Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers, https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Diary Perias Jenazah

29 September 2024   19:16 Diperbarui: 29 September 2024   19:21 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu Henny, namaku Dewi. Aku mohon izin merias wajah Ibu secantik-cantiknya hari ini, semoga Ibu berkenan adanya. Mohon kerjasamanya ya Bu," aku menyapa jenazah itu sebelum mulai bekerja. Jujur saja, ini pertama kali aku berurusan dengan jenazah dan sudah sangat banyak 'cerita seram' yang kudengar tentang profesi ini.

Apa yang harus kulakukan jika mata dan mulut jenazah tiba-tiba terbuka saat sedang kurias?

Bagaimana jika jenazah ini tiba-tiba bangun dan mencekik leherku?

Bagaimanakah reaksi keluarga dan sahabat almarhumah jika hasil riasanku sangat jelek?

Kukuatkan hatiku untuk mengalahkan ketakutan yang datang mendera batinku. Pikiranku kalut, aku harus segera mendapat uang untuk membeli obat penenang Mamah yang telah habis beberapa hari lalu. Aku yakin inilah jalan terbaik dari Tuhan untuk membukakan rezeki untukku.

Aku mulai membersihkan wajah Bu Henny dan kuoleskan alas bedak sesuai dengan warna kulitnya. Spons, pinsil alis dan kuas lipstik bersenandung mengukir keindahan di wajah jenazah itu. Kurapikan bibirnya dan kuoleskan lipstik warna pink sakura. Tanpa terasa tiga jam telah berlalu dan riasan Bu Henny telah selesai. Aku berjalan perlahan membuka pintu kamar. Kulihat kursi, meja dan rangkaian bunga ucapan belasungkawa telah tertata rapi. Dinda melihatku dari kejauhan dan berjalan cepat menghampiriku.

"Ibu sudah selesai dandan?" aku mengangguk mendengar pertanyaan Dinda. Dengan cepat dia mengajakku masuk ke dalam kamar.

"Wow...luar biasa Mbak, Ibu terlihat sangat cantik dengan warna lipstik itu. Tahu aja nih warna lipstik kesukaan Ibu," Dinda terpekik sangat senang melihat hasil riasan ibunya. Wajah Mak Lampir hilang total berganti dengan perempuan berwajah lemah lembut penuh kasih sayang. Perempuan bertubuh subur itu memelukku penuh kegembiraan.

"Ada apa ribut-ribut di sini?" perempuan bernama Sita bergegas masuk ke dalam kamar saat mendengar pekikan adiknya.   

"Sini Kak, lihat nih penampilan Ibu, luar biasa kan?"

"Ibu..." gumamnya tidak percaya. Kulihat Sita terperanjat, dia pangling melihat penampilan almarhumah ibunya. Perempuan berwajah tirus itu menggigit bibirnya dan berlari keluar kamar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun