"Aku sudah memanggil Komba untuk membawaku dan Mak Saripah ke Puskesmas menaik bentornya. Pak Mane dan Manik, menyusullah dengan menaik motor. Bantu saya mengangkat Mak Saripah keluar," pinta Rosma. Blau panik melihat majikannya digendong menuju bentor. Pak Mane mendudukkan Mak Saripah dan Rosma menyusul duduk di sampingnya. Tanpa diduga Blau ikut menaik bentor dan melingkar dekat kaki majikannya. Pak Mane menurunkan Blau dari bentor namun kucing itu menggigit tangan Pak Mane.
"Biarlah Blau ikut bersama kami. Jangan lupa matikan lampu dan tutup kios Mak Saripah," bentor itu melaju menuju ke Puskesmas.
Selama Mak Saripah dirawat di Puskesmas, Blau sangat setia menemaninya. Rosma dan Pak Mane bergantian menjenguk Mak Saripah yang dianggap sebagai ibunya. Di hari ketiga Mak Saripah dirawat di Puskesmas, Blau mulai mengeong pilu. Badannya kurus karena tidak mau makan. Dua orang perawat di ruang duduk bersama mendengar suara Blau.
"Kenapa kucing itu? Apakah dia mau beranak?" Juli bertanya bingung.
"Beranak apaan?" Nia merasakan bulu kuduknya meremang.
"Aku jadi ngeri mendengar eongan kucing itu. Ada apa ya?" Juli memegang tengkuknya yang terasa tersentuh angin dingin.
Tiba-tiba Blau muncul di pintu sambil mengeong, seakan mengajak mereka mengikutinya. Dua orang perawat  masuk ke kamar Mak Saripah. Si kucing meletakkan kepalanya di bahu majikannya yang telah meninggal dunia. Kedua mata Blau tampak berair, eongannya terdengar begitu pilu. Nia segera memeriksa nadi Mak Saripah untuk memastikan kondisi pasiennya.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun," gumam Nia saat memegang nadi Mak Saripah, tiada lagi terasa denyutan disitu. Mak Saripah berpulang ke Rahmatullah disaksikan oleh kucing kesayangannya (srn).
https://bit.ly/KONGSIVolume1Â