Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers, https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Inovasi Limbah Plastik untuk Koleksi Serangga

16 September 2024   16:13 Diperbarui: 21 September 2024   13:48 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Umumnya serangga yang berperan sebagai dekomposer hidup di permukaan atau berada dalam tanah sehingga mudah sekali tertangkap oleh pitfall trap. Jika terdapat dekomposer yang terperangkap dalam yellow trap biasanya dalam bentuk serangga dewasa bersayap.

Berdasarkan hasil pemantauan lapangan tentang perangkingan alat yang digunakan untuk mengambil sampel, jumlah serangga predator atau pemangsa juga banyak tertangkap pitfall trap, disusul oleh yellow trap dan jaring serangga.

Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan bahwa predator yang tertangkap oleh pitfall trap berperan sebagai predator permukaan tanah, contohnya; semut, kumbang tanah dan jangkrik. Umumnya serangga predator berperan sebagai komponen penting pengendali serangga hama secara hayati dan fase kehidupannya mengikuti laju populasi serangga hama yang menjadi mangsanya.

Jika mangsa tidak tersedia di suatu lahan pertanaman, terdapat kemungkinan predator  mati kelaparan atau berpindah ke tempat lain dan tidak kembali lagi.

Selain serangga pemangsa atau predator, jumlah serangga hama juga banyak tertangkap di dalam pitfall trap bila dibandingkan dengan yellow trap dan jaring serangga. Sayangnya teknik monitoring serangga memakai pitfall trap menjadikan serangga atau arthropoda yang tertangkap mengalami kerusakan karena terendam media cair. Jika pengambilan sampel melampaui 24 jam maka tubuh serangga hancur sehingga sulit sekali diidentifikasi.

Yellow trap (Nur Ana Sari,2015)
Yellow trap (Nur Ana Sari,2015)

Perangkap kuning atau yellow trap terbuat dari botol plastik bekas air minum berukuran 1500 ml. Botol plastik tersebut diisi dengan cat warna kuning, diputar sedemikian rupa sampai bagian dalamnya tertutup rata dengan cat warna kuning. Permukaan luarnya dilapis dengan plastik bening dioles lem tidak berbau untuk menangkap serangga.

Di bagian mulut botol diberikan tangkai bambu dan siap dipasang di sela tanaman budidaya untuk memerangkap serangga terbang dan serangga yang bermukim di tajuk tanaman. Yellow trap disimpan selama 24 jam dan serangga terperangkap dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.

Semua serangga yang terperangkap lem dibersihkan dengan kuas dan dimasukkan dalam cairan pengawet.

Umumnya serangga yang tertangkap dengan kedua alat itu dihitung dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener. Terkait dengan penggunaan perangkap kuning atau yellow trap terbuat dari botol bekas air minum juga menunjukkan hasil valid dalam monitoring serangga di lahan pertanian.

Yellow trap sangat efektif menangkap serangga yang hidup pada batang/tajuk tanaman, serangga terbang pada batang dan permukaan. Kekurangan pemakaian yellow trap adalah serangga seringkali mengalami kerusakan karena anggota tubuhnya tidak dapat dilepaskan dari lem. Selain menggunakan pitfall trap dan yellow trap untuk keperluan monitoring populasi serangga, penggunaan jaring serangga sangat mengandalkan visualisasi dari manusia yang bertindak sebagai operator alat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun