Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist. I believe my fingers...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Blau Kucing Setia

4 Juli 2024   21:15 Diperbarui: 4 Juli 2024   21:37 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://drive.google.com/file/d/1Q-HLlLRGw4B8lXRYm5hM9za59ePFNYyX/view?usp=sharing

Blau adalah seekor kucing betina berbulu putih milik Mak Saripah. Dinamakan Blau karena sepasang bola matanya berwarna biru mirip permata safir. Sehari-hari Mak Saripah menjual kue di pasar Kampung Duri. Kue tradisional yang dijualnya murah dan nikmat rasanya. Perempuan tua sebatang kara ini mengolah adonan kue sepenuh cinta dan tidak mengurangi takaran bahannya. Setiap hari Mak Saripah berjalan kaki ke pasar ditemani Blau  mengikut di belakang.

Setelah melayani pembeli kue, Mak Saripah merasakan kepalanya sakit dan dia jatuh di dekat tungku. Blau yang duduk di ambang pintu segera menghampiri dan menjilat wajah perempuan tua itu, berharap majikannya segera siuman. Melihat tidak ada reaksi, Blau berlari menuju kios Rosma, perempuan ramah penjual bumbu masak. Blau menggigit ujung gaun Rosma yang sedang makan siang. Semua penghuni pasar mengenal Blau sebagai kucingnya Mak Saripah. Di antara semua kios penjual, Blau paling suka berkunjung  ke tempat Rosma.

"Kamu kenapa Blau? Mana Mak Saripah?" Rosma heran melihat kelakuan Blau. Matanya berkeliling mencari sosok perempuan tua pemilik kucing di hadapannya. Blau terus menarik ujung gaun Rosma. Sadar usahanya tidak berhasil, Blau berlari menuju ke pintu, seakan mengajak Rosma ikut dengannya. Rosma tanggap dengan keanehan Blau dan menyelesaikan suapan terakhirnya. Dia mencuci tangan dan mengelapnya di celemek yang dipakainya. Perempuan berkerudung itu segera menyeberang ke kios Mak Saripah.

"Astagafirullah Mak," Rosma terpekik melihat Mak Saripah jatuh telungkup. Lantai kotor karena tumpahan adonan kue dari baskom. Mungkin Mak Saripah mengangkat baskom itu dan terjatuh sehingga isinya tumpah ke lantai. Untunglah kompor tidak menyala sehingga terhindar dari musibah kebakaran.

Rosma segera meraba denyut nadi Mak Saripah, terasa sangat lemah. Dia berlari ke kios beras milik Pak Mane. Sang pemilik sedang menghitung laba selepas makan siang.

"Pak Mane, tolong aku. Mak Saripah tiba-tiba pingsan saat sedang membuat adonan kue."

"Dimanakah Mak Saripah?" penjual beras itu sangat terkejut. Batinnya takut kehilangan sosok ibu yang setiap hari mengirimkan kue lezat untuknya.

"Mak Saripah berada di kiosnya. Tolonglah ke sana, aku mau memanggil Manik untuk membantuku," Rosma menyeberang jalan menuju ke penjual pakaian anak-anak. Pak Mane mengunci laci dan menutup kiosnya. Dia bergegas menuju ke tempat Mak Saripah. Dilihatnya Blau duduk di dekat kepala perempuan tua itu sambil mengeong kencang.

"Majikanmu sakit Blau," Pak Mane mengelus kepala si kucing. Dia menggendong Mak Saripah dan menaruhnya di bale-bale bambu. Pak Mane mengambil kain sarung untuk menutup tubuh perempuan itu.

"Mak...bangunlah Mak," lelaki berambut ikal itu menepuk perlahan pipi Mak Saripah namun tidak ada jawaban. Napas perempuan tua itu naik turun, keringat dingin mengalir deras di wajahnya.

"Kita harus membawa Mak Saripah ke Pukesmas," kata Pak Mane saat melihat Rosma datang bersama Manik. Kedua perempuan muda itu sangat terkejut melihat pucatnya wajah Mak Saripah.

"Aku sudah memanggil Komba untuk membawaku dan Mak Saripah ke Puskesmas menaik bentornya. Pak Mane dan Manik, menyusullah dengan menaik motor. Bantu saya mengangkat Mak Saripah keluar," pinta Rosma. Blau panik melihat majikannya digendong menuju bentor. Pak Mane mendudukkan Mak Saripah dan Rosma menyusul duduk di sampingnya. Tanpa diduga Blau ikut menaik bentor dan melingkar dekat kaki majikannya. Pak Mane menurunkan Blau dari bentor namun kucing itu menggigit tangan Pak Mane.

"Biarlah Blau ikut bersama kami. Jangan lupa matikan lampu dan tutup kios Mak Saripah," bentor itu melaju menuju ke Puskesmas.

Selama Mak Saripah dirawat di Puskesmas, Blau sangat setia menemaninya. Rosma dan Pak Mane bergantian menjenguk Mak Saripah yang dianggap sebagai ibunya. Di hari ketiga Mak Saripah dirawat di Puskesmas, Blau mulai mengeong pilu. Badannya kurus karena tidak mau makan. Dua orang perawat di ruang duduk bersama mendengar suara Blau.

"Kenapa kucing itu? Apakah dia mau beranak?" Juli bertanya bingung.

"Beranak apaan?" Nia merasakan bulu kuduknya meremang.

"Aku jadi ngeri mendengar eongan kucing itu. Ada apa ya?" Juli memegang tengkuknya yang terasa tersentuh angin dingin.

Tiba-tiba Blau muncul di pintu sambil mengeong, seakan mengajak mereka mengikutinya. Dua orang perawat  masuk ke kamar Mak Saripah. Si kucing meletakkan kepalanya di bahu majikannya yang telah meninggal dunia. Kedua mata Blau tampak berair, eongannya terdengar begitu pilu. Nia segera memeriksa nadi Mak Saripah untuk memastikan kondisi pasiennya.

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun," gumam Nia saat memegang nadi Mak Saripah, tiada lagi terasa denyutan disitu. Mak Saripah berpulang ke Rahmatullah disaksikan oleh kucing kesayangannya (srn).

https://bit.ly/KONGSIVolume1 

https://drive.google.com/file/d/1shc5lIoJkzjA2PsJMjcCM2wavImZddFT/view?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/1shc5lIoJkzjA2PsJMjcCM2wavImZddFT/view?usp=sharing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun