Awal pekan lalu, Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan bawang merah dan bawang putih memberikan andil besar terhadap inflasi selama April 2019.Â
Harga bawang merah mengalami kenaikan 22,93 persen dengan andil sebesar 0,31 persen ke inflasi. Sementara harga bawang putih yang naik 35 persen memiliki andil ke inflasi sebesar 0,09 persen.
Pihak Bulog mengatakan salah satu penyebab kenaikan harga bawang merah ialah karena petani tak biasa melakukan penyimpanan stok. Para petani, kata dia, terbiasa langsung menjual hasil panen bawang merah ke pasaran.Â
Sehingga ketika harga bawang merah sedang tinggi, tak banyak yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenaikan. Sebab, mekanisme pengendalian harga melalui pelepasan stok ke pasar semakin terbatas kemampuannya.Â
Bulog pun menyalahkan petani dan masyarakat yang tidak bisa menahan diri atau menyimpan hasil panen bawang mereka.Â
Sepertinya Bulog lupa bahwa menjual produk pertanian adalah sumber mata pencaharian petani kita. Bila tidak ada yang dijual, maka tidak ada yang dimakan.Â
Ketimbang mengatur-atur pola penjualan bawang merah, apalagi menyalahkan petani, lebih baik Bulog berperan langsung dengan cara menyerap produksi bawang merah petani. Tentunya dengan harga yang layak dan masuk akal.Â
Lagi pula, Bulog kan punya gudang berteknologi pengondisian udara (Controlled Atmosphere Storage/CAS) yang bisa menjaga kesegaran produk tani agar lebih tahan lama dan tetap segar.Â
Berbekal alat tersebut, Bulog lah yang mengatur penjualan bawang merah. Menahan pasokan di kala harga rendah, dan menggelontorkannya di saat harga tinggi. Sehingga Bulog bisa benar-benar menjalankan perannya sebagai stabilisator harga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H