"Kamu benar-benar seorang gadis yang sangat malang, tapi itulah kriteria yang diinginkan oleh Madame Morwenna. Seorang gadis lugu, berpenampilan manis, sebatang kara... aku yakin sekali Madame Morwenna pasti suka padamu," lelaki itu bertepuk tangan senang dan tampak bahagia mendengar jawaban Pumpkin. Dia memandang Pumpkin yang sibuk membersihkan.
"Bolehkah aku meminta sedikit makanan dan segelas air? Sejak semalam aku belum makan, rasanya aku sangat lemah untuk bekerja," suara Pumpkin terdengar lirih sekali. Draven tersenyum dan mengiyakan. Lelaki itu segera masuk ke dalam rumah sambil bersiul senang. Setelah menyapu pekarangan yang penuh sampah, Pumpkin mulai menyiram bebungaan yang terlihat mulai layu. Dia juga memotong ranting mati dan rumput dengan gunting tanaman yang tersedia dekat keran air.
Detik berganti menit, Draven keluar bersama seorang perempuan berambut gelap bergaya bak model. Saat melihat Pumpkin, perempuan itu menjilat bibir tipisnya yang menggurat segaris senyum dingin misterius. Di tangan lelaki itu terdapat sebungkus besar sandwich dan sebotol air mineral. Dari kejauhan mereka memandang Pumpkin sibuk bekerja memotong rumput yang telah meninggi.
"Akhirnya datanglah  Pumpkin, seorang young sanguinette* yang bersedia merawat keindahan halamanmu. Lihatlah dia, begitu bugar, polos dan ....hmmmm.....," Draven menyeringai senang. Dia menjilat bibirnya bagaikan orang kehausan.
"Menurut pandanganku, tampaknya dia lumayan rajin dan sangat sesuai dengan kriteria yang kuinginkan. Aku terima dia bekerja di sini dan..." Madame Morwenna menggantung kalimatnya.
"...dan apa lagi Madame? Apakah ada yang salah padaku?"
"Draven... saat ini kamu harus mendengarku, ingat... patuhi kata-kataku," terdengar bisikan perempuan itu ke telinga Draven dengan nada mengancam. Madame Morwenna menatap tajam mata lelaki itu yang terasa sampai ke lubuk hati terdalam. Draven terlompat ketakutan, dia mengernyitkan keningnya tidak mengerti.
"Kamu kenapa Madame? Tampaknya pagi ini kamu sangat sensitif dan berbeda dari biasanya. Apakah semalam kurang nyenyak tidurmu? Ataukah petimu sudah terasa tidak nyaman lagi?" Draven bertanya bingung.
"Kamu sangat kularang menyentuh Pumpkin dengan alasan apapun karena gadis itu milikku seutuhnya. Seorang perawan sumber keabadian yang telah lama kucari. Kini aku telah mendapatkan seorang gadis muda, manis, segar dan harum seperti bunga yang baru mekar di padang rumput musim semi," perempuan itu mendelik senang. Dia mengelus dan menjilat bibirnya yang memakai lipstik berwarna gelap. Madame Morwenna membayangkan leher jenjang Pumpkin yang begitu menggoda untuk disapa. Draven memonyongkan bibirnya, sedikit kecewa mendengar pernyataan Madame Morwenna.
"Aku berjanji mematuhi semua kata-katamu, namun berikan pula aku kesempatan menikmati seteguk darah mangsamu," kata-kata Draven menghiba di telinga Madame Morwenna yang disambut dengan pandangan sinis. Mereka berdua berjalan perlahan mendekati Pumpkin. Sejak dari kejauhan, kedua orang itu mencium aroma darah segar seorang gadis yang terasa sangat kuat. Bebauan nikmat itu memaksa tubuh Draven bergetar hebat, deru nafasnya memburu. Makanan dan minuman yang dipegangnya nyaris jatuh karena jemarinya bergetar luar biasa bagaikan tersengat listrik maha dahsyat. Madame Morwenna yang berada di sampingnya menoleh dan mencubit lengan Draven saat melihat sepasang taring muncul di balik senyuman si lelaki.
"Aku tidak kuat menahannya Madame, young sanguinette-mu begitu menggoda. Kerongkonganku tiba-tiba terasa sangat haus karena aroma itu. Aku sudah lama sekali tidak meminum darah segar," Draven meringis kesakitan terkena cubitan Madame Morwenna.