Perkembangan teknologi khususnya di bidang entomologi atau ilmu serangga melaju sedemikian cepat. Banyak sekali inovasi telah dilakukan untuk lebih mengenal jenis serangga, perilaku spesifik dan manfaatnya untuk kepentingan ekonomi.
Aksi nyata di dalam memantau populasi serangga khususnya yang menimbulkan dampak negatif dengan mengambil sampel untuk identifikasi di laboratorium.
Salah satu hal sederhana yang telah dilakukan untuk mengambil sampel serangga adalah memanfaatkan limbah plastik sebagai 'important tools collecting insect in field'.Â
Sejak lama limbah plastik telah menjadi penyebab terjadinya pencemaran lingkungan dan issue tahunan masyarakat perkotaan di Indonesia, utamanya saat  banjir melanda.
Dampak nyata limbah plastik dalam kehidupan manusia adalah aliran sungai menunjukkan tumpukan limbah plastik dan material lainnya sebagai cerminan perilaku masyarakat yang tidak disiplin membuang limbah plastik secara sembarangan ke dalam aliran air.
Memang terlihat sangat sepele namun timbunan barang bekas dan limbah lainnya  dari waktu ke waktu mampu menimbulkan banjir tahunan yang merusak tatanan ekonomi, merenggut jiwa masyarakat, menurunkan kualitas lingkungan hidup dan luar biasa dampak lainnya pada tata kehidupan sosial budaya. Kompleksitas dampak banjir menyebabkan rusaknya fasilitas umum sehingga menghalangi jalannya pendidikan, hilangnya fasilitas ibadah, rusaknya ketahanan pangan, meningkatnya kriminalitas dan terputusnya akses transportasi yang memerlukan penanganan sangat serius.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran limbah plastik mempunyai hubungan sangat erat dengan segi kesehatan dan kualitas lingkungan yang menjadi hunian manusia.
Masalah sampah khususnya menyangkut limbah plastik dan penanganannya termasuk ke dalam Sustainable Development Goals (SDG's) poin 12 yaitu: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung jawab.
Di dalam upaya menangani pencemaran lingkungan karena kehadiran limbah plastik, Pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah global dengan mengurangi produksi limbah (contohnya memakai tumbler atau botol minum yang dapat diisi ulang, mengganti kantong plastik di swalayan dengan menggunakan kantong kertas atau goody bag), peningkatan sumber daya sadar lingkungan dan praktik pengelolaan limbah plastik yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri.
Plastik merupakan produk sangat populer untuk berbagai aktivitas utamanya berbasis rumah tangga. Umumnya kaum ibu rumah tangga menyukai produk plastik karena harganya murah, tahan lama, cantik dengan berbagai warna menarik dan mudah perawatannya.
Namun demikian, dampak negatif dominansi plastik sebagai pencetus limbah pencemaran lingkungan karena memerlukan waktu sangat lama untuk menguraikannya. Botol, kantong kresek bekas, gelas bekas air minum yang ringan memiliki potensi hanyut di sungai dan memicu terjadinya banjir.
Di dalam beberapa tahun terakhir, telah banyak upaya untuk mengurangi penggunaan plastik yang beredar di masyarakat. Memang benar, limbah  plastik telah menjadi masalah nasional karena keberadaannya sebagai perusak tanah dan air yang tidak mampu diuraikan oleh mikroba.
Dominansi plastik di dalam era globalisasi merupakan gambaran kehidupan masyarakat modern, serba cepat dan instan. Sebagian besar limbah plastik yang menghuni tong sampah berasal dari pembungkus makanan, minuman dan alat rumah tangga yang telah rusak.
Walaupun produk plastik sangat bermanfaat sebagai perangkat rumah tangga yang murah meriah, beraneka warna dan sangat gampang ditemukan, sayangnya wadah plastik di dominansi oleh kandungan racun yang berpotensi menyerap ke dalam makanan saat berada di dalam kondisi panas.
Perlu diketahui bahwa salah satu bahan baku pembuat plastik yang diolah menjadi alat rumah tangga sehari-hari adalah polytam turunan dari  polypropylene yang menjadi bahan baku dalam pembuatan kantong plastik yang lazim digunakan di industri kemasan makanan dan minuman.
Plastik merupakan polimer berantai panjang yang saling terikat satu sama lain. Rantai ini terbentuk dari untaian unit molekul tunggal yang dinamakan monomer. Umumnya plastik hanya terdiri dari polimer karbon atau menggandeng oksigen, nitrogen, klorin maupun belerang. Beberapa jenis plastik juga mengandung senyawa silikon yang bersifat elastis dan mudah dibentuk.
Terkait dengan kehadiran serangga, Indonesia  sangat terkenal dengan kesuburan tanahnya yang menghasilkan banyak produk pertanian. Keberadaan serangga hama di lahan pertanian membuat pelaku sektor pertanian harus memikirkan secara matang tindakan pengendalian yang bakal dilakukan untuk mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan.
Kesalahan dalam aplikasi pestisida dapat merangsang timbulnya resistensi serangga, matinya serangga musuh alami dan merusak lingkungan akibat tercemar bahan kimiawi berbahaya. Â Inovasi yang telah dilakukan di dalam bidang pertanian adalah penggunaan limbah plastik (botol dan gelas plastik bekas air minum) sangat bermanfaat dimodifikasi sebagai alat bantu dalam pemantauan serangga hama di pertanaman milik petani.
Keberadaan satu jenis serangga di dalam habitat tertentu pasti menimbulkan dampak karena setiap jenis serangga mempunyai peranan berbeda. Misalnya keberadaan serangga polinator atau penyerbuk (contohnya kupu-kupu, lebah dan sebagian kecil lalat) dapat membantu tumbuhan berbunga melakukan penyerbukan untuk menghasilkan buah yang high quality.
Selain serangga polinator (kupu-kupu, lebah, semut), beberapa jenis hewan dikenal berperan sebagai penyerbuk tanaman, contohnya: burung, luak dan kelelawar.
Sulawesi Selatan sebagai sentra sayuran di bagian timur Indonesia, sangat krusial meningkatkan produktivitas tanaman bayam dan kangkung yang menjadi salah satu komoditi andalan daerah. Petani diuntungkan menanam sayuran karena mudah ditanam, perawatannya sederhana dan cepat panen.
Tanaman berumur pendek contohnya bayam dan kangkung adalah tanaman sayuran yang sangat populer, mudah diolah dan harganya sangat terjangkau. Jenis sayuran ini sangat gampang ditemukan di pasar tradisional dan swalayan.
Komponen penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanaman apapun jenisnya adalah keberadaan serangga hama dan perlu dilakukan pemantauan sebelum dilakukan pengendalian. Pentingnya pengetahuan masyarakat dalam mengenal jenis serangga hama perusak tanaman dapat membantu dilakukannya tindakan pengendalian secara efektif dan berkelanjutan.
Umumnya keberadaan serangga hama khususnya pada bayam dan kangkung sangat ditentukan oleh pola tanam petani dan migrasi serangga hama yang berasal dari lahan lain. Penanaman sayuran secara monokultur secara terus menerus berpotensi mengurangi keanekaragaman organisme dan memicu ledakan populasi serangga hama karena selalu tersedia banyak makanan.
Kondisi lingkungan tertentu mengubah proses fisiologis sayuran yang selanjutnya memengaruhi nutrisi tanaman yang diserap oleh serangga pemakan tumbuhan. Setiap jenis serangga mempunyai teknik pengendalian yang memerlukan penanganan khusus berdasarkan pola hidup dan perilakunya.
Salah satu teknik pengendalian serangga hama secara ramah lingkungan adalah pengendalian hayati dengan menggunakan musuh alami. Teknik pengendalian secara hayati meningkatkan kinerja musuh alami dan mengurangi penggunaan pestisida.
Keterkaitan limbah pastik sebagai alat monitoring keberadaan serangga di lahan pertanian telah lama dilakukan. Di dalam upaya monitoring komposisi serangga di suatu lahan pertanian umumnya memakai dua alat yaitu: pitfall trap (perangkap jebakan) dan yellow trap (perangkap kuning).
Kedua alat sederhana ini sangat lazim digunakan dan terbukti efektif dalam memantau populasi serangga di suatu lahan.
Selama ini perangkap jebakan atau pitfall trap menggunakan gelas plastik bekas air minum yang telah dicuci bersih dan bebas bebauan. Gelas plastik yang digunakan mempunyai diameter 5 cm dengan tinggi  9 cm.
Gelas itu diisi setengah dengan menggunakan air bersih bercampur formalin atau deterjen yang dapat terurai secara alami dengan perbandingan 2:1.
Di dalam menjalankan perannya memantau populasi serangga dan arthropoda khususnya yang bermukim di permukaan tanah dan tajuk tanaman, pitfall trap ditanam di tanah dengan bibir gelas sejajar dengan permukaan tanah. Pitfall trap ditanam di permukaan tanah kering selama 24 jam. Setelah 24 jam, sampel diambil dan diidentifikasi jenisnya di laboratorium dengan bantuan mikroskop dan literatur terkait.
Umumnya serangga yang berperan sebagai dekomposer hidup di permukaan atau berada dalam tanah sehingga mudah sekali tertangkap oleh pitfall trap. Jika terdapat dekomposer yang terperangkap dalam yellow trap biasanya dalam bentuk serangga dewasa bersayap.
Berdasarkan hasil pemantauan lapangan tentang perangkingan alat yang digunakan untuk mengambil sampel, jumlah serangga predator atau pemangsa juga banyak tertangkap pitfall trap, disusul oleh yellow trap dan jaring serangga.
Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan bahwa predator yang tertangkap oleh pitfall trap berperan sebagai predator permukaan tanah, contohnya; semut, kumbang tanah dan jangkrik. Umumnya serangga predator berperan sebagai komponen penting pengendali serangga hama secara hayati dan fase kehidupannya mengikuti laju populasi serangga hama yang menjadi mangsanya.
Jika mangsa tidak tersedia di suatu lahan pertanaman, terdapat kemungkinan predator  mati kelaparan atau berpindah ke tempat lain dan tidak kembali lagi.
Selain serangga pemangsa atau predator, jumlah serangga hama juga banyak tertangkap di dalam pitfall trap bila dibandingkan dengan yellow trap dan jaring serangga. Sayangnya teknik monitoring serangga memakai pitfall trap menjadikan serangga atau arthropoda yang tertangkap mengalami kerusakan karena terendam media cair. Jika pengambilan sampel melampaui 24 jam maka tubuh serangga hancur sehingga sulit sekali diidentifikasi.
Perangkap kuning atau yellow trap terbuat dari botol plastik bekas air minum berukuran 1500 ml. Botol plastik tersebut diisi dengan cat warna kuning, diputar sedemikian rupa sampai bagian dalamnya tertutup rata dengan cat warna kuning. Permukaan luarnya dilapis dengan plastik bening dioles lem tidak berbau untuk menangkap serangga.
Di bagian mulut botol diberikan tangkai bambu dan siap dipasang di sela tanaman budidaya untuk memerangkap serangga terbang dan serangga yang bermukim di tajuk tanaman. Yellow trap disimpan selama 24 jam dan serangga terperangkap dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.
Semua serangga yang terperangkap lem dibersihkan dengan kuas dan dimasukkan dalam cairan pengawet.
Umumnya serangga yang tertangkap dengan kedua alat itu dihitung dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener. Terkait dengan penggunaan perangkap kuning atau yellow trap terbuat dari botol bekas air minum juga menunjukkan hasil valid dalam monitoring serangga di lahan pertanian.
Yellow trap sangat efektif menangkap serangga yang hidup pada batang/tajuk tanaman, serangga terbang pada batang dan permukaan. Kekurangan pemakaian yellow trap adalah serangga seringkali mengalami kerusakan karena anggota tubuhnya tidak dapat dilepaskan dari lem. Selain menggunakan pitfall trap dan yellow trap untuk keperluan monitoring populasi serangga, penggunaan jaring serangga sangat mengandalkan visualisasi dari manusia yang bertindak sebagai operator alat itu.
Berdasarkan hasil pemantauan serangga di lahan kangkung varietas Serimpi dengan menggunakan limbah plastik (pitfall trap dan yellow trap) menunjukkan bahwa barang bekas dapat menjadi bermanfaat sangat tergantung kepada kreativitas pengelolanya.
Berdasarkan pada hasil penelitian Aminah dan Nasruddin (2019) yang dilakukan di lahan bayam, perangkap jebakan atau pitfall yang terbuat dari gelas plastik bekas air minum sangat efektif dalam pemantauan serangga yang hidup di permukaan tanah.
Semut yang berasal dari famili Formicidae dan berperan sebagai serangga predator di permukaan tanah lebih banyak terperangkap dalam pitfall trap.
Semakin tinggi jumlah arthropoda atau serangga predator yang terperangkap dalam jebakan menunjukkan bahwa mereka sangat mobile dalam mencari mangsa. Fluktuasi populasi serangga hama dan predator sering sekali dijumpai di lahan yang diaplikasi dengan pestisida kimiawi.
Hal ini disebabkan oleh penggunaan pestisida kimiawi sebagai pengendalian utama serangga yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat direkomendasikan efektivitas penggunaan pitfall trap dan yellow trap terbuat dari produk limbah plastik menunjukkan validitas hasil monitoring serangga di lahan bayam dan kangkung yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa tidak selamanya  limbah plastik  menimbulkan masalah jika dapat dikelola secara bijaksana.
Terkait dengan pemanfaatan limbah plastik sangat diperlukan sosialisasi dan edukasi meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pengelolaan lingkungan.
Salah satu contohnya adalah: edukasi kepada murid PAUD/TK dan SD tentang menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
Beberapa kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan limbah plastik yang dapat disulap menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis tinggi dengan cara: 1) membuat kerajinan tangan berupa bebungaan dan hiasan dinding yang dapat dijual dalam pameran UMKM; 2) pipet/sedotan bekas minuman dibuat menjadi taplak meja; dan 3) pembuatan briket dari botol bekas (srn).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H