteksi dini kanker payudara sebaiknya dimiliki sejak remaja sehingga diharapkan petugas kesehatan agar lebih antusias untuk memberikan Health Education tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan SADARI.

Saya berharap dengan dibudayakannya SADARI dalam kehidupan sehari-hari, kita telah memberikan sumbangsi dalam menekan angka kejadian kanker payudara di Indonesia secara umum dan tentunya untuk diri kita sendiri agar terbebas dari penyakit khususnya. Yuk, budayakan SADARI menuju hidup bebas kanker payudara karena yang bertangungjawab atas kesehatan kita adalah diri kita sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun