"Sabar pak. Pasti bisa" kataku meyakinkan
Dan akhirnya kamipun mampu melewatinya.
"Berhenti dulu pak. Cari kopi sama indomie"
"Bagaimana nanti kalau di tunggu bapak? Masih naik lagi jalanan bu"
"Udah gpp pak, nanti aku yang lapor ke pak boss. Tanjakannya sudah tidak ada yang se ekstrim tadi kok pak"
Ngopi dan makan indomie menghangatkan suasana yang sudah mulai beku di sekitaran Dieng. Mungkin suhu berkisar 5-10 DC. Lebih dingin daripada kulkas sih rasanya. Karena kami biasa hidup di tempat yang cenderung hangat ke panas, jadi pada posisi di puncak Dieng sudah menggigil rasanya.
Kira-kira butuh waktu setengah jam setelah tanya sana-sini maka ketemulah villa yang dimaksud. Sebuah rumah kecil nan asri dengan jalan setapak yang keren. Tidak terlalu mewah tapi di sini kami sangat menikmati, kami bisa memasak sendiri dan kamarnya cukup banyak dan nyaman. Acara dilanjutkan masak bersama kemuadian makan bersama, bercengkerama, nonton TV sambil selimutan padahal sudah pakai jaket juga.
Setelah lelap tidur semalam, akhirnya kamipun pergi ke tempat wisata "Batu Ratapan Angin". Hanya butuh 10 menit untuk sampai lokasi ini.
Tempat wisata Batu Ratapan Angin ini buka setiap hari Senin hingga Minggu mulai jam 06.00 sampai jam 18.00wib atau waktu setempat, dengan harga tiket yang relatif murah
Adapun fasilitasnya yang ada adalah : tempat parkir yang luas, mushola, toilet, warung makan dan minum dengan harga terjangkau, gazebo untuk tempat duduk bersama dan ada beberapa tempat duduk di luar. Ada pula toko oleh-oleh.