"Aduhhh... tampilan anggurnya enak benar, hijau dan besar buahnya," Bu Mola menyambar setandan anggur dan mengunyahnya dengan nikmat.
"Ehhh ... iya Bu," cepat-cepat Bu Rusdi menyuruh anaknya membawa masuk keranjang buah berisi anggur itu ke dalam rumahnya. Bu Mola mengamati tandan anggur berisi buah belum matang yang masih menggantung di dekat kepalanya. Di pandangnya wajah Bu Rusdi yang berusaha menyembunyikan rasa kikuknya.
"Wah... ternyata Bu Rusdi juga menanam anggur hijau ya. Sejak kapan?"
"Ohh... itu tanaman milik suamiku."
"Ternyata Pak Rusdi juga gemar memelihara tanaman. Subur dan banyak buahnya. Boleh dong kalau berbuah lagi saya dibagikan sedikit buahnya, supaya ikut icip-icip anggur hasil tanaman tetangga," Bu Rusdi membalikkan badan, pura-pura tidak mendengar kicauan Bu Mola yang matanya sibuk menyelidiki tanaman itu.
"Eh...Bu Rusdi... tanaman anggurmu tidak ada potnya ya, dan... eh, tanaman ini ternyata asalnya dari rumahku," Bu Mola menunjuk ke batang anggur berwarna coklat yang menjulur ke atas atap garasi Pak Rusdi. Bu Rusdi menatap sinis wajah Bu Mola.
"Memangnya kenapa kalau tanamanmu menjalar ke sini?" nada suaranya terdengar kurang senang.
"Kamu pembohong. Ini tanaman anggur hijau milik suamiku. Kamu jahat karena  tidak pernah membagikan hasil tanamanku yang telah kamu makan selama ini. Kamu juga keterlaluan karena berani mengklaim di media sosial bahwa tanaman anggur ini tumbuh subur dari hasil kerja keras suamimu."
"Sekarang kamu mau apa? Tanaman anggur ini merambat ke pekarangan rumahku tanpa kuminta. Jadi sah-sah saja aku memanen buahnya untuk kumakan bersama keluargaku."
"Dasar perempuan jahat, beraninya kamu mengambil keuntungan dari hasil kerja keras orang lain," telunjuk Bu Mola nyaris mendarat di wajah Bu Rusdi yang barusan menjalani operasi  facelift di Thailand.
Istri pak Rusdi tersenyum sinis dan membalikkan badan. Tanpa rasa bersalah, perempuan pesolek bertubuh kurus itu masuk ke dalam rumah meninggalkan tetangganya yang sibuk berkicau. Suara pintu dibanting menambah hancur perasaan Bu Mola yang wajahnya telah penuh air mata. Bu Rusdi tidak menggubris sumpah serapah Bu Mola melihat dia mengklaim dan memanen anggur hasil jerih payah suaminya yang sedang sakit. Dendam membara sudah mencapai ubun-ubun. Istri Pak Mola segera pulang ke rumah. Penuh amarah Bu Mola segera masuk ke dapur mengambil parang yang baru diasah. Bagaikan orang kesurupan, Bu Mola membacok semua batang dan cabang anggur itu sampai putus. Air matanya tumpah ruah saat perempuan bertumbuh tambun itu menarik cabang penuh bakal buah yang merambat ke atap garasi pak Rusdi.