Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers, https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pohon Anggur di Halaman Tetangga

24 November 2024   13:49 Diperbarui: 24 November 2024   13:51 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon anggur (Sri NurAminah, November 2024)

Jam satu siang, sinar matahari sangat terik di musim kemarau. Sebuah percakapan di teras rumah keluarga Mola, selepas waktu makan.

"Anggur hijau ini enak sekali, sungguh manis rasanya sebagai pencuci mulut," Pak Mola mengambil setandan buah anggur hijau dan memakannya satu persatu.

"Ini anggur jenis impor, seedless pula," sahut Bu Mola. Dia mendatangi suaminya dan membawakan segelas air minum.

"Aku mau menanam bibitnya di pekarangan kita, supaya tidak perlu lagi membeli  jika mau makan anggur. Kalau buahnya banyak, anggur itu dibagikan ke tetangga supaya kita sama-sama merasakan nikmatnya hasil tanaman ini."

"Sungguh mulia niatmu Pak. Aku akan tanyakan Pak Kebon, penjaga sekolah Iman. Biasanya Pak Kebon disuruh membeli aneka bibit buah-buahan untuk ditanam di pekarangan sekolah. Ayo minum dulu air putihnya Pak," Bu Mola menyodorkan segelas air ke hadapan suaminya.

"Aku tunggu kabarnya Bu," lelaki itu meminum air dengan penuh rasa terima kasih.

Bu Mola memang perempuan tipikal bergerak super cepat. Setelah beberapa minggu menunggu, di suatu pagi jam sembilan, tibalah di rumahnya dua buah polybag berisi bibit anggur hijau kesukaan Pak Mola. Menurut Pak Kebon, anggur itu berumur genjah dan berasa manis. Penuh semangat Pak Mola segera membersihkan pekarangan yang akan ditempatinya menanam anggur. Pak Mola juga belajar dari chanel YouTube tentang tata cara merawat anggur. Bulan berlalu, tanaman anggur milik Pak Mola tumbuh subur karena dirawat penuh kasih sayang. Sayang seribu sayang, sebelum pohon anggur kesayangan itu berbuah, Pak Mola mengalami serangan jantung setelah pulang nyekar makam orang tua dan saudaranya yang jaraknya ratusan kilometer dari rumahnya. Pak Mola segera dilarikan ke IGD untuk mendapatkan pertolongan pertama.  Tubuh lelaki itu kejang dan tidak dapat bernafas. Matanya membelalak bagaikan tercekik. Bu Mola terpekik histeris. Untunglah nyawa Pak Mola dapat diselamatkan dan dokter mengharuskannya rawat inap di rumah sakit. Selama Pak Mola sakit, pohon anggur itu dirawat seadanya oleh Bu Mola dan anak-anaknya. Mereka terlalu disibukkan oleh rutinitas harian sehingga tidak lagi memperhatikan lingkungan sekitarnya

Pasca serangan jantung, dokter melarang Pak Mola untuk bekerja berat. Segala urusan pekerjaan termasuk merawat tanaman anggur diserahkan kepada Bu Mola. Ibu rumah tangga seperti Bu Mola mempunyai seabrek rutinitas harian mengurus keluarga sehingga tugas menyiram anggur dititahkan kepada si bungsu Iman, karena semua kakaknya sibuk bekerja. Iman, seorang bocil kelas 3 Sekolah Dasar berpikir bahwa tugasnya hanya menyiram tanaman anggur dan memastikan bahwa tanaman kesayangan bapaknya tidak tewas sebelum berbuah. Hal itu selalu dikatakan oleh ibunya setiap hari. Hari berganti bulan, pohon anggur Pak Mola tumbuh kian pesat. Sulurnya sangat banyak bagaikan ingin menghias angkasa dengan aneka dedaunan hijau royo-royo. Pak Mola hanya menikmati keindahan tanaman anggur itu dari kursi rodanya. Pasca serangan jantung, terbit pula stroke yang menjadi momok pensiunan seperti dirinya. Penyakit itu telah mematikan anggota tubuhnya di bagian sebelah kanan sehingga sangat menghalangi pergerakannya.

Hingga suatu hari, terdengar rengekan Iman, putra bungsu Pak Mola.

"Ibu, saya mau makan anggur hijau," rengek Iman sambil menarik-narik daster ibunya yang sedang sibuk memasak. Uap panas muncul dari panci yang baru dibuka. Harum aroma sup semriwing memenuhi ruang dapur.

"Kamu bersabarlah, kita tunggu sampai anggur Bapakmu berbuah,"

"Lahhh... anggur milik Bapak kan sudah lama berbuah," Iman memandang wajah ibunya yang memandang tidak mengerti.

"Kata siapa anggur Bapakmu sudah berbuah?"

"Itu kata Madi, anak pak Rusdi, tetangga sebelah. Setiap pekan mereka makan anggur hijau, rasanya manis sekali."

"Oh ya, tetangga kita juga menanam anggur?" Bu Mola bertanya heran.

"Yaelah Ibuuuu... sini aku tunjukkan sesuatu," Iman segera menarik tangan sang ibu menuju ke hadapan pohon anggur milik pak Mola.

"Ibu lihat, ini cabang anggur yang ada di rumah kita. Cabang yang itu larinya kemana, hayooo..."

Pandangan mata Bu Mola mengikuti cabang anggur yang ditunjuk anaknya. Pohon anggur itu merambat riang gembira di atas atap garasi Pak Rusdi dan turun melalui tiangnya. Rasa penasaran mendorong Bu Mola mengintip ke dalam pekarangan rumah Pak Rusdi, tetangga sebelah rumahnya. Jantungnya terasa mau copot. Dilihatnya beberapa tandan buah anggur hijau nan lezat bergelantungan melambai riang menerbitkan air liurnya.

"Dasar tanaman celaka, di sini rupanya kamu melabuhkan semua buah elokmu. Kami luar biasa susah payah mengurusmu siang dan malam hanya mendapat sampah daunmu," hati Bu Mola sangat marah dan dia menyumpahi tanaman itu dari balik tembok. Hatinya geram bukan main, sungguh tega tetangga sebelah rumah telah menikmati anggur itu tanpa sepengetahuannya. Dimatikannya kompor yang memasak sup untuk makan malam. Dia berniat menelusuri kebenaran tanaman anggur itu di rumah keluarga Rusdi.

Keesokan hari, setelah menjemur cucian di halaman, Bu Mola mengintip dari tembok rumahnya. Dilihatnya istri tetangganya sedang memanen anggur di pekarangan miliknya yang kurang terurus. Bu Mola segera mengambil sendal jepit dan berlari ke rumah Pak Rusdi.

"Assalamu alaikum," tiba-tiba Bu Mola sudah berada di dekat Bu Rusdi. Perempuan yang sibuk memanen anggur tampak sangat terkejut. Gunting dan keranjangnya nyaris jatuh. Dia sangat kaget dengan kedatangan Bu Mola yang tidak pernah diduganya.

"Aduhhh... tampilan anggurnya enak benar, hijau dan besar buahnya," Bu Mola menyambar setandan anggur dan mengunyahnya dengan nikmat.

"Ehhh ... iya Bu," cepat-cepat Bu Rusdi menyuruh anaknya membawa masuk keranjang buah berisi anggur itu ke dalam rumahnya. Bu Mola mengamati tandan anggur berisi buah belum matang yang masih menggantung di dekat kepalanya. Di pandangnya wajah Bu Rusdi yang berusaha menyembunyikan rasa kikuknya.

"Wah... ternyata Bu Rusdi juga menanam anggur hijau ya. Sejak kapan?"

"Ohh... itu tanaman milik suamiku."

"Ternyata Pak Rusdi juga gemar memelihara tanaman. Subur dan banyak buahnya. Boleh dong kalau berbuah lagi saya dibagikan sedikit buahnya, supaya ikut icip-icip anggur hasil tanaman tetangga," Bu Rusdi membalikkan badan, pura-pura tidak mendengar kicauan Bu Mola yang matanya sibuk menyelidiki tanaman itu.

"Eh...Bu Rusdi... tanaman anggurmu tidak ada potnya ya, dan... eh, tanaman ini ternyata asalnya dari rumahku," Bu Mola menunjuk ke batang anggur berwarna coklat yang menjulur ke atas atap garasi Pak Rusdi. Bu Rusdi menatap sinis wajah Bu Mola.

"Memangnya kenapa kalau tanamanmu menjalar ke sini?" nada suaranya terdengar kurang senang.

"Kamu pembohong. Ini tanaman anggur hijau milik suamiku. Kamu jahat karena  tidak pernah membagikan hasil tanamanku yang telah kamu makan selama ini. Kamu juga keterlaluan karena berani mengklaim di media sosial bahwa tanaman anggur ini tumbuh subur dari hasil kerja keras suamimu."

"Sekarang kamu mau apa? Tanaman anggur ini merambat ke pekarangan rumahku tanpa kuminta. Jadi sah-sah saja aku memanen buahnya untuk kumakan bersama keluargaku."

"Dasar perempuan jahat, beraninya kamu mengambil keuntungan dari hasil kerja keras orang lain," telunjuk Bu Mola nyaris mendarat di wajah Bu Rusdi yang barusan menjalani operasi  facelift di Thailand.

Istri pak Rusdi tersenyum sinis dan membalikkan badan. Tanpa rasa bersalah, perempuan pesolek bertubuh kurus itu masuk ke dalam rumah meninggalkan tetangganya yang sibuk berkicau. Suara pintu dibanting menambah hancur perasaan Bu Mola yang wajahnya telah penuh air mata. Bu Rusdi tidak menggubris sumpah serapah Bu Mola melihat dia mengklaim dan memanen anggur hasil jerih payah suaminya yang sedang sakit. Dendam membara sudah mencapai ubun-ubun. Istri Pak Mola segera pulang ke rumah. Penuh amarah Bu Mola segera masuk ke dapur mengambil parang yang baru diasah. Bagaikan orang kesurupan, Bu Mola membacok semua batang dan cabang anggur itu sampai putus. Air matanya tumpah ruah saat perempuan bertumbuh tambun itu menarik cabang penuh bakal buah yang merambat ke atap garasi pak Rusdi.

"Tidak akan kubiarkan lagi kalian menikmati buah dari kerja keras suamiku selama ini," penuh perasaan marah dihempaskannya potongan batang anggur ke permukaan bumi. Bu Mola tersenyum puas membayangkan pohon anggur itu bakal layu dan mati seiring berjalannya waktu. Dirasakannya secuil kenikmatan karena tidak seorangpun bakal menyalahkan tindakannya. Dia adalah owner pohon anggur hijau yang telah dimanipulatif oleh tetangganya. Keluarga Mola telah bersusah payah selama ini merawat tanaman anggur itu. Sifat positif thinking Bu Mola tidak menyadari bahwa tetangga sebelah rumahnya sungguh tega mengambil keuntungan darinya dengan memakan dan mengklaim pohon anggur tersebut sampai ke sosial media. Dipandanginya pohon anggur yang telah porak poranda seiring dengan terbalasnya sakit hati telah dikibuli oleh tetangga sebelah rumah (srn).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun