Mas Yudha membisikkan kata yang manis namun membuat jantungku serasa copot mendengarnya.
"Jasmine Andrea, putri kita yang menjadi ketua kegiatan pecinta alam di sekolahmu. Masa kamu tidak kenal sama anakmu sendiri? Lucu kali kamu ini."
"Lahhh...saat kejadian itu, Jasmine masih berumur tiga bulan. Aku sudah pasrah kehilanganmu dan anak kita. Aku kan pernah amnesia Mas Yudha," aku membela diri.
"Aduh Dayu, kemana maternal caremu yang dulu-dulu itu? Anak sendiri kok tidak dikenal. Gimana sih. Sudah, jangan menangis lagi. Aku sudah kembali lagi di sisimu."
Mas Yudha menyapu lembut air mata yang menetes di pipiku.
Ternyata ayah Jasmine Andrea adalah Baratayudha, suamiku yang kusangka telah meninggal karena tenggelam di ganasnya ombak laut timur. Aku menutup mataku rapat-rapat. Musibah itu terjadi tatkala Mas Yudha membawaku menaik kapal laut menuju tempat dinasnya di salah satu pulau kecil di bagian timur. Lambung kapal yang robek menyebabkan kapal bermotor itu karam. Saat itu Jasmine kami tercinta berumur tiga bulan. Peristiwanya terjadi saat malam hari. Kami bertiga jatuh dan terseret arus laut. Di dalam sekejap, bayi mungil itu menghilang dari pelukanku saat terjadi bencana.
Ya Allah, sungguh nyata kuasamu, mempertemukan seorang hamba yang telah berpisah dengan keluarganya selama puluhan tahun yang lalu.
"Aku sudah tidak seperti dulu lagi Mas Yudha, aku cacat. Kecelakaan maut itu telah merenggut semua kehidupan  dan kebahagiaanku."
"Aku tidak peduli bagaimanapun keadaanmu. Bagaimana perasaanmu sekarang? Sudah lebih baik?"
Aku mengangguk dan berusaha bangun dari tempat tidur.
"Kamu tunggu disitu."