Perjalanan menuju ke Kabupaten Soppeng terasa menyenangkan karena cuacanya agak mendung. Mobil bis yang saya tumpangi  melewati Bulu' Dua yang menyajikan pemandangan indahnya hamparan gunung karst yang sangat ideal untuk melakukan climbing wall.Â
Saya memandang berkeliling, hanya jejeran rumah panggung kayu dan hamparan sawah nan hijau terlihat di sepanjang jalan. Sekitar jam 11.00 wita, bis yang saya tumpangi memasuki Kota Soppeng.Â
Kota Soppeng identik dengan keberadaan koloni berisi ratusan ekor kelelawar. Terdapat cerita yang beredar di masyarakat Soppeng menyebutkan bahwa rombongan kelelawar itu mencari makan ke tempat lain. Pasti tujuannya ke Kabupaten terdekat yaitu: Â Wajo, Sidrap dan Kabupaten lainnya di luar Soppeng.Â
Tampaknya ada 'hukum tidak tertulis' mengakibatkan kematian untuk kelelawar nekad jika dia merusak buah-buahan di kampungnya sendiri. Saat itu siang hari dan tidak seekorpun kelelawar ditemukan terbang di langit Soppeng  karena mereka hanya aktif di malam hari.Â
Saat bis kami melewati Masjid Raya kota Watan Soppeng, saya melihat semua pohon hijau yang tumbuh di halaman masjid nyaris berwarna hitam dipenuhi kelelawar yang bergelantungan. Tampaknya siang itu para kelelawar sedang 'bobo-bobo siang'. Saya yakin bahwa batin hewan tanpa akal itu juga menyenandungkan pujian untuk Allah Subhana Wa Ta'ala dengan bahasanya sendiri.Â
Tampaknya insting kelelawar sangat tepat memilih pekarangan masjid sebagai meeting point. Inilah zona paling aman untuk berlindung dari kejahilan manusia. Saya merasa gundah karena sopir bis menolak singgah ke tempat kelelawar bergelantungan di halaman masjid. Padahal saya ingin sekali mendokumentasikan  koloni  kelelawar yang sedang leyeh-leyeh di pohon.Â
Perjalanan terus berlanjut menyusuri keramaian kota menuju ke tempat tujuan supaya tiba on time.  Setelah menunaikan tugas community service part 1 (bertemu dengan petani jagung), alhamdulillah ya Allah, terucap dalam hati setelah perjalanan panjang usai. Bis yang saya tumpangi memasuki  tempat parkir hotel Hakata Lejja. Saya segera mencari kunci  kamar untuk menyimpan baju dan bersiap makan malam yang telah terlambat.
Saya membuka lembaran hari Sabtu pagi nan indah di kota Soppeng. Kurang dua menit jam 06.00 pagi waktu Makassar, saya bergabung ke lobby hotel Hakata Lejja.Â
Ini adalah tipikal hotel berinterior Jepang yang sangat mencerminkan rasa kekeluargaan. Ciri khasnya adalah menyajikan makanan tradisional untuk para tamunya.Â
Singkat cerita, pagi nan indah sebelum beraktivitas saya mendapat kejutan manis bertemu rober alias roti berre (berre adalah beras dalam bahasa Bugis) yang masih mengepulkan asap tipis.Â
Sebelum bertemu rober, pikiran saya membayangkan bahwa kuliner ini pasti tidak menarik dan 'membosankan'. Setelah bertemu langsung, amboi...ternyata pertemuannya sungguh indah dan di luar ekspektasi saya. Â