Mohon tunggu...
Sriani Magdalena
Sriani Magdalena Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

some information to u :))

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tradisi Batak Menyambut Raja dan Ratu Belanda

18 Desember 2020   23:08 Diperbarui: 21 Desember 2020   01:51 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tarian Tor-tor merupakan produk dari identitas komunal suku batak. Tarian tor-tor ini diiringi dengan gondang batak yang merupakan alat musik pendukung milik masyarakat batak. Tarian tor-tor ini berbagai macam jenis nya dan kegunaannya. Setiap tarian tor-tor batak memiliki arti dan makna sesuai dengan kebutuhannya.

Seperti yang ditunjukkan pada penyambutan Raja dan Ratu Belanda, masyarakat Lintong Nihuta membawakan tarian Tor-Tor Panomunomuan. Tor-tor ini memiliki makna untuk menghormati orang besar daris segi memiliki jabatan.

Gerakan tarian tor-tor ini bukan sekedar gerakan biasa. Melainkan gerakan yang menari tanpa membelakangi orang terhormat dalam artian gerakan mundur kebelakang. Sehingga, mengandung makna untuk tidak membelakangi orang tersebut dalam hal menghormati serta menghargai keberadaanya. 

Sama halnya dengan tor-tor, Ulos merupakan produk dari identitas komunal suku batak. Ulos adalah salah satu ciri khas budaya batak yang menjadi pembeda dari budaya yang lainnya. Ulos berbagai macam bentuknya dan memiliki pencampuran warna dan motif yang sangat indah. 

Ulos ini memiliki keistimewaan yang menyimpan rahasia keterampilan seni dalam proses pembuatnnya dengan memberikan motif yang melamnbangkan ikatan kasih sayang. Ulos dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing serta memiliki makna tersendirinya. 

Seperti dalam penyambutan Raja dan Ratu Belanda, Ulos yang diberikan pada Raja dan Ratu Belanda adalah Ulos Pinunsaan. Ulos ini dikenal dengan nama Ulos Jugia (Ulos Naso Ra Pipot) yang memiliki arti bahwa ulos ini digunakan atau diberikan kepada raja atau orang terhormat lainnya.

Ulos ini tidak digunakan atau diberikan kepada sembarang orang. Karena ulos ini memiliki nilai dan kedudukan yang tinggi seperti ulos ini hanya untuk orang tua yang telah memiliki cucu daria nak laki-laki dan perempuannya. Ulos ini juga sering disebut sebagai barang warisan yang bernilai sama dengan emas. 

Masyarakat Lintong Nihuta memperkenalkan budayanya bukan saja melalui tarian dan ulos. Melainkan dengan cara menceritakan adat budaya batak dan melihatkan secara langsung proses pembuatan ulos ini. 

Pembuatan ulos ini menggunakan bahan dasar benang sejenis kapas. Proses pembuatan ulos sangat rumit. Kerumitan inilah yang akan menentukan nilai sebuah ulos yang dibuat. Ada pepatah tetuah batak berkata bahwa "semakin lama pembuatannya, maka ulos tersebut memiliki tingkat kerumitan yang tinggi dengan mengandung nilai dari ulos tersebut juga tinggi". 

Identitas budaya yang terdapat di daerah Lintong Nihuta ini dapat dilihat dari tarian, dan ulos sebagai produk budayanya. Mereka memperkenalkan produk budaya mereka dengan tujuan agar menunjukkan bahwa identitas yang ada di daerah ini adalah identitas komunal suku batak. 

Dengan perkembangan Globalisasi, budaya batak juga mengembangkan produk budaya nya, salah satunya adalah ulos. Ulos bukan saja digunakan sebagai selendang dalam upacara adat, melainkan diperbaharui dalam bentuk suvenir, pakaian, tas, sarung bantal, alas meja, ikat pinggang, gorden, dan masih banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun