Mohon tunggu...
Sri Rahayu
Sri Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Menyukai literasi

Seorang ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perjalanan yang Menyenangkan ke Batu Ratapan Angin Dieng

11 September 2023   13:20 Diperbarui: 11 September 2023   13:24 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

LUAR BIASA INDAHNYA "BATU RATAPAN ANGIN" DIENG

Akhir Maret 2021, aku dan Andika anak cowokku gabung dengan acara di entertain sama relasi bisnis adikku ke Dieng. Ini adalah kali pertama aku ke Dieng.

Berangkat dari dari BSD bersama keluarga adikku dan pengasuh anaknya. Adikku yang bungsu ini punya 4 orang anak jadi harus ada yang mengawasinya. Secara umur anak-anak ini semenda-semendi istilah jawanya atau umurnya hampir sama selisih sedikit dan masih usia TK dan SD. Super duper deh rusuhnya mengasuh bocil-bocil. Aku dulu aja anakku cuma dua sudah super riweh. 

Sekarang sudah agak enakkan sudah pada dewasa. Kami berangkat pagi jam 10 dan mampir dulu ke Purwokerto menghadiri acara dengan sebuah perusahaan transportasi di sana.

Baca juga: Ratapan Angin Dieng

Lanjut ke Dieng.

Perjalanan menuju villa ternyata lumayang menguras perasaan. Tajamnya tanjakan dan turunan membuat ketar-ketir takut mobilnya melorot ke bawah atau apalah, aduh takut banget. 

Baca juga: Angin

Kami terpisah dua mobil. Adikku dan keluarga dengan mobil Land Cruiser sedangkan aku, anakku sama driver pakai mobil avanza. Perjalanan malam hari pula. Dan sayapun tertinggal di belakang saat yang lain sudah sampai di villa.

Dan juga yang saya takutkan terjadi, di tanjakan yang cukup tinggi karena drivernya belum pernah ke sana juga serta tidak menguasai medan, terjadilah  mobil kami nggak kuat naik dan melorot beberapa meter. Untungnya drivernya sigap. Aku dan anakku turun untuk mengurangi beban dan driver kemudian nyetir mobilnya naik ke atas

"Kami jangan di tinggal lho" selorohku

"Aduh ibuk ini masih bercanda dalam kondisi kritis" kata driverku

"Sabar pak. Pasti bisa" kataku meyakinkan

Dan akhirnya kamipun mampu melewatinya.

"Berhenti dulu pak. Cari kopi sama indomie"

"Bagaimana nanti kalau di tunggu bapak? Masih naik lagi jalanan bu"

"Udah gpp pak, nanti aku yang lapor ke pak boss. Tanjakannya sudah tidak ada yang se ekstrim tadi kok pak"

Setelah insiden,ngopi dulu/Dokpri
Setelah insiden,ngopi dulu/Dokpri

Ngopi dan makan indomie menghangatkan suasana yang sudah mulai beku di sekitaran Dieng. Mungkin suhu berkisar 5-10 DC. Lebih dingin daripada kulkas sih rasanya. Karena kami biasa hidup di tempat yang cenderung hangat ke panas, jadi pada posisi di puncak Dieng sudah menggigil rasanya.

Kira-kira butuh waktu setengah jam setelah tanya sana-sini maka ketemulah villa yang dimaksud. Sebuah rumah kecil nan asri dengan jalan setapak yang keren. Tidak terlalu mewah tapi di sini kami sangat menikmati, kami bisa memasak sendiri dan kamarnya cukup banyak dan nyaman. Acara dilanjutkan masak bersama kemuadian makan bersama, bercengkerama, nonton TV sambil selimutan padahal sudah pakai jaket juga.

Setelah lelap tidur semalam, akhirnya kamipun pergi ke tempat wisata "Batu Ratapan Angin". Hanya butuh 10 menit untuk sampai lokasi ini.

Tempat wisata Batu Ratapan Angin ini buka setiap hari Senin hingga Minggu mulai jam 06.00 sampai jam 18.00wib atau waktu setempat, dengan harga tiket yang relatif murah

Adapun fasilitasnya yang ada adalah : tempat parkir yang luas, mushola, toilet, warung makan dan minum dengan harga terjangkau, gazebo untuk tempat duduk bersama dan ada beberapa tempat duduk di luar. Ada pula toko oleh-oleh.

Setelah parkir mobil akhirnya kami mulai memasuki arena wisata. Spot utama pada tempat wisata ini ada di puncak bukit. Kami harus menaiki beberapa anak tangga terlebih dahulu untuk bisa mencapainya.

Di sepanjang jalan, mata kita dimanjakan dengan pemandangan yang indah sekali. Sungguk luar biasa ciptaan Allah. Pepohonan, bunga-bunga yang bermekaran, harumnya sungguh luar biasa ditemani angin sepoi-sepoi menambah imdahnya suasana, bebatuan alami dikanan kiri perjalanan sungguh indah. Nah karena kami bawa bocil-bocil jadi harus ekstra hati-hati. Mira ponakan yang paling bontot terpeleset juga karena terlalu gembira, untung tidak cidera. Kondisi jalan tidak ada pagar dan jalanan menanjak serta agak licin karena semalam gerimis.

Indahnya bunga-bunga/Dokpri
Indahnya bunga-bunga/Dokpri

Belum sampai setengah pendaikian ada warung, akhirnya kamipun mampir dulu sarapan. Setelah full isi perut, kami melanjutkan langkah. Hanya saja ada beberapa anggota tidak mau melanjtkan dan katanya menyusul saja.

Aku lanjut bersama anak-anak bocil. Kami ketemu 2 burung yang jinak dan bisa di ajak foto dengan tarif yang terjangkau. Wah senangnya bisa foto dengan memegang burung ada burung bertengger di tangan. Setelah puas berfoto, perjalanan di lanjutkan.

Foto dengan burung/Dokpri
Foto dengan burung/Dokpri

Pendakian yang melelahkan akhirnya terbayar dengan indahnya pemandangan  yang mempesona, kami bisa melihat Telaga Warna Dieng dari ketinggian.

Ya Allah betapa indah ciptaanMu. Tak lupa kami foto-foto di sana.

Spot Utama dengan panorama danau telaga warna/Dokpri
Spot Utama dengan panorama danau telaga warna/Dokpri

Ada yang takut-takut naik ke batu/Dokpri
Ada yang takut-takut naik ke batu/Dokpri

Mengutip dari beberapa sumber, begini kira-kira Sejarah Batu Ratapan Angin

Dengan pemandangan yang sangat indah, ternyata "Batu Ratapan Angin" menyimpan sebuah kisah masa lalu yang sangat menyedihkan dan memilukan.

Ada pasangan seorang pangeran yang gagah perkasa serta berwibawa dengan seorang putri yang cantik jelita. Mereka hidup rukun dan bahagia. Orang melihatnya sebagai pasangan yang serasi dan penuh dengan kesempurnaan serta tiada cela sedikitpun. Hingga akhirnya datanglah orang ketiga yang coba menggoda sang putri.

Sang putri tertarik dan tergoda. Mereka dengan sembunyi-sembunyi mengadakan pertemuan dan memadu kasih di bukit ini. Sampai pada akhirnya sang pangeran mengetahui perselingkuhan istrinya. Saat mereka sedang berduaan, sang pangeran datang. Pertempuranpun tak terhindarkan. Pangeran murka dan mengutuk keduanya menjadi batu.

Cerita yang beredar di masyarakat, jika angin bertiup dengan kencang, akan menimbulkan suara-suara aneh yang kemudian dikaitkan dengan suara ratapan dari kedua batu tersebut, itulah yang membuat temat ini disebut dengan Batu Ratapan Angin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun